| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 11 Maret 2018 Hari Minggu Prapaskah IV

Minggu, 11 Maret 2018 
Hari Minggu Prapaskah IV

Sahabatku, jangan takut bersandar pada Kristus! Rindukanlah Kristus sebagai fondasi kehidupanmu! (Paus Benediktus XVI, teks kunjungan pastoral ke Polandia, 2006)


Antifon Pembuka (Yes 66:10-11)

Bersukacitalah bersama Yerusalem, dan berhimpunlah, kamu semua yang mencintainya; bergembiralah dengan sukacita, hai kamu yang dulu berdukacita, agar kamu bersorak-sorai dan dipuaskan dengan kelimpahan penghiburanmu.

Lætare Ierusalem: et conventum facite omnes qui diligitis eam: gaudete cum lætitia, qui in tristitia fuistis: ut exsultetis, et satiemini ab uberibus consolationis vestræ.

Rejoice, Jerusalem, and all who love her. Be joyful, all who were in mourning; exult and be satisfied at her consoling breast.

Doa Pembuka


Ya Allah, dengan pengantaraan Sabda-Mu Engkau telah memulihkan hubungan damai dengan umat manusia secara mengagumkan. Kami mohon, berilah agar umat kristiani, dengan cinta bakti yang penuh semangat dan iman yang hidup, bergegas menyongsong hari-hari raya yang akan datang. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.
 

  
TAHUN A
    
Bacaan dari Kitab Pertama Samuel (16:1b.6-7.10-13a)
  
"Daud diurapi menjadi raja Israel."
  
Setelah Raja Saul ditolak, berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Isilah tabung tandukmu dengan minyak, dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku.” Ketika anak-anak Isai itu masuk, dan ketika melihat Eliab, Samuel berpikir, “Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya.” Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Janganlah berpancang pada paras atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai, “Semuanya ini tidak dipilih Tuhan.” Lalu Samuel berkata kepada Isai, “Inikah semua anakmu?” Jawab Isai, “Masih tinggal yang bungsu, tetapi ia sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai, “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.” Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Kulitnya kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu Tuhan berfirman, “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” Samuel mengambil tabung tanduknya yang berisi minyak itu, dan mengurapi Daud di tengah saudara-saudaranya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2/4, PS 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ayat. (Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6, Ul: lih. 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kau siapkan hidangan bagiku dihadapan lawanku, Kauurapi kepalaku dengan minyak, dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu, sepanjang umur hidupku, aku akan diam di rumah Tuhan, sekarang dan senantiasa.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (5:8-14)
 
"Bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu."
  
Saudara-saudara, memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang. Karena terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran. Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya, telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebut saja apa yang mereka buat di tempat-tempat yang tersembunyi sudah memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. Itulah sebabnya dikatakan, “Bangunlah, hai kamu yang tidur, dan bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 8:12b)
Akulah cahaya dunia; siapa yang mengikuti Aku akan hidup dalam cahaya abadi.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (9:1-41) (Singkat: Yoh 9:1.6-9.13-17.34-38).
 
"Orang buta itu pergi, membasuh diri, dan dapat melihat."
   
Sekali peristiwa, ketika Yesus sedang berjalan lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahir. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orangtuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus, “Bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang. Akan datang malam, di mana tak seorang pun dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Sesudah mengatakan semua itu, Yesus meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya, “Pergilah, basuhlah dirimu di kolam Siloam.” Siloam artinya “Yang Diutus”. Maka pergilah orang itu. Ia membasuh dirinya, lalu kembali dengan matanya sudah melek. Maka tetangga-tetangganya, dan mereka yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata, “Bukankah dia ini yang selalu mengemis?” Ada yang berkata, “Benar, dialah ini!” Ada pula yang berkata, “Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.” Orang itu sendiri berkata, “Benar, akulah dia.” Kata mereka kepadanya, “Bagaimana matamu menjadi melek?” Jawabnya, “Orang yang disebut Kristus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku, dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi, dan setelah membasuh diri, aku dapat melihat.” Lalu mereka berkata kepadanya, “Di manakah Dia?” Jawabnya, “Aku tidak tahu.” Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu adalah hari Sabat. Karena itu orang-orang Farisi pun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya, “Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.” Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu, “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” Sebagian pula berkata, “Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mukjizat yang demikian?” Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang yang tadinya buta itu, “Dan engkau, karena Ia telah memelekkan matamu, apakah katamu tentang Dia?” Jawabnya, “Ia seorang nabi!” Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru sekarang dapat melihat. Maka mereka memanggil orangtuanya dan bertanya kepada mereka, “Inikah anakmu yang kamu katakan lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?” Jawab orang tua itu, “Yang kami tahu, dia ini anak kami, dan ia memang lahir buta. Tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu; dan siapa yang memelekkan matanya, kami juga tidak tahu. Tanyakanlah kepadanya sendiri,sebab ia sudah dewasa; ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengakui Yesus sebagai Mesias akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tua itu berkata, “Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri.” Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu, dan berkata kepadanya, “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah: Kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.” Jawabnya, “Apakah Dia itu orang berdosa, aku tidak tahu! Tetapi satu hal yang aku tahu, yaitu: Aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” Kata mereka kepadanya, “Apakah yang diperbuat-Nya kepadamu? Bagaimana Ia dapat memelekkan matamu?” Jawabnya, “Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya. Mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?” Sambil mengejek, orang-orang Farisi berkata kepadanya, “Engkau saja murid orang itu, tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu, kami tidak tahu dari mana Ia datang.” Jawab orang itu kepada mereka, “Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, padahal Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” Jawab mereka, “Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa, dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu mereka mengusir dia ke luar. Yesus mendengar bahwa orang itu telah diusir oleh orang-orang Farisi. Maka ketika bertemu dengan dia, Yesus berkata, “Pecayakah engkau kepada Anak Manusia?” Jawabnya, “Siapakah Dia, Tuhan, supaya aku percaya kepada-Nya.” Kata Yesus kepadanya, “Engkau bukan saja melihat Dia! Dia yang sedang berbicara dengan engkau, Dialah itu!” Kata orang itu, “Aku percaya, Tuhan!” lalu ia sujud menyembah Yesus. Kata Yesus, “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa tidak melihat dapat melihat, dan supaya yang dapat melihat menjadi buta.” Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ, dan mereka berkata kepada Yesus, “Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?” jawab Yesus kepada mereka, “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa. Tetapi karena kamu berkata, ‘Kami melihat’, maka tetaplah dosamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Akulah Terang Dunia

Yesus berkata “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yoh 8:12). Yesus adalah terang dunia, yang memberikan penerangan kepada dunia, kepada setiap orang. Karena kegelapan adalah ketidak-adaan terang, dan Yesus adalah Terang itu sendiri, maka di dalam Yesus tidak ada kegelapan. Setiap orang yang masuk di dalam hadirat-Nya, yang mau disentuh oleh Sang Terang, tidak akan mengalami kegelapan. Drama perjalanan dari gelap menuju terang, baik secara fisik maupun spiritual inilah yang ingin disampaikan dalam Yohanes 9:1-41. Pada saat seseorang mengatakan “Aku percaya, Tuhan! Dan aku sujud menyembah-Mu” (ay. 39), maka seseorang telah dipisahkan dari kegelapan dan berada dalam terang Tuhan.

Paus Benediktus XVI dalam surat gembala prapaskah kepausan mengajarkan bahwa perikop Yoh 9 mengajarkan tentang Kristus, Sang Cahaya Dunia, dengan menuliskan “Hari Minggu Keempat, melalui kisah “orang yang buta sejak lahir” itu, menampilkan Kristus, Sang Cahaya Dunia. Injil hari ini mengkonfrontasikan masing-masing kita dengan pertanyaan ini: “Percayakah engkau kepada Anak Manusia?” “Ya, Tuhan, aku percaya” (Yoh. 9:35,39) seru orang yang buta sejak lahir itu dengan sukacita, dan dengan demikian ia menyuarakannya juga bagi semua orang beriman. Mukjijat penyembuhan ini menjadi tanda, bahwa Kristus berkehendak memberi kita, bukan saja kemampuan untuk melihat, tetapi juga membuka kemampuan kita melihat secara batin, sehingga iman kepercayaan kita juga semakin diperdalam dan kita mampu mengenali-Nya sebagai satu-satunya Juru Selamat kita. Ia menerangi apa saja yang merupakan kegelapan di dalam hidup dan membimbing semua orang laki-laki dan perempuan untuk hidup sebagai “anak-anak terang”

Perikop Yoh 9:1-41 adalah perikop yang begitu panjang dan begitu indah, yang mungkin memerlukan pembahasan yang begitu panjang lebar. Namun, pada tulisan ini, kita hanya akan membahas tentang proses perjalanan iman dari orang yang buta melihat Sang Terang. Secara prinsip perikop ini dapat dibagi menjadi:

1-3: Latar belakang tentang seorang yang buta.
4-5: Tujuan dari Yesus menyembuhkan orang buta itu.
6-7: Bagaimana Yesus menyembuhkan orang buta itu.
8-34: Kesaksian orang buta
8-12: Orang buta itu bersaksi kepada tetangga-tetangga.
13-16: Orang buta itu bersaksi di depan orang-orang Farisi.
17: Orang buta itu berkata bahwa Yesus adalah seorang nabi.
18-23: Orang tua dari si buta itu menyatakan bahwa anaknya dapat memberikan kesaksian sendiri.
24-34: Orang buta itu meneruskan kesaksiannya di depan orang-orang Farisi, sampai akhirnya dia dibuang dari jemaat.
35-37: Yesus memberitakan diri-Nya sebagai Anak Manusia.
38: Orang buta itu bersembah sujud di hadapan Tuhan.
39-41: Yesus memberikan pesan kepada dunia tentang keselamatan.

Buta sejak lahir, O happy fault…

Perikop ini dibuka dengan suatu pertemuan antara Yesus dan orang yang buta sejak lahir. Kemudian para murid mempertanyakan atas dosa siapakah sehingga dia menjadi buta, apakah dosanya sendiri atau orang tuanya. Bagi orang-orang Yahudi, kekayaan dihubungkan dengan berkat, sedangkan kemiskinan dan penderitaan dihubungkan dengan dosa dan kutuk, baik dosa sendiri (lih. Ul 24:16; Yer 31:30; Yeh 18:20; Ayub 4:7-8; 2 Mak 7:18) maupun dosa orang tua (Kel 20:5; Kel 34:6-7; Tob 3:3). Namun bagi orang Kristen, kemiskinan dan penderitaan tidak secara otomatis karena dosa, dan Yesus menegaskan “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” (Yoh 9:3)

Memang secara fisik, tidak banyak orang yang dilahirkan buta. Namun secara rohani, bukankah kita semua manusia terlahir buta, karena akal budi kita dikotori oleh dosa asal, yang diturunkan dari dosa manusia pertama, sehingga kita semua mempunyai kecenderungan berbuat dosa (concupiscence)? Namun, dosa dari Adam ini diperingati dalam setiap malam Paskah sebagai dosa yang membahagiakan, yang disenandungkan “O happy fault, O necessary sin of Adam, which gained for us so great a Redeemer!” Dan Sang Penebus, yaitu Yesus inilah yang dianugerahkan oleh Allah Bapa untuk membebaskan kita, orang-orang yang memang dilahirkan “buta” secara rohani oleh karena dosa asal. Oleh sebab itu, ini juga kisah masing-masing dari kita.
 
Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku

Sungguh suatu perkataan yang harus kita resapkan bersama-sama, karena Yesus mengatakan bahwa “kita” dan bukan hanya Yesus yang harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Yesus (ay. 4). Yesus mengatakan “kita”, ketika Dia menjawab pertanyaan para murid. Kita, yang menjadi murid Kristus juga termasuk dalam golongan “kita”. Dan kita, juga harus mengerjakan pekerjaan Dia atau Bapa. Pekerjaan apakah? Karena Bapa berkata “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia” (Mt 17:5), maka kita harus mendengarkan dan melaksanakan semua yang diperintahkan oleh Kristus.

Kalau doa adalah suatu ungkapan yang terdalam dari hati, maka kita harus benar-benar menaruh perhatian yang lebih pada perkataan Yesus pada saat Dia berdoa. Dan apa yang diperintahkan-Nya terungkap pada kata-kata seperti yang didoakan-Nya:

“17 Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. 18 Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; 19 dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran. 20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; 21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yoh 17:17-21).

Dari doa ini, kita tahu, bahwa Yesus menginginkan kita untuk menjadi kudus, karena hanya dengan kekudusan, maka seseorang dapat diterima di dalam Kerajaan Sorga. Karena kekudusan adalah kasih terhadap Tuhan dan kasih terhadap sesama demi kasih kepada Tuhan, dan Yesus berdoa untuk menguduskan para murid dalam kebenaran (Yoh 17:17), maka kita harus memegang teguh bahwa kasih harus berdasarkan kebenaran. Tindakan yang seolah-olah adalah tindakan kasih namun tidak berdasarkan kebenaran bukanlah perbuatan kasih. Dan sama seperti Bapa telah mengutus Yesus untuk mengabarkan kasih dan kebenaran (Yoh 17:18), maka Yesus juga mengutus kita semua untuk mewartakan kasih dan kebenaran. Yesus telah menguduskan diri kita semua dengan Roh Kebenaran, yaitu Roh Kudus, yang kita terima pada saat kita dibaptis.

Maka kita semua yang telah dibaptis harus bersatu padu membangun Gereja. Tanpa persatuan, maka dunia tidak dapat percaya bahwa Allah telah mengutus Yesus Sang Putera Allah. Oleh karena itu, Yesus sendiri telah mendirikan Gereja Katolik sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik, di mana persatuan umat beriman dinyatakan dalam kesatuan liturgi dan doktrin, di bawah Paus yang menjadi wakil Kristus dan Gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja.[1]

Sampai kapankah kita harus mengerjakan pekerjaan ini? “4 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. 5 Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.“ (Yoh 9:4-5). Ini bukan berarti bahwa pekerjaan itu hanya dilaksanakan selama Yesus ada di dunia ini, namun sampai pada akhir jaman, dimana Yesus sendiri yang akan memisahkan terang dan gelap, yaitu pada saat penghakiman terakhir. Sebelum maut memisahkan kita dan atau akhir dunia, di mana setiap orang akan mengalami pengadilan Tuhan, maka kita semua masih mempunyai kesempatan untuk berlomba-lomba dalam kekudusan. Namun pada saat pengadilan terakhir dinyatakan, dan sebagian dinyatakan untuk masuk dalam kegelapan abadi, maka tidak ada lagi yang dapat bekerja (ay. 4), karena semuanya telah selesai dan lengkap. Oleh karena itu, kita semua yang telah menerima Sakramen Baptis, yang menerima Roh Kristus, harus bersatu padu di dalam Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik, untuk senantiasa bekerja mewartakan kasih dan kebenaran Kristus sampai pada saat kedatangan Kristus yang ke-dua.
 
Pergilah basuhlah dirimu dalam kolam Siloam

Kristus dalam perikop ini menunjukkan satu perbuatan nyata yang menguak pentingnya seseorang menerima baptisan untuk diselamatkan. Bagaimana Yesus membuat orang buta itu melihat? Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi 7 dan berkata kepadanya: “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam.” Siloam artinya: “Yang diutus.” Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.” (Yoh 9:6-7).

St. Agustinus mengatakan bahwa “mengaduk ludah dengan tanah” mengacu kepada “Firman telah menjadi manusia”[2], yaitu Yesus sendiri. Dan ini juga sejalan dengan arti dari Siloam, yaitu yang diutus, yang mengacu kepada Yesus sendiri yang diutus oleh Bapa. Oleh karena itu, bagaimana orang buta ini dapat melihat? Karena inisiatif dari Allah. Kita mengenal Kristus dan dibebaskan dari kebutaan mata hati kita untuk menjadi terang melalui Sang Terang, karena rahmat Ilahi. Tanpa rahmat ilahi, kita tidak mungkin dapat mengenal Sang Terang. Sama seperti Kristus yang menyembuhkan orang buta tersebut dengan suatu proses (meludah, mengaduk, mengoleskan), maka kita yang sebelumnya buta dijamah oleh Kristus sendiri. Kita menanggapi kasih Kristus ini dengan keinginan dan keputusan untuk mengikuti Dia dalam proses katekese.[3]. Namun Allah tidak ingin kita hanya sekedar mengenal-Nya, karena Ia ingin bertahta dalam hidup kita. Allah ingin kita menjadi “yang terkasih” (the beloved), karena Allah sendiri ingin mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada kita dan menjadikan kita anak-anak angkat-Nya. Oleh karena itu, Allah, melalui Gereja-Nya, membaptis kita, sama seperti Yesus mengutus orang buta tersebut ke kolam Siloam.[4] Orang buta tersebut dapat melihat setelah membasuh diri di kolam Siloam, sama seperti kita yang melihat terang karena rahmat Sakramen Baptis. Melalui Pembaptisan kita dipersatukan dengan Yesus “Yang Diutus oleh Allah Bapa”, dan kemudian kitapun kemudian diutus oleh Allah untuk hidup seturut dengan panggilan kita sebagai anak-anak angkat Allah di dalam Kristus.
 
Bersaksilah tentang Aku yang telah memberikan terang…

Ayat 8-34 adalah suatu perjalanan iman yang harus dilalui oleh setiap orang yang dibaptis, sebagai suatu akibat dari melihat terang. Seseorang yang telah melihat terang dan hidup dalam terang tidak dapat membiarkan dirinya dan orang lain untuk tetap hidup dalam kegelapan. Orang yang hidup dalam terang akan mengorbankan segalanya untuk tetap hidup dalam terang.

Pertama, orang buta tersebut harus bersaksi kepada orang-orang terdekatnya, yaitu anggota keluarga, tetangga-tetangga, komunitas setempat. Mungkin mereka akan berkata “bukankan dia ini yang selalu mengemis?” (ay. 8), sama seperti seseorang mengatakan bukankah dia ini yang dulunya hidup bergelimang dosa? Atau, yang dulu hidupnya tidak jujur? Dan orang akan senantiasa mempertanyakan alasan mengapa orang buta itu, ataupun juga kita, berubah.

Menarik sekali bahwa orang buta ini begitu bersukacita akan perubahan yang dialaminya, sehingga ketika tetangganya bertanya bahwa bukankah dia yang dulu mengemis dan buta, dia dengan bersukacita menjawab, “Ya, benar” (ay. 9-10). Kita juga dapat mengatakan hal yang sama, bahwa kita yang memang telah lama buta dan tinggal dalam kegelapan telah dijamah oleh Kristus dan memperoleh terang. Namun, kesaksian ini akan menjadi lebih efektif kalau kita dapat membuktikan bahwa kita memang dapat melihat, yang berarti tidak tersandung dan tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Atau dengan kata lain, kesaksian ini akan lebih berarti kalau kita juga berjuang untuk hidup kudus, hidup sebagai anak-anak terang. Dengan demikian, kita juga dapat berkata seperti yang dikatakan oleh orang buta yang telah disembuhkan itu, “Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat” (ay. 11).

Namun selanjutnya, sungguh sayang, orang buta itu menjawab “tidak tahu” ketika para tetangga bertanya “Dimanakah Dia?” (ay. 12). Apakah kita juga menjawab tidak tahu ketika orang bertanya tentang Yesus? Orang buta tersebut tidak mendapatkan proses katekese, namun kita yang telah melalui proses katekese dan pelajaran agama sebelum dibaptis maupun pendalaman iman setelah dibaptis, tidak mempunyai alasan untuk mengatakan bahwa kita tidak tahu tentang Yesus. Orang buta tersebut tahu tentang Yesus, namun dia tidak tahu di mana Yesus. Kita yang telah mendapatkan kepenuhan Yesus di dalam Gereja Katolik harus menunjukkan kepada orang yang bertanya kepada kita, untuk juga menemukan Yesus di dalam Gereja Katolik.

Kesaksian kedua yang diberikan oleh orang yang tadinya buta adalah kepada orang-orang Farisi, yang mungkin dalam kehidupan kita dapat mewakili orang-orang yang berkuasa yang lebih besar dari kita, misalnya orang-orang yang bertanggung jawab di dalam perusahaan tempat kita bekerja, di dalam masyarakat yang majemuk, dll. Kita, yang telah menerima terang dari Kristus juga akan menghadapi tantangan yang sama, ketika banyak orang dari agama yang berbeda, mungkin mengatakan bahwa tidak ada Tuhan, Yesus bukanlah Allah, dll. Mungkin juga kita akan menghadapi tantangan yang berkata bahwa Gereja Katolik bukanlah Gereja yang didirikan oleh Kristus, atau Gereja Katolik hanyalah salah satu denominasi Kristen.

Di sinilah kita belajar bahwa para santa-santo adalah suatu bukti dari kebenaran dalam Gereja Katolik. Sama seperti orang buta yang telah disembuhkan, maka santa-santo adalah bukti bagaimana orang yang telah dijamah oleh Kristus dan bertumbuh dalam sakramen, dapat mempunyai kerendahan hati dan ketaatan, yang menghasilkan buah berlimpah. Orang yang tidak percaya akan Kristus maupun Gereja Katolik akan bertanya “Mengapa yang terberkati Bunda Teresa mau dan mempunyai kekuatan untuk melayani orang-orang yang paling miskin di Kalkuta? Mengapa ada orang yang mau hidup selibat dan mengabdikan diri bagi sesama dan menjadi pastor dan suster? Mengapa semua orang korupsi, sedangkan umat yang beragama Katolik jujur? ” Inilah “argument of the heart“, yang mungkin sulit untuk dibantah, karena fakta memang di depan mata, sama seperti orang-orang Farisi tidak dapat menyangkal kesembuhan dari orang yang buta sejak lahir itu.

Dan pada saat orang-orang bertanya tentang perubahan dalam diri kita, maka kita dapat menunjuk kepada Sang Terang yang memberikan kekuatan kepada kita. Siapakah yang merubah kehidupanmu? (ay. 17). Kita harus menunjuk kepada Sang Sumber Terang, yaitu Kristus. Orang buta yang telah disembuhkan pada saat itu belum mendapatkan kepenuhan wahyu, sehingga dia menjawab, “Ia adalah seorang nabi” (ay. 17). Walaupun jawaban ini tidak salah, namun belum lengkap. Seorang nabi adalah orang yang mewartakan kebenaran, yaitu kebenaran Allah. Namun Kebenaran itu mempunyai nama, sebab Kebenaran telah menjelma menjadi manusia, yaitu Yesus Kristus.

Pada saat kita hanya menerima semua dogma dan doktrin Gereja Katolik dalam batas pengetahuan saja, namun tidak melaksanakannya dalam kehidupan nyata, maka sebenarnya sama saja kita mengatakan bahwa Yesus hanyalah sebatas “Nabi“. Sebatas nabi yang mungkin tidak perlu disembah dan tidak perlu menjadi fokus yang paling penting dalam kehidupan kita. Sedangkan, untuk sampai pada tahap penghayatan akan kebenaran yang bukan hanya terbatas pada pikiran, maka semua pengajaran Kristus, yang dinyatakan lewat Gereja harus diendapkan dalam hati, sehingga dengan seluruh keberadaan kita mengasihi kebenaran. Iman kita bukan hanya tergantung dari perkataan orang tertentu, bukan hanya tergantung dari website tertentu, bukan hanya tergantung dari guru kita ataupun orang tua kita. Karena pada akhirnya iman kita adalah merupakan “personal faith” (iman pribadi). Dan tepat sekali apa yang dikatakan oleh orang tua dari orang buta ini, “Ia telah dewasa, tanyakanlah padanya sendiri” (ay. 23). Iman pribadi inilah yang dituntut oleh Kristus kepada setiap orang yang telah menerima Kristus, sama seperti ketika Kristus bertanya kepada Petrus “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (Mt 16:15). Pengakuan iman yang pribadi seperti ini merupakan iman yang dewasa, yang akan senantiasa dimurnikan secara terus-menerus.

Dalam perikop ini, terlihat bahwa orang buta yang telah disembuhkan harus menghadapi lagi pertanyaan-pertanyaan dan tuduhan-tuduhan dari orang-orang Farisi. Demikian juga dengan kita: pertanyaan-pertanyaan dan ujian-ujian iman ini akan terus berlangsung selama hidup kita. Kita harus mempertanggungjawabkan iman yang kita bukan hanya dengan perkataan, namun juga dengan perbuatan, dan juga dengan segala resikonya. Orang buta yang disembuhkan tahu dan mengalami kesembuhan dari Yesus. Dan keyakinan ini begitu dalam terpatri di dalam hatinya, sehingga tidak ada kekuatan di dunia ini yang dapat mengubah keyakinannya, termasuk interograsi dari orang-orang Farisi.

Akhirnya, interograsi dari orang-orang Farisi tersebut menyebabkan orang buta yang telah melihat itu diusir keluar (ay. 34). Ayat 34 yang mengatakan “… Lalu mereka mengusir dia ke luar“, bukanlah hanya sekedar diusir dari ruangan, namun diusir dari komunitas, atau dengan kata lain di-ekskomunikasi. Orang yang di-ekskomunikasi, yang di keluarkan dari komunitas Yahudi, dianggap sebagai orang asing, tidak boleh masuk ke dalam sinagoga. Dengan kata lain, orang buta tersebut dikucilkan.[5] Dalam percakapan dengan orang-orang Farisi, orang buta yang telah disembuhkan mengetahui resiko pengusiran ini, namun dia tidak takut akan resiko yang harus ditanggungnya. Bandingkan dengan sikap orang tuanya yang takut dikucilkan, sehingga tidak berani untuk memberitakan kebenaran (ay. 22). Kita sebagai orang-orang yang telah mengalami jamahan Kristus, dan hidup dalam terang Kristus selayaknya rela berkorban untuk terus hidup dalam kebenaran.
 
Perjuangan membawa sang buta kepada Sang Kebenaran.

Mungkin peristiwa kesembuhan dan pengusiran orang buta itu dari komunitas Yahudi diketahui oleh banyak orang, termasuk oleh Yesus (ay. 35). Inilah sebabnya pada waktu Yesus bertemu dengan orang itu, Yesus berkata “Percayakah engkau kepada Anak Manusia?“. Anak Manusia adalah gelar dari Sang Mesias (lih. Dan 7:13). Tidak ada keraguan dalam diri orang buta tersebut bahwa Anak Manusia adalah merujuk kepada Sang Mesias, sehingga dia berkata “Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya” (ay. 36). Yesus yang tahu bahwa orang buta itu diusir dari komunitas Yahudi melalui tahta Musa menawarkan kepada orang buta tersebut suatu komunitas yang lebih baik, yaitu komunitas yang diperintah sendiri oleh Diri-Nya.

Bagi Yesus, kesembuhan fisik dari orang buta tersebut tidaklah cukup. Inilah sebabnya, Yesus bukan bertanya apa yang akan dilakukan oleh orang buta itu setelah di-ekskomunikasi dari komunitas Yahudi, melainkan Yesus bertanya “Percayakah engkau kepada Anak Manusia?” Kalau pada pertemuan pertama Yesus memberikan terang bagi kebutaan mata orang itu, maka pada pertemuan ke dua, Yesus memberikan terang spiritual, sehingga orang buta itu dapat memperoleh terang keselamatan. Dan dengan penuh kasih Yesus memberikan jati diri-Nya kepada orang buta tersebut “Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!” (Yoh 9:37). Mendengar perkataan Yesus, orang buta itu bersembah sujud dan berkata “Aku percaya, Tuhan!” (ay. 38). Di sinilah orang buta tersebut melihat terang Sorgawi, terang yang membawanya kepada keselamatan kekal.
  
Kerendahan hati adalah sikap yang diperlukan untuk mencapai Kebenaran.

Untuk memperoleh iman seperti orang buta tersebut, diperlukan suatu kondisi, yaitu seseorang harus menyadari bahwa dia adalah seorang yang buta. Hal ini berarti, iman yang benar seperti ini hanya dapat dicapai ketika seseorang menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa dirinya adalah seorang yang berdosa. Dan Yesus menegaskan hal ini dengan berkata “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat” (ay. 39). Kerendahan hati membuat rahmat Tuhan mengalir secara bebas dalam kehidupan seseorang, sehingga pada akhirnya rahmat Tuhan ini menuntun orang tersebut kepada keselamatan. Bahkan dapat disimpulkan bahwa tanpa kerendahan hati, seseorang tidak akan mungkin memperoleh keselamatan, seperti yang ditegaskan oleh Yesus “…supaya barangsiapa melihat menjadi buta.” Orang yang buta namun tidak menyadari kebutaannya – seperti yang ditunjukkan oleh orang-orang Farisi (ay. 40) – adalah sungguh tragis dan ini merupakan pernyataan kesombongan mereka. Kesombongan inilah yang menjadi penghalang bagi rahmat Tuhan untuk mengubah kehidupan mereka. Oleh karena itu, hidup mereka akan terus berada di dalam kegelapan.
  
Siapa yang dipercaya banyak, dituntut lebih banyak.

Orang yang tidak buta seharusnya tidak tersandung dan tidak menjadi batu sandungan, serta dia tetap berjalan dalam terang. Maka, orang percaya yang telah melihat, namun tetap hidup dalam kegelapan, lebih besar dosanya daripada orang yang buta. Yesus berkata, “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu” (ay. 41). Orang-orang Farisi yang mempunyai pengetahuan yang begitu luas, terpelajar, dan tahu tentang tanda-tanda dari Sang Mesias, tetapi mereka tidak mau percaya akan segala kenyataan yang terbentang di depan mata, bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan. Padahal sesungguhnya, mereka tidak mempunyai alasan untuk tidak percaya. Maka, ketidak percayaan mereka ini disebabkan oleh kekerasan hati mereka. Yesus menegaskan hal ini dengan berkata “Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut. (Lk 12:48).

Dalam konsep keselamatan, orang buta adalah orang-orang yang memiliki “invincible ignorance“, yaitu “orang-orang yang, bukan karena kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus, yang dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih, dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi.”[6] Meskipun dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah dalam kategori ini untuk dapat memperoleh keselamatan, namun dalam belas kasihan-Nya, Tuhan dapat memakai parameter yang berbeda dalam mengadili mereka.

Namun bagi orang-orang yang melihat, atau orang-orang yang telah mengenal Kristus akan dituntut lebih banyak. Inilah sebabnya Gereja Katolik mengatakan “Andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.”[7] Hal ini disebabkan karena orang yang benar-benar tahu bahwa Kristus mendirikan Gereja Katolik namun tidak masuk di dalamnya berarti dia mendahulukan kepentingan pribadi di atas pencarian kebenaran.

Dan terlebih lagi bagi orang-orang Katolik sendiri yang mendapatkan kepenuhan kebenaran dan begitu banyak rahmat yang mengalir dalam sakramen-sakramen, dituntut lebih banyak. Lumen Gentium mengatakan “Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta-kasih; jadi yang “dengan badan” memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak “dengan hatinya”.[8] Ini berarti bahwa orang Katolik yang mempunyai “kepenuhan kebenaran” harus benar-benar dapat menerapkan ajaran kasih. Bagi kita umat Katolik, tidak ada alasan untuk tidak mengasihi Tuhan dan sesama, karena kita telah diberi berkat yang berlimpah dari sakramen-sakramen, terutama dari Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat, yang memampukan kita untuk hidup kudus setelah menerima Sakramen Baptis.
  
Yesus adalah terang dunia.

Dari perikop ini, maka kita melihat perjalanan iman dari orang buta, yang sebenarnya merupakan refleksi dari perjalanan iman kita. Kita yang telah disembuhkan dari kegelapan – karena dosa asal – lewat Sakramen Baptis, dituntut untuk terus hidup dalam terang. Dan kita semua juga diundang oleh Kristus untuk menjadi duta atau utusan Kristus (lih. 2 Kor 5:20) untuk mewartakan kabar gembira sampai pada kedatangan Kristus yang kedua. Kita dituntut untuk menyebarkan terang Kristus kepada semua orang, sehingga semua orang juga dapat sampai kepada sumber Terang, yaitu Kristus. Di manapun tingkat spiritualitas kita, kita sekali lagi diingatkan bahwa kita harus senantiasa kembali kepada sikap kerendahan hati, seperti yang diingatkan oleh St. Teresa dari Avila dalam bukunya puri batin (interior castle). Kerendahan hati inilah yang memungkin seseorang yang berada dalam kegelapan dapat melihat terang, dan orang yang berada dalam terang tidak terjatuh dalam kegelapan serta semakin memancarkan terang Kristus. Mari kita semua memegang teguh apa yang Yesus katakan “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yoh 8:12).


Catatan: Artikel ini ditulis tanggal 3 Agustus 2009, direvisi dan dipakai untuk pendalaman Alkitab di paroki Regina Caeli – Pantai Indah Kapuk pada tanggal 30 Maret 2011.
 
Sumber: http://katolisitas.org/2334/orang-buta-yang-menjadi-pewarta

CATATAN KAKI:

1. Lumen Gentium, 22 [↩]
2. St. Augustine, Tractate XLIV, Ch. IX, 2 [↩]
3. Ibid [↩]
4. Secara harafiah, Siloam merupakan suatu tempat penampungan air untuk orang-orangyang tinggal di Yerusalem, yang dibangun oleh raja Hizkia (lih. 2Raj 20:20; 2Taw 32:30) pada abad ke-7 SM. Lebih lanjut dikatakan bahwa para nabi air dari kolam Siloam merupakan tanda dari berkat Allah (lih. Yes 8:6; Yes 22:11). [↩]
5. Pengucilan atau ekskomunikasi ini dapat berlangsung sementara, seperti 30 hari dan dapat diperpanjang sampai 60 hari atau 90 hari. Kalau setelah masa ekskomunikasi ini berakhir dan orang tersebut tidak bertobat, maka dia akan dijatuhi hukuman yang lebih serius. Di depan pengadilan, mereka akan dijatuhi kutuk (malediction). Dan tahap ketiga adalah mengucilkan orang tersebut untuk selamanya. [↩]
6. Lumen Gentium 16 [↩]
7. Lumen Gentium, 14 [↩]
8. Ibid [↩]

Antifon Komuni (Bdk. Yoh 9:11)

Tuhan mengolesi mataku, lalu aku pergi dan aku membasuh muka, dan aku melihat, dan aku percaya kepada Allah.

The Lord anointed my eyes: I went, I washed, I saw and I believed in God.

Lutum fecit ex sputo Dominus, et linivit oculos meos: et abii, et lavi, et vidi, et credidi Deo. (Yoh 9:6,11,38)
 
 
TAHUN B

Antifon Pembuka dan Doa Pagi (lih. Tahun A)
 
Bacaan dari Kitab Kedua Tawarikh (2Taw 3:14-16.19-23)

"Murka Allah dinyatakan lewat pembuangan, kerahiman-Nya dinyatakan lewat pembebasan."
  
Ketika Israel diperintah oleh Raja Zedekia, semua pemimpin di antara imam dan rakyat berkali-kali berubah setia dengan mengikuti segala kekejian bangsa-bangsa lain. Rumah yang dikuduskan Tuhan di Yerusalem mereka najiskan. Namun Tuhan, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya, karena Tuhan sayang kepada umat-Nya dan kepada tempat kediaman-Nya. Tetapi mereka mengolok-olok para utusan Allah itu, menghina segala firman Allah, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka Tuhan bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi ada pemulihan. Maka Tuhan menggerakkan raja orang-orang Kasdim. Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala puri dalam kota itu, sehingga musnahlah segala perabotan yang indah-indah. Mereka yang masih tinggal dan terluput dari pedang diangkutnya ke Babel, mereka dijadikan budak raja dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa. Dengan demikian genaplah firman Tuhan yang diucapkan Yeremia, sampai tanah ini pulih dari akibat dilalaikannya tahun-tahun sabat, karena tanah itu menjadi tandus selama tahun sabat, hingga genaplah tujuh puluh tahun. Pada tahun pertama pemerintahan Koresh, raja negeri Persia, Tuhan menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu, untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia. Maka dimaklumkanlah di seluruh kerajaan Koresh, secara lisan dan tulisan maklumat ini: Beginilah perintah Koresh, raja Persia, “Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, kiranya Tuhan Allah menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 842
Ref. Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang.
Ayat. (Mzm 137:1-2.3.4-5.6; Ul: 6a)
1. Di tepi Sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita gantungkan kecapi kita.
2. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita, "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!"
3. Bagaimanakah mungkin kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
4. Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak menjadikan Yerusalem puncak sukacitaku!

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (2:4-10)

"Kamu mati karena kesalahan, tetapi diselamatkan berkat kasih karunia."
 
Saudara-saudara, terdorong oleh kasih karunia-Nya yang besar, yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita, Allah yang kaya dengan rahmat telah menghidupkan kita bersama dengan Kristus. Sekalipun kita telah mati karena kesalahan kita. Jadi kamu diselamatkan berkat kasih karunia. Di dalam Kristus Yesus itu Allah telah membangkitkan kita juga dan memberi tempat di surga bersama dengan Dia. Dengan itu Allah bermaksud di masa yang akan datang menyatakan kepada kita kasih karunia-Nya yang berlimpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab berkat kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman. Keselamatan itu bukanlah hasil usahamu, melainkan pemberian Allah. Jadi keselamatan itu bukanlah hasil pekerjaanmu. Maka jangan sampai ada orang yang memegahkan diri. Sebab sesungguhnya kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 3:16)
Begitu besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal. Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:14-21)
 
"Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia untuk menyelamatkannya."
 
Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada Nikodemus yang datang kepada-Nya pada waktu malam, “Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; tetapi barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab  ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat, sebab barangsiapa berbuat jahat, ia membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.    
  
Renungan
 
 
  Suatu kali seseorang diberi kepercayaan oleh lembaga tempat dia bekerja untuk memegang uang. Uang yang diberikan kepadanya tidak sedikit. Uang itu rencananya akan digunakan untuk pembangunan dan pengadaan sarana prasarana lainnya. Orang yang diberikan kepercayaan tersebut merasa nyaman sekali. Dia bahagia dengan apa yang ada pada dirinya saat ini. Namun, tanpa disadari kenyamanan hidup yang dia peroleh justru menjerumuskannya. Hidup yang nyaman dan aman membuat dia lupa akan kepercayaan yang dia emban. Uang yang ada di tangannya justru dipakai untuk membeli keperluan pribadi. Akhirnya, dia pun terjerumus dalam lingkaran kegelapan. Dia mengorupsi uan yang ada di tangannya tersebut. Laporan keuangan dimanipulasi. Benarlah apa yang dikatakan oleh Abraham Lincoln, "hampir semua orang bisa menghadapi kesengsaraan, tetapi jika Anda ingin menguji karakter seseorang, beri dia kekuasaan."
 
 Cerita ini mau mengatakan kepada kita bahwa si jahat datang dengan cara tersembunyi dan menghadirkan kenyamanan yang bersifat sementara. Dia bisa membuai siapa pun untuk masuk dalam perangkapnya. Injil hari ini memperingatkan kita untuk waspada supaya kita tidak masuk dalam kuasa kegelapan. Kejahatan biasanya digambarkan dengan situasi kegelapan. Karena itulah, Tuhan Yesus mengatakan kepada kita, "Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak tampak" (bdk. Yoh 3:20). Kuasa kegelapan menghadirkan kenikmatan sementara. Tetapi banyak dari kita yang terbuai olehnya. Marilah dalam masa Prapaskah ini kita menahan diri dalam mencari kenikmatan sesaat dalam hidup kita. Kita berusaha mengolah hidup kita untuk terus setia berjalan dalam terang Tuhan dan menghadirkan terang Tuhan bagi mereka yang kita jumpai sehari-hari dalam keluarga, komunitas dan masyarakat kita. (AL/INSPIRASI BATIN 2018)

Antifon Komuni (Bdk. Mzm 122:3-4)

Yerusalem dibangun sebagai kota yang rapat tersusun. Ke sana berziarah suku-suku, yakini suku-suku Tuhan, untuk memuji nama-Mu, ya Tuhan.
   
Ierusalem, quæ ædificatur ut civitas, cuius participatio eius in idipsum: illuc enim ascenderunt tribus, tribus Domini, ad confitendum nomini tuo, Domine.
 
Jerusalem is built as a city bonded as one together.It is there that the tribes go up, the tribes of the Lord,to praise the name of the Lord.

Sabtu, 10 Maret 2018 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Sabtu, 10 Maret 2018
Hari Biasa Pekan III Prapaskah

“Bagilah makananmu dengan orang yang lapar dan lakukan itu dengan gembira dan sukacita” (St. Gregorius dari Nazianze)
   

Antifon Pembuka (Mzm 103:2-3)

Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Dan jangan lupakan segala kebaikan-Nya. Karena Ia mengampuni segala kesalahan-Mu.

Bless the Lord, O my soul, and never forget all his benefits; it is he who forgives all your sins.


Doa Pembuka


Allah Bapa sumber belaskasih, dengan gembira kami rayakan masa tobat tahunan ini. Kami mempersiapkan diri untuk mengenangkan wafat dan kebangkitan Kristus. Semoga misteri Paskah itu sungguh berpengaruh di dalam hidup kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.

Umat Israel berkeyakinan bahwa Tuhanlah yang menerkam, tetapi lalu menyembuhkan; Dia yang memukul, tetapi membalut juga luka mereka. Itulah cara Tuhan mendidik kita. Karena Ia mencintai kita. Kita berusaha untuk juga menanggapi cinta-Nya dengan berbalik kepada-Nya, dan merasakan cinta-Nya yang menyembuhkan dan menyelamatkan kita.

Bacaan dari Kitab Hosea (6:1-6)
  
 
"Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan."
    
Umat Allah berkata, “Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam tetapi lalu menyembuhkan kita, yang telah memukul dan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Ia pasti muncul seperti fajar. Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.” Dan Tuhan berfirman, “Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar. Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi. Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang. Sebab Aku menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada kurban-kurban bakaran.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do=c; 4/4; PS No. 812
Ref. Kasihanilah, ya Tuhan, Kaulah pengampun yang rahim, dan belas kasih-Mu tak terhingga.
atau Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan.
Ayat. (Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab; Ul: 22)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Sebab Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalau pun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
3. Lakukanlah kerelaan hati-Mu kepada Sion, bangunlah kembali tembok-tembok Yerusalem! Maka akan dipersembahkan kurban sejati yang berkenan kepada-Mu kurban bakar dan kurban-kurban yang utuh.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Mzm 95:8ab)
Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.
 
Doa seorang pemungut cukai menjadi model doa kita. Dia mengakui keadaannya sebagai orang berdosa, dan mengandalkan kerahiman dan belas kasih Tuhan. Kita juga mesti sadar akan kerapuhan kodrat kita, dan menyerahkan diri kepada rangkulan kasih Allah.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (18:9-14)
  
"Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya, sebagai orang yang dibenarkan Allah."
   
Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain. Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
 
Renungan

  
Tidak ada seorang pun yang sama sekali benar di hadapan Allah, selama masih di dunia ini. Meninggikan diri dengan membandingkan dengan orang lain, memamerkan kebaikan dan kesalehannya, menunjukkan bahwa dia tidak baik dan tidak saleh. Semua itu tidak berkenan kepada Allah. Bertobat adalah jalan dan pintu keluar untuk melihat Terang. Kerendahan hati akan membawa kita melihat Tuhan, yang tersembunyi, datang mendekati-Nya. Paus Klemens II berkata, “Hendaklah kita rendah hati sedikit dengan meninggalkan sikap sombong.” Sikap rendah hati justru akan menyadarkan kita bahwa kasih-Nya tiada henti hari demi hari.

Antifon Komuni (Luk 18:13)

Pemungut cukai berdiri di kejauhan, memukul dadanya dan berkata:
Ya Allah, kasihanilah aku, orang berdosa.

The tax collector stood at a distance, beating his breast and saying:
O God, be merciful to me, a sinner.

Doa Malam

Allah Bapa sumber kebahagiaan, kami bersyukur atas Sabda-Mu dan anugerah-Mu. Kami mohon, perkenankanlah kami menerima maut ataupun hidup sebagai tugas cinta kasih dengan hati yang jujur, seturut Hamba sekalian orang, yaitu Yesus Kristus. Dialah Tuhan, Pengantara kami yang bersama Dikau hidup dan berkuasa dalam persatuan dengan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
 
 
RUAH

Jumat, 09 Maret 2018 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Jumat, 09 Maret 2018
Hari Biasa Pekan III Prapaskah (Hari Pantang)

Gereja Katolik dengan jelas mengajarkan bahwa aborsi merupakan pelanggaran serius terhadap kehendak Allah. Sepanjang tahun saya sebagai Uskup Agung New York, saya telah mengulangi ajaran ini dalam khotbah, artikel, saat wawancara tanpa ragu-ragu atau kompromi apapun. --- Edward Michael Cardinal Egan (2 April 1932 – 5 Maret 2015)

Antifon Pembuka (bdk. Mzm 86(85):8-10)

Tiada dewa yang menyamai Engkau, ya Tuhan, sebab agunglah Engkau dan agunglah karya-Mu. Hanya Engkaulah Allah

Among the gods there is none like you, O Lord, for you are great and do marvelous deeds; you alone are God.


Doa Pembuka

Allah Bapa sumber segala rahmat, curahkanlah rahmat-Mu ke dalam hati kami. Kami ini sering lemah. Maka, bila kami menyeleweng, bimbinglah kami kembali, agar kami selalu setia kepada perintah-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. 
   

Bacaan dari Kitab Hosea (14:2-10)
   
 
"Kami tidak akan berkata lagi "Ya Allah kami" kepada buatan tangan kami."
    
Beginilah firman Allah, "Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu. Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan! katakanlah kepada-Nya: "Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.Asyur tidak dapat menyelamatkan kami; kami tidak mau mengendarai kuda, dan kami tidak akan berkata lagi: Ya, Allah kami! kepada buatan tangan kami. Karena Engkau menyayangi anak yatim." Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka. Aku akan seperti embun bagi Israel, maka ia akan berbunga seperti bunga bakung dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon hawar. Ranting-rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun dan berbau harum seperti yang di Libanon. Mereka akan kembali dan diam dalam naungan-Ku dan tumbuh seperti gandum; mereka akan berkembang seperti pohon anggur, yang termasyhur seperti anggur Libanon. Efraim, apakah lagi sangkut paut-Ku dengan berhala-berhala? Akulah yang menjawab dan memperhatikan engkau! Aku ini seperti pohon sanobar yang menghijau, dari pada-Ku engkau mendapat buah. Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan Tuhan adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Akulah Tuhan, Allahmu, dengarkanlah suara-Ku.
Ayat. (Mzm 81:6c.8a.8bc-9.10-11ab.14.17)
1. Aku mendengar bahasa yang tidak kukenal, "Akulah yang telah mengangkat beban dari bahumu, dan membebaskan tanganmu dari keranjang pikulan; dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau.
2. Aku menjawab engkau dengan bersembunyi di balik badai, Aku telah menguji engkau dekat Meriba. Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, kiranya engkau mau mendengarkan Aku!
3. Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah orang asing. Akulah Tuhan Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.
4. Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik, dan dengan madu dari gunung batu, Aku akan mengenyangkannya.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (bdk. Mat 4:17)
Bertobatlah, sabda Tuhan, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.
     
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:28b-34)
  
"Tuhan Allahmu itu Tuhan Yang Esa, kasihilah Dia dengan segenap jiwamu."
   
Sekali peristiwa, datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus dan bertanya kepada-Nya, "Perintah manakah yang paling utama?" Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan
   
Akar dari berbagai masalah di dunia ini adalah cinta diri atau egoisme. Karena itu ajaran tentang cinta kasih tetap relevan di segala zaman. Masalah-masalah di dunia ini akan terselesaikan jika orang kembali kepada cinta kepada Allah dan sesama. Yang mengakui kebenaran akan hukum cinta ini, oleh Yesus, disebut tidak jauh dari Kerajaan Allah. Itu artinya, orang yang tidak mengakui ini dan tidak melaksanakannya, ia tetap jauh dari Kerajaan Allah, jauh dari suasana dan lingkungan di mana Allah meraja. Dengan demikian ia tidak bisa menangkap Allah sendiri, yang adalah sumber cinta kasih. 

Sesungguhnya ajaran cinta kasih yang terdapat dalam perikop Injil ini berasal-usul dari Perjanjian Lama. Namun prinsip dari pendirian Yesus yang khas atas hukum cinta kasih tampak dalam cinta-Nya sendiri yang tanpa syarat dan melampaui sekat-sekat primodial. Cinta-Nya yang paling agung terjadi di Kalvari. Karena itu Yesus berkata, "Aku memberikan perintah baru kepadamu, yaitu hendaklah kamu saling mengasihi sama seperti Aku mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yoh 13:34)

 Mencintai sesama anggota keluarga, teman atau seagama tentu bukan sesuatu yang sulit. Tetapi, mencintai orang yang bukan sekeluarga, bukan teman dan bukan seagama adalah sesuatu yang tidak mudah, apalagi orang itu kita anggap jahat. Cinta Yesus menantang kita untuk juga bisa mencintai tanpa syarat. Jika kita hanya mencintai orang-orang yang mencintai kita, apa bedanya kita dengan orang-orang yang tidak beriman kepada Yesus? 

Antifon Komuni (Lih. Mrk 12:33)
 
Mencintai Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti diri sendiri jauh lebih utama daripada segala kurban. 
 
Doa Malam

Allah Bapa yang kekal dan kuasa, hukum-Mu telah tertanam dalam hati kami dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Kami mohon, berilah kami Roh-Mu, Roh kebenaran dan kedamaian, agar kerajaan-Mu semakin berkembang di dalam diri kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.
  
  
IR/RENUNGAN HARIAN MUTIARA IMAN 2018

Kamis, 08 Maret 2018 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Kamis, 08 Maret 2018
Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Setan membujuk kita (dengan berpikir) bahwa kesombonganlah yang membuat kita ingin memiliki keinginan yang mulia dan mau meniru para kudus dan ingin menjadi martir. Setan juga menyebabkan kita berpikir, bahwa karena kita adalah orang berdosa, maka perbuatan-perbuatan para kudus boleh dikagumi akan tetapi bukan untuk ditiru. (Sta. Theresia dari Avila, Otobiografi, XIII, 4)

Antifon Pembuka

Tuhan bersabda, Akulah keselamatan umat-Ku. Dalam penderitaan mereka berseru kepada-Ku, dan Aku mendengarkan mereka. Dan Aku menjadi Tuhan mereka selama-lamanya.

I am the salvation of the people, says the Lord. Should they cry to me in any distress, I will hear them, and I will be their Lord for ever.

Doa Pembuka


Allah Bapa Mahamulia, hari raya Paskah semakin mendekat. Kami mohon dengan rendah hati, semoga kami semakin giat mempersiapkan diri untuk perayaan yang menyelamatkan itu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Yeremia (7:23-28)
   
 
"Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan."
    
Beginilah firman Tuhan, “Inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia! Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan punggungnya dan bukan mukanya. Sejak nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir sampai waktu ini, Aku mengutus kepada mereka hamba-hamba-Ku, para nabi, hari demi hari, terus menerus. Tetapi mereka tidak mau mendengarkan kepada-Ku dan tidak mau memberi perhatian; malahan mereka menegarkan tengkuknya, berbuat lebih jahat daripada nenek moyang mereka. Sekalipun engkau mengatakan kepada mereka segala perkara ini, mereka tidak akan mendengarkan perkataanmu, dan sekalipun engkau berseru kepada mereka, mereka tidak akan menjawab engkau. Sebab itu, katakanlah kepada mereka: Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan, Allah mereka, dan yang tidak mau menerima pengajaran! Ketulusan mereka sudah lenyap, sudah musnah dari mulut mereka.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do=es, 4/4, PS No. 854
Ref. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, janganlah bertegar hati.
atau Singkirkanlah penghalang sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu.
Ayat. (Mzm 95:1-2.6-7.8-9; Ul: 8)
1. Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan, bersorak-sorai bagi Gunung Batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorailah bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.
2. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, kita ini umat gembalaan-Nya dan kawanan domba-Nya.
3. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, janganlah bertegar hati seperti di Meriba, seperti waktu berada di Masa di padang gurun, ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. (Yl 2:12-13)
Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, sabda Tuhan, sebab Aku ini pengasih dan penyayang.
    
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:14-23)
  
"Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku."
     
Sekali peristiwa Yesus mengusir dari seseorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata, “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula yang meminta suatu tanda dari surga kepada Yesus untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata, “Setiap Kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah pasti runtuh. Jikalau Iblis itu terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi, jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Nah, merekalah yang akan menjadi hakimmu! Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan bersenjata lengkap menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat daripadanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata yang diandalkannya, dan akan membagi-bagi rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku, dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
 
Renungan
   
  
Pertanyaan tentang identitas Yesus selalu diluncurkan oleh lawan-lawan yang tidak setuju dengan tindakan Yesus. Mereka mempertanyakan siapa Yesus itu dan bahkan Yesus disamakan dengan Beelzebul karena Dia mampu mengusir setan. Yesus dianggap pura-pura saja mengusir setan. Yesus memperlihatkan bahwa Ia hadir di dunia ini dan mampu mengusir setan, hal itu berarti Kerajaan Allah sudah hadir di tengah-tengah umat manusia. Yesus bukan setan. Ia adalah Allah yang benar-benar Tuhan. Ia berkuasa atas segala sesuatu di dunia ini, termasuk atas setan. Ia mengusir setan karena Ia adalah Allah yang berkuasa mengusir setan.
 
Yesus membuktikan identitas diri-Nya sebagai Allah dengan mengusir setan. Mukjizat pengusir setan adalah pernyataan dan pembenaran bahwa apa yang dilakukan-Nya itu adalah benar-benar pekerjaan Allah. Yang menjalankannya adalah benar-benar berasal dari Yang Ilahi. Yesus adalah Allah yang hadir di dalam dunia ini. (MM/Renungan Harian Mutiara Iman 2018)

Antifon Komuni (Mzm 119(118):4-5)

Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh. Sekiranya hidupku tentu untuk berpegang pada ketetapan-Mu!

Doa Malam

Allah Bapa pengasih dan penyayang, kami telah mendengar Sabda-Mu dan telah ikut serta dalam perjamuan-Mu. Kami mohon, semoga kami menjadi umat-Mu yang pantas, dan selalu menjadi tanda bahwa Engkau selalu hadir di dunia. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.

Rabu, 07 Maret 2018 Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Rabu, 07 Maret 2018
Hari Biasa Pekan III Prapaskah

Kalau timbul karat pada cermin, orang tidak dapat melihat gambaran wajah di dalamnya; begitulah kalau ada dosa pada manusia, ia tidak dapat melihat Allah. (St. Teophilus dari Antiokhia)


Antifon Pembuka (Mzm 119(118):133)

Teguhkanlah langkahku seturut janji-Mu, dan janganlah suatu kejahatan pun menguasai aku

Let my steps be guided by your promise; may evil never rule me.


Doa Pembuka


Allah Bapa yang kekal dan kuasa, dalam masa Prapaskah ini kami Kaubimbing dan Kauajar dengan Sabda-Mu. Semoga dengan berpantang, kami berbakti kepada-Mu dengan sepenuh hati dan dalam doa bersatu sebagai umat-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Ulangan (4:1.5-9)
   
"Lakukanlah ketetapan-ketetapan itu dengan setia."
  
Di padang gurun seberang Sungai Yordan Musa berkata kepada bangsanya, "Hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaan dan akal budimu di mata bangsa-bangsa. Begitu mendengar segala ketetapan ini mereka akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi. Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum, yang kubentangkan padamu pada hari ini? Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidup. Beritahukanlah semuanya itu kepada anak-anakmu dan kepada cucu-cucumu serta cicitmu."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 2/2, PS 863
Ref. Pujilah Tuhan, hai umat Allah, pujilah Tuhan, hai umat Allah!
atau. Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem!
Ayat. (Mzm 147:12-13.15-16.19-20; Ul: 12a)
1. Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anak yang ada padamu.
2. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari. Ia menurunkan salju seperti bulu domba dan menghamburkan embun beku seperti abu.
3. Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan dan hukum-hukum-Nya kepada Israel. Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Engkau mempunyai sabda kehidupan kekal.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:17-19)
  
"Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi."
   
Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Taurat sekali pun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat-tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga. Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

   
Saudara-saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?" Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
 
Saudara-saudari terkasih.
Hukum kasih yang diajarkan Yesus sangat dihidupi oleh Santa Fransiska dari Roma. Orangtuanya Fransiska adalah bangsawan yang kaya raya. Mereka mengajarkan untuk menaruh perhatian pada sesama dan mengamalkan hidup Kristiani yang saleh. Fransiska berdoa setiap hari dan melakukan matiraga bagi Gereja Yesus yang menghadapi banyak pencobaan pada masa itu. Fransiska mengunjungi mereka yang miskin dan merawat mereka yang sakit. Ia membawakan makanan dan juga kayu bakar bagi orang-orang yang membutuhkannya. Fransiska bertekun dalam doa. Ia semakin akrab bergaul dengan Yesus dan Maria dalam hidup sehari-hari. Fransiska adalah orang-orang yang penuh belas kasih. Mereka tahu bagaimana rasanya menderita. Hal ini menjadikan mereka lebih peka terhadap kebutuhan mereka yang menderita. 
   
Saudara-saudari terkasih.
Anak-anak zaman sekarang semakin susah untuk memilih mana yang utama dan mana yang sampingan. Menurut ilmu psikologi kehidupan anak-anak ditentukan oleh apa yang diinginkannya. Itulah yang utama. Apa yang mereka inginkan? Segala sesuatu yang  menyenangkan mereka, yaitu ketika mereka bebas melakukan hal tersebut. Tanpa tuntutan yang harus ditanggung, tanpa aturan yang mengikat, tanpa tanggungjawab yang harus dilaporkan.  Bahkan ketika bermain dengan alat-alat tertentu anak-anak sering meninggalkannya begitu saja setelah selesai, tanpa membereskannya terlebih dulu. Belajar dan membaca buku  bukanlah yang utama. Kalau perlu tidak usah membuka buku pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru. Sayang sekali, cara pikir ini juga dimiliki orang-orang dewasa. Bekerja mencari uang adalah tugas utama seorang dewasa. Mereka harus menghidupi dirinya sendiri atau keluarganya. Ternyata, tidak semua orang dewasa menyadari hal ini. Banyak orang dewasa yang tidak mau bekerja. Mereka hidup enak-enakan. Seringkali, mereka masih tergantung pemberian orang tuanya. 
   
Saudara-saudari terkasih
Memang tidak mudah bagi manusia sekalipun untuk memahami dan kemudian memilih melakukan yang utama. Dalam kehidupan beragama pun demikian. Banyak orang mengira bahwa melakukan aturan-aturan agama itulah yang terpenting. Ada pemikiran umat bahwa jika saya sudah melakukan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya sesuai ajaran agama, saya sudah hidup suci. Kalau saya menunjukkan kepada orang lain bahwa menjalankan aturan agama, saya sudah menjadi orang baik. Hidup beragama tidak lebih dari sekedar menjalankan hukum agama. Apakah salah perilaku beragama ini? Tentu saja tidak! Yang lebih penting adalah jiwa dari aturan tersebut. Misalnya, jika ada untuk perintah untuk mengikuti perayaan ekaristi pada hari Minggu, itu bukan berarti bahwa secara fisik kita berada di gedung gereja dan mengikuti proses ibadat yang terjadi di dalamnya. Jika demikian permaknaannya, ada orang yang lalu mengatakan: "saya sudah pergi ke gereja". Bukan ke gerejanya atau bukan mengikuti perayaan ekaristinya yang penting, tetapi bagaimana melalui perayaan ekaristi tersebut kita mempersatukan korban kita dengan korban Kristus di kayu salib. Demikian juga dengan perintah untuk berpuasa. Bukan bahwa kita mampu menahan lapar dan haus yang penting, tetapi bahwa kita bertobat atas dosa-dosa kita. Dan di atas semua hukum dunia maupun hukum agama, hukum kasih kepada sesama dan kepada Tuhan, itulah yang terutama. (Renungan Harian Lumen 2000)
    
Antifon Komuni (Mzm 16(15):11)

Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.

You will show me the path of life, the fullness of joy in your presence, O Lord.

Doa Malam

Allah Bapa yang kekal dan kuasa, Engkau telah menunjukkan kepada kami, siapa yang telah menjalankan hukum-Mu dengan sempurna, ialah Yesus Kristus, yang penuh cinta kasih. Kami mohon, berilah kami kedamaian dalam mengikuti Dia, yang hidup dan berkuasa, sepanjang masa. Amin.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy