| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 26 Desember 2010 Pesta Keluarga Kudus dan Pesta St Stefanus, Martir Pertama

Minggu, 26 Desember 2010
Pesta Keluarga Kudus & Pesta St. Stefanus, Martir Pertama

Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. <--> Mzm 97:11

Antifon Pembuka

Para gembala bergegas datang dan bertemu dengan Maria dan Yosef serta Sang Bayi yang terbaring di palungan.

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang Mahakuasa dan tak tampak, Engkau telah mengusir kegelapan dunia dengan kedatangan cahaya-Mu. Kami mohon, pandanglah kiranya kami dengan wajah berseri, agar kami dapat memuji agungnya kelahiran Putera-Mu yang tunggal dengan suara yang pantas. Sebab Dialah Tuhan pengantara kami,yang hidup dan berkuasa, bersama Bapa dan Roh Kudus Allah sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Putra Sirakh (3:2-6,12-14)

"Orang takwa menghormati ibu-bapanya."

Anak-anakku, dengarkanlah aku: Tuhan menghendaki agar anak-anak menjunjung tinggi bapanya; Tuhan pun mengokohkan hak ibu atas anak-anaknya. Barangsiapa menghormati bapanya, ia memberi silih atas dosa-dosa, dan siapa menghargai ibunya, ia sama dengan orang yang mengumpulkan harta. Barangsiapa menghormati bapanya, ia sendiri akan mendapat kesukaan pada anak-anaknya, dan apabila ia sembahyang, pasti doanya akan dikabulkan. Barangsiapa menjunjung tinggi bapanya, akan panjang umur, dan orang yang taat kepada Tuhan, menenangkan hati ibunya. Anakku, tolonglah bapamu pada masa tuanya, dan jangan menyakiti hatinya di masa hidupnya. Kalau akalnya sudah berkurang, hendaknya engkau tetap memaafkannya, jangan menghina dia sewaktu engkau masih berjaya, Kebaikan yang ditujukan kepada Bapa, tidak akan terlupakan; sebaliknya akan diperhitungkan sebagai silih atas segala dosamu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 841
Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan
Ayat. (Mzm 128:1-2.3.4-5; R:1)
1. Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
2. Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur yang ada di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di se keliling mejamu!
3. Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan, orang laki-laki yang takwa hidupnya. Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion: boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Kolose (3:12-21)

"Tata hidup keluarga di dalam Tuhan."

Saudara-saudara, kamulah orang pilihan Allah, yang dikuduskan dan dikasihi oleh-Nya. Maka hendaknya kamu pun berbelas kasihan, penuh kemurahan dan kerendahan hati, penuh kelembutan dan kesabaran. Hendaknya kamu sabar seorang terhadap yang lain, dan hendaknya kamu saling mengampuni bila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain. Sebagaimana Kristus memberi ampun terhadap kamu, demikian pula kamu hendaknya. Dan di atas semuanya itu, kenakanlah kasih, tali pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Semoga damai sejahtera Kristus menguasai hatimu, karena untuk itulah kamu dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Semoga Sabda Kristus dengan segala kekayaannya tinggal di antara kamu. Hendaknya kamu saling mengajar dan menasihati dengan segala hikmat. Lagukanlah mazmur, puji-pujian, dan nyanyian rohani, untuk mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah itu demi nama Tuhan Yesus Kristus, dan dengan pengantaraan-Nya bersyukurlah kepada Allah, Bapa kita. Hai para isteri, tunduklah kepada suamimu sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai para suami, kasihilah isterimu, dan jangan berlaku kasar kepadanya. Hai anak-anak, taatilah orangtuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai para bapa, janganlah menyakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Kol 3:15a.16a)
Semoga damai Kristus melimpahi hatimu, semoga sabda Kristus berakar dalam dirimu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (2:13-15,19-23)

"Bawalah Bayi serta ibu-Nya mengungsi ke Mesir."

Setelah orang-orang majus yang mengunjungi Bayi Yesus di Betlehem itu pulang, tampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi. Malaikat itu berkata, "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku." Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati." Lalu Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel. Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Rekan-rekan yang baik!

Kemarin Matt mengajak ke pasar malam Piazza Navona dan menikmati vino cotto sekadar penghangat di musim dingin ini. Kayak minum kopi joss di bilangan stasiun Tugu di Yogya di malam bediding. Pada kesempatan itu dibicarakan Injil yang dibacakan dalam Perayaan Keluarga Kudus kali ini ialah Mat 2:13-15.19-23. Kisahnya sudah banyak dikenal. Atas suruhan malaikat lewat sebuah mimpi, Yusuf membawa Yesus dan Maria menyingkir ke Mesir menghindari tangan kejam Herodes yang mau membunuh. Petunjuk malaikat dengan cara yang sama membuatnya kembali bersama keluarganya. Sekali lagi di tanah asalnya bisikan dalam mimpi membawanya pindah ke utara, dan menetap di Nazaret di Galilea. Matius menggambarkan riwayat sebuah keluarga yang menghadapi macam-macam kesulitan tetapi tetap disertai lindungan ilahi. Setelah uraian tentang Injil akan ditambahkan satu dua catatan mengenai bacaan pertama (Sir 3:2-6.12-14).

KISAH MASA KECIL YESUS

Boleh dikatakan, membaca Kisah Masa Kecil Yesus ada seninya tersendiri. Pokok-pokok yang dikisahkan dapat dan bahkan sebaiknya dibayangkan dengan cara yang cukup bebas. Kita juga biasa menggambarkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita itu. Cara ini bahkan sudah menjadi motif seni lukis dan pementasan selama berabad-abad. Dari keempat penginjil hanya Matius dan Lukas-lah yang mengisahkan masa kecil Yesus. Kedua Injil ini berbicara kepada orang-orang yang sudah mulai mengenal Yesus (lewat Markus) dan kini mau mengerti apa artinya menjadi muridnya dengan mendalami asal usulnya, keluarganya, masa kecilnya. Nanti akan tiba saatnya murid akan berbagi kehidupan rohani dengan Yesus sendiri, berbagi sangkan paran dengannya. Itulah saatnya Injil Yohanes dapat membantu lebih jauh. Di situ tidak lagi ada kisah masa kanak-kanak.

Dalam upaya membaca secara kreatif itu tadi dapat kita bayangkan tokoh-tokoh yang berperan dalam kisah Yusuf bersama Maria dan Yesus mengungsi ke Mesir, kemudian pulang dan menetap di Galilea. Ada empat tokoh, yang pertama ialah malaikat yang menampakkan diri dalam mimpi, kemudian Yusuf, dan "Anak serta ibunya", akhirnya "Herodes, ayah dan anak." Boleh jadi di antara rekan ada yang heran mengapa "Ibu dan anak" dianggap satu tokoh dan bukan dua. Di situlah kita perlu mengikuti cara bercerita Matius dengan teliti dan berusaha memahami maksudnya. Bila kita baca dari dekat ay. 13, 14, 20, 21, Yesus dan Maria kedua-duanya selalu disebutkan bersama. Mereka tidak dapat dipisahkan. Jadi Matius menampilkan mereka sebagai satu tokoh dengan "dua sisi". Memang penokohan seperti ini hanya muncul dalam hubungan dengan tindakan Yusuf yang mengikuti petunjuk malaikat, yakni membawa mereka mengungsi, membawa mereka kembali. Bagaimanapun juga kita diajar Matius untuk membayangkan Yesus kanak-kanak dan Maria, yang hanya disebut sebagai "ibunya", sebagai kesatuan, sebagai satu pribadi yang tak terpisahkan. Namun lebih penting lagi, "anak dan ibunya" itu ditampilkan Matius sebagai tokoh yang dilindungi oleh daya-daya langit dengan cara yang amat manusiawi, dengan memakai kesahajaan orang seperti Yusuf.

Kekuatan jahat ditokohkan dengan sosok yang memiliki "dua sisi" juga, yakni Herodes dan anaknya. Namun kekuatan ini tidak dapat berbuat banyak. Bukan tanpa maksud Matius menggambarkan Herodes ayah-anak itu sebagai kekuatan gelap yang turun-temurun yang mau merusak dan menghancurkan kehadiran Allah di antara manusia. Menyadari hal itu dapat membuat kita mengerti gerak gerik kehadiran kekuatan yang jahat di dunia ini: hadir terus, memakai kekuasaan dan menungganginya untuk memusuhi kemanusiaan. Tidak lagi penting lagi siapa persisnya yang membadankan kuasa ini. Yang mencolok ialah perkaranya, kegiatannya. Kekuatan jahat bisa memakai orang ini atau orang itu, Herodes yang dulu atau Arkhelaus, anaknya. Sekarang pun masih ada dalam macam-macam bentuknya yang hanya dapat dikenal oleh orang yang jeli batinnya seperti Yusuf.

KESAHAJAAN YUSUF

Kesahajaan Yusuf membuat kekuatan jahat itu tidak bisa berbuat banyak walau kuasa mereka tidak dipunahkan. Sekaligus kesahajaan orang seperti Yusuf itu menjadi kebijaksanaan yang menyelamatkan. Yusuf paham situasi zaman. Matius menyiratkan hal ini dengan cara diam-diam pada ay. 22. Dikatakannya bahwa Yusuf mendengar bahwa yang menjadi raja di Yudea ialah anak Herodes, dan kemudian disebutkan ia takut ke sana. Dengan segala sisi kemanusiaannya, termasuk rasa takut juga, Yusuf mampu membaca gerak-gerik daya-daya yang luar biasa itu. Ia pandai membaca tanda-tanda ke mana kekuatan jahat mengarah. Namun lebih dari itu, ia mahir mengenal bimbingan ilahi dan dapat menurutinya. Dan bimbingan ilahi datang sesuai dengan kejelian Yusuf. Pada ay. 22 itu tidak lagi diceritakan malaikat menampakkan diri kepadanya dalam mimpi dan memberi tahu apa yang mesti dikerjakannya. Hanya disebutkan Yusuf "dinasihati dalam mimpi". Matius seolah-olah hendak menyarankan, kini Yusuf sudah jadi orang yang peka akan bimbingan dari atas. Ia tahu apa yang mesti diperbuat. Dan memang yang dikerjakannya sejalan dengan yang diisyaratkan dari dunia keramat tadi.

Dari satu sudut pandang tertentu memang Yusuf ditampilkan sebagai tokoh buat-buatan yang dimunculkan untuk memudahkan orang memahami cara Tuhan melindungi "anak dan ibunya" tadi. Tetapi bila dibaca dengan minat untuk mengerti kemanusiaan, sambil merasa-rasakan apa yang dialami Yusuf, akan tampil seorang tokoh Yusuf yang sungguh nyata, yang berhasil menjalani liku-liku kehidupan dengan bimbingan ilahi menghindari jatuh ke dalam pengaruh yang jahat. Yusuf itu "orang pintar" yang ideal, tokoh kebatinan yang berpijak di bumi. Dia itu seperti Yusuf di Mesir yang pandai membaca arti mimpi, juga seperti Daniel si bijak yang akrab dengan dunia malaikat. Memang Matius berbicara kepada pembaca yang tahu alam pikiran Perjanjian Lama. Mereka itu segera menangkap maksudnya.

OMONG-OMONG DENGAN MATT

Inilah sepenggal pembicaraan dengan Matt mengenai Injil tadi.

GUS: Matt, kenapa kau buat cerita keluarga kudus itu mengungsi ke Mesir dan balik lagi?
MATT: Dalam ay. 15 kan kujelaskan, ini supaya digenapi yang difirmankan Tuhan dalam Hos 11:1, "Dari Mesir Kupanggil anak-Ku!"
GUS: Kalau boleh kutebak, kau itu waktu ingat Musa dan umat yang dipimpinnya kan? Dan menerapkannya kepada Yesus, ya cak?
MATT: Ekseget! Tapi musti juga kalian tekankan, dulu Musa dan orang-orang yang dibawanya itu rombongan penakluk tanah terjanji. Sekarang ini cuma satu keluarga kecil yang sering kalian orang modern gambarkan sebagai Yusuf yang sedang menuntun keledai yang dinaiki Maria yang menggendong anaknya.
GUS: Jadi sekarang bukan lagi perkara menaklukkan tanah terjanji dengan pekik kemenangan, tapi menampilkan sosok kemanusiaan yang membiarkan diri dibimbing kekuatan ilahi menjauhi yang jahat?
MATT: Bener! Aku cuma mau mencatat gambaran orang dulu mengenai keluarga yang kalian rayakan sekarang sebagai keluarga kudus. Dalam usia waktu itu Yesus belum tampil sebagai dirinya sendiri. Ia masih perlu dibesarkan ibunya. Maka dia kusebut dalam hubungan dengan ibunya. Tapi setelah agak besar ia akan diasuh bapa keluarga, siapa itu tak penting, apa ayahnya atau orang yang menjalankan peran itu.
GUS: Dan kau mau menekankan Yusuf itulah yang mengasuh dan membesarkannya?
MATT: Ya, juga untuk menunjukkan siapa Yusuf itu. Dari dialah nanti Yesus akan mendapat banyak. Belajar mengenal dunia, belajar mengenal BapaNya di surga. Belajar memperhatikan orang-orang lain seperti Yusuf sendiri.
GUS: Tapi, Matt, apa bisa dikatakan bagi orang zaman sekarang bahwa tokoh Yusuf sendiri sebenarnya bukan pusat pengisahan. Yang mau kautonjolkan kan peranannya sebagai pengasuh. Jadi dengan kepolosan seperti yang ada pada Yusuf itu, siapa saja bisa ikut membesarkan kehadiran Yang Ilahi, merawatnya dengan penuh perhatian. Ulah batin katakan saja begitu.
MATT: Dan itulah kebijaksanaan yang masih bisa berlaku bagi orang zaman apa saja. Yes, an appeal to humanity, nothing is more convincing than that, my friend. Dari situ baru bisa orang mulai omong tentang yang di surga sana.

Dan malam itu kami pun ngobrol mengenai apa saja. Beberapa kenalan ikut nimbrung mempersiapkan homili di tengah keramaian pasar malam. Asyik. Malam itu di rumah saya bolak-balik membayangkan cara Matt membicarakan kisah-kisah keluarga kudus yang disusunnya itu. Dia yang kelihatannya tradisional dan suka ngikut establishment itu sebenarnya orang yang berpikir merdeka tapi juga yang amat menghormati sudut-sudut keramat dalam kehidupan ini. Ternyata dengan cara yang tak habis saya mengerti itu Matt mampu menampilkan Yusuf sang Pendiam itu sebagai orang pintar yang besar peranannya.

DARI BACAAN PERTAMA

Pada awal petikan Sirakh 3:2-6.12-14 ditandaskan bahwa anak-anak ialah penghargaan yang nyata-nyata telah diberikan Tuhan ("Tuhan telah memuliakan") kepada seorang bapak. Anak-anak juga menjadi tanda dari atas bahwa seorang ibu benar-benar telah berhasil mendidiknya ("hak atas para anaknya diteguhkan-Nya"). Pernyataan dalam ay. 2 itu diberikan bukan sebagai anjuran melainkan sebagai penegasan mengenai yang betul-betul sudah terjadi.

Bisa disimpulkan bahwa orang tua anak-anak tadi memang dekat pada Tuhan dan mampu melihat dan memperlakukan keturunan mereka sebagai pemberian dari-Nya. Ayat-ayat selanjutnya dalam bacaan ini menyampaikan "penerapan" kenyataan tadi dari sisi anak. Dikatakan dalam ay. 3. bahwa menghormati bapak menjadi silih dari dosa dan memuliakan ibu sama dengan mengumpulkan harta, dan orang yang demikian tentunya juga bakal menemukan kebahagiaan pada anak-anaknya nanti dan mujur hidupnya serta panjang umurnya. Begitu seterusnya ditandaskan bahwa berbakti terhadap bapak atau ibu mendatangkan kebaikan bagi sang anak.


Pada akhir ay. 6 muncul kembali sisi ilahi. Disebutkan, orang yang taat kepada Tuhan mendatangkan ketenangan bagi ibunya. Dalam bahasa aslinya, "taat" diungkapkan sebagai "mendengarkan dan menuruti". Penandasan bahwa "orang yang taat kepada Tuhan menenangkan ibunya" di sini berisi ajakan yang ditujukan baik kepada sang anak maupun kepada ibunya - dan tentunya kepada orang tua pada umumnya. Kepada anak diminta agar menjaga ketenangan batin orang tuanya dan kepada orang tua diisyaratkan agar melihat anaknya dalam hubungan dengan Tuhan, bukan hanya dengan diri mereka sendiri. Ini imbauan agar orang tua tidak memaksa-maksakan pandangan atau keinginan-keinginan mereka sendiri kepada anak-anak mereka. Mereka hendaknya memberi ruang kepada Tuhan untuk ikut membesarkan anak mereka sehingga mahir mengenali-Nya, mendengarkan-Nya, dalam bahasa bacaan kali ini, "taat kepada-Nya".


Dan keterbukaan seperti itulah yang membuat keluarga juga menjadi tempat Yang Ilahi bisa hadir, seperti yang terjadi dalam keluarga kudus yang pestanya dirayakan kali ini. Sang bapak keluarga, Yusuf, membiarkan kebijaksanaan ilahi sendiri membimbing perjalanan hidup keluarganya. Dan inilah perlindungan terbaik yang bisa diberikannya kepada anak dan ibunya.


Salam hangat,

A. Gianto

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy