| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Surat Gembala Prapaska 2010 Keuskupan Bandung


SURAT GEMBALA
PRAPASKA 2010
KEUSKUPAN BANDUNG
”Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN”

(Yer. 17:7)
(dibacakan kepada umat Keuskupan Bandung
pada hari perayaan Ekaristi Sabtu-Minggu,
13 dan 14 Februari 2010)









Saudari-saudaraku terkasih:
ibu bapak, anak-anak, remaja dan orang muda yang dikasihi Tuhan,






1. Membangun keluarga sebagai Gereja kecil merupakan tekad bersama umat Allah Keuskupan Bandung, sebagaimana dinyatakan dalam Arah Dasar Keuskupan Bandung 2010-2014. Bahkan dalam Rapat Kerja Keuskupan Bandung ditentukan fokus pastoral tahun 2010 : Keluarga dan panggilan. Searah dengan dinamika pastoral itu selama masa Prapaska 2010 umat diajak untuk mengolah bahan pendalaman iman yang bertemakan ”Keluarga yang mengakar, mekar dan berbuah di tengah masyarakat”.












Yeremia dengan kalimat-kalimat serupa menggambarkannya dengan sangat bagus : Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah (17:8).

Yeremia menjelaskan bahwa semua itu dapat terjadi, bila orang mengandalkan Tuhan, sebagaimana dikatakan, ”Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN !” (17:7).

Dengan demikian, dapatlah dikatakan, bahwa keluarga mengakar, mekar dan berbuah di tengah masyarakat, bila mengandalkan Tuhan, dan menaruh harapannya pada-Nya.



2. Tentu kita bahagia mengalami sendiri, atau menyaksikan kehidupan keluarga yang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapannya pada-Nya. Perkawinan suami isteri dimaknai sebagai sakramen cintakasih Allah, yang dinyatakan dan diwujudkan dalam kesediaan saling mengasihi dalam untung dan malang, dalam keadaan sakit dan sehat. Hidup keluarga itu menjadi berakar dalam semangat silih asih, silih asuh, dan silih asah diantara suami isteri untuk saling menyucikan, dan diperteguh dengan kesediaan untuk mendidik anak-anak secara Katolik.











Namun, kita tidak menutup mata terhadap kenyataan yang memrihatinkan dalam kehidupan keluarga. Betapa tidak mudah bagi pasangan suami isteri melestarikan kesetiaan sampai akhir dalam kesederhanaan hidup sehari-hari. Betapa pilu hati kita mendengar berita kekerasan dalam keluarga, perselingkuhan, dan perceraian antara suami isteri yang mencekam anak-anak.










Mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari merupakan perjuangan yang tidak ringan pada zaman sekarang. Kecemasan akan masa depan dapat membuat orang putus asa. Tidak kita ingkari pula ada kecenderungan pada zaman sekarang keluarga hidup dalam mentalitas zaman yang mengandalkan apa yang bukan Tuhan.

Harta be
nda diusahakan untuk dimiliki bukan sebagai sarana melainkan sebagai tujuan hidup. Orang tidak menjadi bahagia karena hidupnya dibelenggu oleh keterikatan pada kekayaan.

Melimpahnya informasi dan kecanggihan media komunikasi tidak juga menjadi jaminan kebahagiaan hidup berkeluarga, bahkan sebaliknya dapat menjadi kendala untuk membangun komunikasi antar pribadi.

Kerap te
rjadi dengan sarana komunikasi tersebut orang zaman sekarang mengabaikan relasi dengan orang-orang dekat, karena mengutamakan relasi dalam dunia maya.



Dalam mentalitas zaman yang mengandalkan apa yang bukan Tuhan, pernyataan Yeremia menjadi tantangan tersendiri, ”Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN ! ”






Saudari-saudaraku terkasih:
ibu bapak, anak-anak, remaja dan
orang muda yang dikasihi Tuhan,









3. Pernyataan Yeremia ”Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN,” memuat ajakan yang sangat mengena bagi kita kepada pertobatan sejati pada masa Pra-Paska ini, yang diungkapkan dalam laku puasa dan pantang. Laku puasa dan pantang yang ditentukan oleh Gereja sangatlah ringan. Karena itu, keluarga dan komunitas hidup bersama diharapkan dapat menentukan bentuk laku puasa dan pantang yang benar-benar mengungkapkan tekad bersama untuk mengandalkan Tuhan, agar terberkati.


Bila komunikasi antar suami isteri macet, hendaknya dicari bersama upaya untuk rekonsiliasi atau rujuk kembali. Bila perhatian orangtua kepada anak pudar, hendaknya orangtua bersedia menyediakan waktu untuk menyatakan perhatian penuh kasih kepada anak.

Bila anak tidak menaruh hormat kepada orangtua, nakal dan hidup semaunya saja, hendaknya diajak untuk memperbaiki sikap hidupnya tersebut. Betapa berat tanggung jawab orangtua menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anak dalam iman dan moral. Peranan itu dilaksanakan oleh orangtua tentu terutama melalui teladan nyata.


Lembaga pendidikan formal berperan melengkapi pendidikan dasar dalam keluarga tersebut. Sangatlah baik, bila orangtua mendapatkan kesempatan untuk membarui janji perkawinan mereka. Merupakan tanggungjawab orangtua pula menjadikan keluarga ”seminari dasar”, tempat pertumbuhan benih panggilan menjadi suster, bruder, imam dan orang-orang yang membaktikan hidup seutuhnya bagi Tuhan.















Saudari-saudaraku terkasih :

ibu bapak, anak-anak, remaja dan orang muda yang dikasihi Tuhan,





4. Dengan laku puasa dan pantang kita menyatakan sikap iman kita untuk mengandalkan Tuhan, dan dengan demikian menjadi bahagia menurut pandangan Tuhan, sebagaimana dinyatakan dalam Sabda Bahagia :

"Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi (Luk. 6:20-23).

Kebahagiaan menurut pandangan Tuhan akan digenapi pada Hari Raya Paska Kebangkitan Tuhan. Setelah melewati masa Pra-Paska dan Minggu Sengsara kita rayakan Paska, karena kita percaya pada Kristus yang bangkit, yang membuat kepercayaan kita tidak sia-sia. Hari Raya Paska Kebangkitan Tuhan adalah hari Tuhan, hari Minggu, Dies dominica (bahasa Latin). Marilah kita menghormati hari Tuhan.











5. Semoga kita semua - sesuai dengan tradisi Gereja secara pribadi maupun bersama - dapat menggunakan masa Pra-Paska tahun 2010 ini menjadi masa untuk ”Retret Agung”, untuk masuk ke dalam misteri hidup, sengsara dan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus, pokok keselamatan dan andalan hidup kita.




Salam, doa untuk Anda semua :

anak-anak, remaja dan orang muda, agar berkat Tuhan menjadi daya kekuatan bagi Anda semua untuk semakin mencintai Kristus dan Gereja-Nya.





Bandung, 18 Januari 2010

+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Bandung
pujasumarta.multiply.com


Surat Gembala Format Video Youtube silahkan buka link ini: http://www.youtube.com/watch?v=UcPX4EIQT8w#watch-main-area

Bagikan

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy