| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

"Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."

Selasa, 05 Agustus 2014
Hari Biasa Pekan XVIII

Yer 30:1-2.12-15.18-22; Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23; Mat 15:1-2, 10-14

"Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."

Kita tidak sedang berhadapan dengan teks Kitab Suci yang berbicara tentang higenitas atas kesehatan. Sebab, yang dijadikan alasan oleh beberapa orang Farisi dan ahli Taurat untuk mempermasalahkan para murid yang tidak membasuh tangan sebelum makan, bukanlah masalah higenitas dan kesehatan tetapi masalah adat-istiadat yang berkaitan dengan kenajisan. Menurut tradisi Yahudi, ada banyak sekali barang yang najis seperti: makanan yang disebutkan dalam Im 11:1-47, binatang mati (Im 5:2; 11:24-28; 17:15), mayat atau tulang (Bil 9:6-7; 19:11,16), kuburan (Bil 19:16), penyakit kusta (Im 13:3,11; Bil 5:2,3), lelehan dari tubuh, misalnya darah haid (Im 15:2; Bil 5:2), wanita bersalin (Im 12:2), dll. Kenajisan itu menular, maka setiap orang yang menyentuh orang atau barang yang najis, ikut menjadi najis. Misalnya: seorang wanita sedang haid. Berarti, semua yang disentuhnya najis. Pakaiannya najis. Kalau ia ke pasar, semua barang yang dipegangnya najis. Uang yang dipegang untuk membayar ikut najis. Penjual yang menerima uang najis tersebut ikutan najis juga. Lalu semua barang yang disentuh penjual tersebut juga najis. Kalau ada pembeli lain yang membeli bahan makanan yang sebelumnya telah disentuh oleh wanita najis tadi, maka yang najis tidak hanya bahan makanan tersebut tetapi juga pembeli yang tidak tahu apa-apa tersebut. Sampai di rumah, setelah di masak, yang dihasilkan adalah makanan najis. Anggota keluarga dan semua yang makan, ikut najis juga. Kalau mereka salaman atau menyentuh orang lain, mereka jadi najis. Dan seterusnya. Dengan demikian, hidup menjadi sangat kompeks dan penuh beban karena semua orang boleh dikatakan najis, entah dirinya sadar atau tidak, tahu atau tidak.

Nah, situasi semacam inilah yang hendak dibongkar oleh Yesus. Ia hendak membebaskan para pengikutnya dari hukum dan adat-istiadat yang membebani dan membuat hidup tidak happy. Ia menegaskan bahwa menyentuh sesuatu yang najis itu tidak membuat orang ketularan najis. Maka, Yesus menyentuh dan menyembuhkan orang kusta (Luk 5:12-16), membiarkan diri disentuh wanita yang sakit pendarahan (Luk 8:44-48), Ia juga menyentuh mayat dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; 8:54). Bagi-Nya, juga tidak ada makanan yang haram dan menajiskan, sebab "Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang" (Mat 15:11). Di sini, Yesus menegaskan bahwa yang membuat orang itu najis, sehingga dirinya kotor, tercemar, tidak bersih dan tidak suci bukanlah makanan yang dimakannya tetapi hal-hal jahat yang keluar dari mulut. Kata-kata tidak baik yang kita ucapkan, seperti sumpah serapah, umpatan, penghinaan, kutukan dan ungkapan kebencian atau kemarahan yang lain, itulah yang menajiskan kita. Dan sekarang, hal itu tidak hanya terjadi melalui kata-kata lisan tetapi juga apa yang kadang/sering kita tulis di ruang publik, misalnya di facebook, twitter, dll. Maka, kita harus berhati-hati dalam berkata-kata, baik secara lisan maupun tulisan, supaya jangan menjadikan kita sendiri najis sehingga dijauhi dan dihindari orang lain.

Doa: Tuhan, berilah kami kebijaksanaan dalam bertutur kata, baik secara lisan maupun tulisan. Amin. -agawpr-

Selasa, 05 Agustus 2014 Hari Biasa Pekan XVIII

Selasa, 05 Agustus 2014
Hari Biasa Pekan XVIII
 
“Kediaman hina dalam hati kita ini merupakan bait kesucian bagi Tuhan!” (Barnabas)
   
Antifon Pembuka (Yer 30:22)
 
Kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu.

Doa Pagi

Tuhan, Engkau selalu mencintaiku walau tak jarang aku melakukan hal-hal yang mengecewakan Engkau. Semoga pengampunan-Mu yang tak kenal batas ini dapat kulakukan pula terhadap siapa saja yang mengecewakan diriku hari ini. Buatlah aku sabar dan menyadari bahwa diriku tidak lebih baik dari orang lain. Amin.
 
Walaupun kelihatannya murka atas dosa dan ketidaktaatan Israel, namun Allah masih tetap mengasihani dan menyayangi mereka. Dia tidak meninggalkan mereka dan tetap menyertai bahkan memulihkan keadaan mereka.
 
Bacaan dari Kitab Yeremia (30:1-2.12-15.18-22)

Tuhan bersabda kepada Yeremia demikian, “Beginilah sabda Tuhan, Allah Israel, ‘Tulislah segala perkataan yang telah Kusabdakan kepadamu dalam sebuah kitab’.” Beginilah sabda Tuhan tentang Israel, “Penyakitmu sangat parah, lukamu tak tersembuhkan! Tiada orang yang membela hakmu, tiada obat untuk bisulmu, tiada kesembuhan lagi. Sungguh, Aku telah memukul engkau dengan pukulan musuh, dan dengan hajaran yang bengis, karena kesalahanmu banyak dan besarlah jumlah dosamu! Mengapa engkau berteriak karena penyakitmu? Mengapa engkau mengaduh karena kepedihanmu sangat payah? Karena kesalahanmu banyak, dan dosamu besar jumlahnya, maka Aku telah melakukan semuanya ini kepadamu.” Dan beginilah sabda Tuhan selanjutnya, “Sesungguhnya, Aku akan memulihkan keadaan kemah-kemah Yakub, dan akan mengaasihani tempat-tempat tinggalnya. Kota itu akan dibangun kembali di atas reruntuhannya, dan purinya akan berdiri di tempatnya yang asli. Nyanyian syukur akan terdengar dari antara mereka, juga suara orang yang bersukaria. Aku akan membuat mereka berlipatganda, dan mereka tidak akan berkurang lagi. Aku akan membuat mereka dipermuliakan, dan mereka tidak akan dihina lagi. Anak-anak mereka akan menjadi seperti dahulu kala, dan perkumpulan mereka akan tinggal tetap di hadapan-Ku. Aku akan menghukum semua orang yang menindas mereka. Orang yang memerintah atas mereka akan tampil dari antara mereka sendiri. Dan orang yang berkuasa atas mereka akan bangkit dari tengah-tengah mereka. Aku akan membuat dia maju dan mendekat kepada-Ku. Sebab siapakah yang berani mempertaruhkan nyawanya untuk mendekat kepada-Ku?” demikianlah firman Tuhan. Maka kamu akan menjadi umat-Ku, dan Aku akan menjadi Allahmu.”
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan 
Ref. Tuhan akan membangun Sion dan menampakkan diri dalam kemuliaan.
Ayat. (Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23)
1. Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi menyegani kemuliaan-Mu, bila Engkau sudah membangun Sion, dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Mu; bila Engkau mendengarkan doa orang-orang papa, dan tidak memandang hina doa mereka.
2. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari tempat-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari surga ke bumi, untuk mendengarkan keluhan orang tahanan, dan membebaskan orang-orang yang ditentukan harus mati.
3. Anak hamba-hamba-Mu akan diam dengan tenteram dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapan-Mu. Supaya nama Tuhan diceritakan di Sion, dan Dia dipuji-puji di Yerusalem apabila para bangsa berkumpul bersama-sama dan kerajaan-kerajaan berhimpun untuk beribadah kepada Tuhan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Rabi, Engkau Anak Allah, Engkaulah raja Israel. Alleluya.

Walaupun kelihatannya melanggar adat istiadat nenek moyang, namun Yesus sebenarnya mau menunjukkan sebuah kebenaran yang telah tertutup akibat perhatian berlebihan terhadap tata adat istiadat itu sendiri. Yesus menyampaikan pemulihan dan pembenahan.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (15:1-2, 10-14)
 
Sekali peristiwa datanglah kepada Yesus beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem. Mereka berkata, “Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.” Yesus lalu memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka, “Dengarkan dan camkanlah, bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.” Maka datanglah para murid dan bertanya kepada Yesus, “Tahukah Engkau bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang Farisi?” Tetapi Yesus menjawab, “Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di surga, akan dicabut sampai akar-akarnya. Biarkanlah mereka itu. Mereka itu orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lubang.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus
 
Renungan
 
Penyesatan di zaman ini sering terjadi karena orang salah menempatkan hal-hal yang rohaniah dengan yang jasmaniah. Hal-hal yang rohaniah harus mengatasi hal-hal jasmaniah termasuk urusan mencuci tangan dan melakukan adat istiadat. Orang-orang Yahudi ternyata salah mengerti. Mereka menempatkan hal-hal fisik dan jasmaniah melampaui hal-hal rohaniah. Itu sebabnya Yesus marah. Yesus pun akan marah jika kita melakukan hal yang sama. Sebab dengan begitu kita menomorduakan apa yang sangat penting dalam hidup beriman kita. Sebelum Tuhan marah pada kita, mari kita tempatkan Dia di atas segala-galanya.

Doa Malam

Tuhan, ajarlah aku bersikap baik, bertutur bahasa lemah lembut seperti hati-Mu yang penuh cinta kasih. Berkatilah aku agar dapat melaksanakannya secara spontan tanpa menimbang-nimbang untung dan rugi, juga tanpa memandang rupa dan mencari balas jasa. Amin.
RUAH

"Setelah orang banyak itu disuruh pergi Yesus mendaki bukit untuk berdoa seorang diri."

Senin, 04 Agustus 2014
Peringatan Wajib St. Yohanes Maria Vianney, Imam
 
Yer 28:1-17; Mzm 119:29.43.79.80.95.102; Mat 14:22-36
 
"Setelah orang banyak itu disuruh pergi Yesus mendaki bukit untuk berdoa seorang diri."
 
Kematian seorang saudara tentu membawa rasa sedih dan kehilangan. Yesus pun mengalami hal yang sama. Setelah mendengar kematian sepupu-Nya, Yohanes Pembaptis, Yesus menyingkir dan hendak mengasingkan diri ke tempat yang sunyi (Mat 14:12-13). Tentu, maksud Yesus adalah untuk berdoa. Namun, orang banyak mengikuti-Nya. Mereka membutuhkan-Nya. Maka, didorong oleh belas kasih, Ia tidak jadi berdoa tetapi melayani mereka dan menyembuhkan yang sakit (Mat 13:14). Ketika hari sudah malam dan mereka kelaparan, Yesus tidak menyuruh mereka pergi begitu saja dengan perut lapar, tetapi Ia memberi mereka makan (Mat 13:16-21). Baru, setelah mereka kenyang, Yesus menyuruh mereka pulang (Mat 14:22). Yesus pasti sudah capek. Namun, Ia tidak lupa akan niat-Nya semula. Berdoa. Maka, setelah para murid mendahului-Nya ke seberang dan orang banyak itu pulang, Yesus segera naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri sampai kira-kira jam 3 (Mat 14:23-25). Setelah berdoa, Ia kembali bersama para murid, yang ternyata butuh perlolongan-Nya karena kapal mereka diombang-ambingkan gelombang laut (Mat 14:24-32).

Demikianlah, doa yang benar tidak terpisah dari realitas hidup sehari-hari. Doa bukanlah tempat untuk mengasingkan diri dari realitas hidup. Doa yang otentik berisi pengalaman hidup yang nyata dan sekaligus meresapi serta menjadi daya untuk menghadapi kenyataan hidup sehari-hari. Dalam doa-Nya, Yesus tidak hanya membawa kesedihan-Nya atas kematian Yohanes Pembaptis, tetapi juga atas kekejaman yang dilakukan penguasa Herodes. Yesus tidak meninggalkan orang banyak yang membutuhkan-Nya dengan alasan untuk berdoa. Maka, Ia tetap melayani mereka. Namun, Ia juga tidak lalu lupa berdoa dengan alasan terlalu capek dan sibuk melayani. Maka, setelah karya pelayanan-Nya hari itu selesai, Ia berdoa. Tidak hanya sebentar tetapi lama. Yesus sungguh menyadari bahwa keduanya, antara doa dan pelayanan, tidak boleh dipisahkan. Keduanya saling mengisi.

St. Yohanes Maria Vianney, yang kita peringati hari ini, sungguh menghayati pola hidup Yesus tersebut. Ia menjadikan doa, terutama Ekaristi sebagai sumber dan pusat hidup rohani dan pelayanan pastoralnya. Ia berkata, “Segala perbuatan-perbuatan baik digabung menjadi satu masih tidak sebanding dengan Kurban Misa, sebab perbuatan-perbuatan baik itu adalah karya manusia, sedangkan Misa Kudus adalah karya Allah.” Dalam misa, kita membawa dan mempersembahkan kepada Tuhan seluruh pengalaman hidup kita sekaligus menimba kekuatan dari Tuhan melalui Sabda-Nya, Tubuh-Nya dan berkat-Nya yang diberikan kepada kita.

Doa: Tuhan, ingatkanlah kami untuk menghayati secara seimbang dan sebagai satu kesatuan tak terpisahkan antara kehidupan rohani kami, khususnya Ekaristi, dengan aktivitas, pekerjaan dan pelayanan kami sehari-hari. Amin. -agawpr-

Senin, 04 Agustus 2014 Peringatan Wajib St. Yohanes Maria Vianney, Imam

Senin, 04 Agustus 2014
Peringatan Wajib St. Yohanes Maria Vianney, Imam
 
Umat beriman harus memberi kesaksian tentang nama Allah, dengan mengakui imannya tanpa takut Bdk. Mat 10:32; 1 Tim 6:12.. Khotbah dan katekese harus diresapi dengan penyembahan dan penghormatan terhadap nama Tuhan Yesus Kristus. (Katekismus Gereja Katolik, 2145)
   

Antifon Pembuka (Mzm 131:9)
 
Semoga para imam-Mu berpakaian kesucian, dan umat-Mu bersorak kegirangan.

Doa Pagi


Allah Bapa kami maha pengasih, tetapkanlah hati kami di saat harus mengalami kesulitan dalam mewartakan kebenaran-Mu. Tambahkanlah iman, harap dan kasih-Mu kepada kami agar hidup kami berkenan kepada-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan dari Kitab Yeremia (28:1-17)
   
    
"Hai Hananya, Tuhan tidak mengutus engkau! Engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta."
     
Peristiwa ini terjadi di Kota Yerusalem pada awal pemerintahan Zedekia, raja Yehuda, yaitu dalam bulan yang kelima tahun yang keempat. Nabi Hananya bin Azur, yang berasal dari Gibeon, berkata kepadaku di rumah Tuhan, di depan mata imam-imam dan seluruh rakyat, "Beginilah sabda Tuhan semesta alam, Allah Israel, 'Aku telah mematahkan penindasan raja Babel. Dalam dua tahun ini segala perkakas rumah Tuhan yang telah diambil dari rumah ini oleh Nebukadnezar, raja Babel, dan yang diangkutnya ke Babel, akan Kukembalikan ke tempat ini. Juga Yekhonya bin Yoyakim, raja Yehuda, beserta semua orang buangan dari Yehuda yang dibawa ke Babel akan Kukembalikan ke tempat ini, demikianlah sabda Tuhan! Sungguh, Aku akan mematahkan penindasan raja Babel itu!" Lalu berkatalah Nabi Yeremia kepada Nabi Hananya di depan para imam dan seluruh rakyat yang berdiri di rumah Tuhan. Kata nabi Yeremia, "Amin! Semoga Tuhan berbuat demikian! Moga-moga Tuhan menepati perkataan-perkataan yang kaunubuatkan itu dengan mengembalikan perkakas-perkakas rumah Tuhan dan semua orang buangan dari Babel ke tempat ini. Hananya, dengarlah perkataan yang akan kukatakan kepadamu dan kepada seluruh rakyat ini. Nabi-nabi yang ada sebelum aku dan sebelum engkau dari dahulu kala telah bernubuat kepada banyak negeri dan terhadap kerajaan-kerajaan yang besar tentang perang dan malapetaka dan penyakit sampar. Tetapi mengenai seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika nubuat nabi itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu benar-benar diutus oleh Tuhan." Kemudian Nabi Hananya mengambil gandar yang terpasang pada tengkuk nabi Yeremia, lalu mematahkannya. Berkatalah Hananya di depan mata seluruh rakyat itu. "Beginilah sabda Tuhan, 'Dalam dua tahun ini begitu jugalah Aku akan mematahkan kuk Nebukadnezar, raja Babel, dari pada tengkuk segala bangsa!" Kemudian pergilah nabi Yeremia dari sana. Dan sesudah nabi Hananya mematahkan gandar dari pada tengkuk nabi Yeremia, bersabdalah Tuhan kepada Yeremia, "Pergilah dan katakanlah kepada Hananya, 'Beginilah sabda Tuhan: Engkau telah mematahkan gandar kayu, tetapi Aku akan membuat gandar besi sebagai gantinya! Sebab beginilah sabda Tuhan semesta alam, Allah Israel, 'Kuk besi akan Kutaruh ke atas tengkuk segala bangsa ini, sehingga mereka takluk kepada Nebukadnezar, raja Babel. Sungguh, mereka akan takluk kepadanya! Malahan binatang-binatang di padang telah Kuserahkan kepadanya." Lalu berkatalah nabi Yeremia kepada nabi Hananya, "Dengarkanlah, hai Hananya! Tuhan tidak mengutus engkau, dan engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta. Sebab itu beginilah sabda Tuhan, 'Sungguh, Aku menyuruh engkau pergi dari muka bumi. Tahun ini juga engkau akan mati, sebab engkau telah menghasut rakyat murtad kepada Tuhan." Maka matilah nabi Hananya dalam tahun itu juga, pada bulan yang ketujuh.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 119:29.43.79.80.95.102; R: 68)
1. Jauhkanlah jalan dusta dari padaku, dan karuniakanlah aku Taurat-Mu.
2. Janganlah sekali-kali mencabut firman kebenaran dari mulutku, sebab aku berharap kepada hukum-hukum-Mu.
3. Biarlah berbalik kepadaku orang-orang yang takut kepada-Mu, orang-orang yang tahu peringatan-peringatan-Mu.
4. Biarlah hatiku tulus dalam ketetapan-ketetapan-Mu, supaya jangan aku mendapat malu.
5. Orang-orang fasik menantikan aku untuk membinasakan aku; tetapi aku hendak memperhatikan peringatan-peringatan-Mu.
6. Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku.
   
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Rabi, Engkau Anak Allah, Engkaulah raja Israel.
        
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (14:22-36)


Sekali peristiwa, setelah mengenyangkan orang banyak dengan roti, Yesus segera menyuruh murid-murid-Nya naik perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh pergi Yesus mendaki bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia seorang diri di situ. Perahu para murid sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Melihat Dia berjalan di atas air, para murid terkejut dan berseru, “Itu hantu!” Dan mereka berteriak ketakutan. Tetapi Yesus segera menyapa mereka, kata-Nya, “Tenanglah! Akulah ini, jangan takut!” Lalu Petrus berseru, “Tuhan, jika benar Tuhan sendiri, suruhlah aku datang kepada-Mu dengan berjalan di atas air.” Kata Yesus, “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasakannya tiupan angin kencang, Petrus menjadi takut dan mulai tenggelam lalu berteriak, “Tuhan, tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya memegang dia dan berkata, “Orang kurang percaya! Mengapa engkau bimbang?” Keduanya lalu naik ke perahu dan redalah angin. Dan mereka yang ada di perahu menyembah Dia, katanya, “Sungguh, Engkau Anak Allah.” Setibanya di seberang mereka mendarat di Genesaret. Begitu Yesus dikenal oleh orang-orang setempat, mereka memberithukannya ke seluruh daerah. Maka semua orang sakit dibawa kepada-Nya. Mereka memohon, supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah Dia menjadi sembuh.

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
Renungan

   
Sudahkah kita percaya, dan berserah diri sepenuhnya kepada Yesus? Injil hari ini mengajak kita untuk tidak perlu takut secara berlebih akan suatu hal pun di dunia ini. Kita semua telah menjadi warga Gereja Katolik karena rahmat baptisan. Karena rahmat Baptisan kita bersatu dan menerima Kristus. Menerima Kristus akan melibatkan banyak konsekuensi, salah satu hal yang sering kita lupakan adalah untuk tidak pernah takut (secara berlebih) akan suatu hal pun di dunia.

St Petrus percaya kepada Yesus, karena imannya akan Yesus ia berjalan di atas air. Mukjizat ini bukan karena Petrus itu orang kudus, tetapi pertama – tama Iman dalam Kristus yang mengerjakan mukjizat ini, dan terutama dalam rahmat yang dianugerahkan Kristus kepadanya. Selang beberapa waktu kemudian, karena angin ribut sempat datang menghempas badannya, Petrus terjatuh dan meminta tolong, dan Yesus menolongnya. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di air, semua situasi tampak biasa saja dan St Petrus tidak ragu untuk berjalan di atas air. Ini mirip dengan gambaran hidup kita, ketika situasi tampak biasa – biasa saja, hati kita tenang, rileks, tak ada yang dipikirkan. Lain cerita, ketika angin menghempas St Petrus, Petrus ketakutan, ketakutannya sedikit membuat St Petrus lupa akan imannya akan Kristus. Ketakutanlah yang meliputi St Petrus, tidak lagi imannya yang menerangi jalan-jalannya dan yang membuat dia mampu berjalan di atas air. Hidup kita pun seperti itu, sekali suatu peristiwa yang tidak meng-enakkan datang menghampiri, kita akan runtuh, ketakutan menyelubungi hidup kita, kita lupa dan tidak lagi berpikir tentang Yesus, sang Gembala, Guru dan Penyelamat.

Dalam situasi yang menakutkan, kurang meng-enakkan, kita harus belajar menerima dan mengolah semua realitas kehidupan, sehingga kita dapat menjadi pribadi yang tahan uji dan bijaksana. Tetapi, tidak dapat berhenti sampai disitu saja, kita memerlukan iman, iman kepada Yesus. Iman kepada Yesus akan menjernihkan dan menerangi langkah hidup kita, sehingga tidak ada lagi ketakutan yang berlebih, kekhawatiran yang sia-sia dan pemikiran yang bukan – bukan. Iman kepada Yesus memberikan kepada kita harapan bahwa ketika kita mau menerima dan mengolah semua ketakutan dan kegelisahan hidup, maka Yesus akan menyertai hidup kita senantiasa, dan tidak akan meninggalkan kita seorang diri seperti anak sebatang kara. Menerima Yesus juga tidak boleh sekedar ketika permasalahan dan kegelisahan hidup itu datang, tetapi setiap saat dan setiap waktu. Mari, kita belajar untuk menerima Yesus dan menjadi cerminan pribadi Kristus!
   
Deus Providebit

"Sambil menengadah ke langit diucapkan-Nya doa berkat, dibagi-bagi-Nya roti itu dan diberikannya kepada murid-murid-Nya. Para murid lalu membagi-bagikannya kepada orang banyak."

Minggu, 03 Agustus 2014
Hari Minggu Biasa XVIII

Yes 55:1-3; Mzm 145:8-9.15-16.17-18; Rm 8:35.37-39; Mat 14:13-21

"Sambil menengadah ke langit diucapkan-Nya doa berkat, dibagi-bagi-Nya roti itu dan diberikannya kepada murid-murid-Nya. Para murid lalu membagi-bagikannya kepada orang banyak."

Perikup Injil ini seringkali diberi judul "Mukjizat Penggandaan Roti". Memang, kendati tidak kata "menggandakan" yang menunjuk pada tindakan Yesus, namun faktanya Ia membuat 5 roti dan 2 ikan cukup untuk memberi makan 5000 orang lebih, bahkan sisa. Ketika banyak orang kelaparan, para murid mengusulkan 2 solusi: menyuruh mereka PERGI supaya MEMBELI roti. Yesus tidak menerima usul mereka. Ia tidak menyuruh mereka pergi, pun tidak meminta mereka membeli roti. Ia memberi perintah tegas kepada para murid: "Kamu harus memberi mereka makan!" Para murid berbicara mengenai MEMBELI, sementara Yesus bicara soal MEMBERI. Bagaimana caranya? Para murid yang mempunyai hanya sedikit makanan, hanya 5 roti dan 2 ikan, diminta oleh Yesus agar mereka rela menyerahkannya kepada-Nya. "Bawalah kemari", kata-Nya. Maka, Yesus mengambil 5 roti dan 2 ikan tersebut lalu mengucapkan DOA BERKAT dan MEMBAGI-BAGIKANNYA kepada para murid dan para murid MEMBAGI-BAGIKANNYA kepada orang banyak. Nah, saya rasa di sinilah kuncinya: Yesus mengadakan mukjizat penggandaan roti dengan 3 langkah. Pertama, meminta kesediaan para murid untuk menyerahkan kepada-Nya 5 roti dan 2 ikan yang mereka miliki; kedua, Ia memberkati ke-5 roti dan ke-2 ikan tersebut; dan ketiga lalu membagi-bagikannya kepada para murid untuk diteruskan kepada orang banyak yang berkumpul.

Apa yang dilakukan Yesus ini, selalu kita ulang setiap kali kita merayakan Ekaristi. Dalam Doa Syukur Agung, khususnya pada bagian kosekrasi atas roti, kita melakukan persis yang dibuat Yesus sebagai kenangan akan Dia. Kemudian, dalam komuni, roti ekaristi itu pun dibagikan kepada kita. Bagi kita, roti itu bukan sekedar memenuhi rasa lapar kita akan Tuhan tetapi juga memberi kekuatan kepada kita untuk menjadikan kita sendiri sebagai "roti yang dibagi-bagikan". Artinya, setelah kita menerima roti ekaristi, yakni Tubuh Kristus sendiri, yang dibagikan kepada kita, kita pun juga harus berbagi. Membagikan sedikit yang kita miliki, seperti halnya yang dilakukan para murid, supaya Tuhan memberkatinya dan menjadikannya berlipat ganda sehingga bisa mencukupi kebutuhan kita bersama orang lain.

Berkaitan dengan berbagi ini, saya mempunyai pengalaman menarik bersama teman-teman Yayasan Anak-Anak Terang Indonesia, yang tahun ini genap berusia 12 tahun dan resmi menjadi Yayasan. Tahun 2011 lalu, saya mulai bergabung tetapi belum sebagai donatur, baru sebagai pendamping/pembimbing rohani. Baru mulai tahun 2014 kemarin, saya tergerak untuk juga ikut serta menjadi donatur. Kakak saya sempat heran, "Adekku kuwi duwe duwit seka ngendi, wong studi". Memang! Tahun 2013/2014 saya mempunyai 45 anak asuh dengan total beaya Rp 14.640.000,00 untuk setengah semester. Apa yang saya lakukan hanyalah mengetuk hati saudara/saudari saya yang setiap hari menerima BBM renungan harian. Ternyata cukup banyak dari saudara/saudari saya itu yang sangat antusias untuk bergabung dan berbagi. Ada yang per bulan memberikan 30.000, 50.000, 75.000, 100.000, sampai 300.000. Akibatnya, terkumpul dana Rp 20.913.901,00 sehingga ada sisa Rp 6.273.901,00. Benar-benar seperti mukjizat penggandaan roti seperti kisah dalam Injil hari ini. Selain itu, beberapa saudara/saudari saya lainnya juga tergerak untk memberikan donari langsung ke AAT. Artinya, mereka melakukan registrasi langsung sebagai donatur dan secara langsung pula memilih anak asuh. Bahkan, di luar yang rutin tersebut, masih ada beberapa yang secara tidak rutin juga memberikan donasinya untuk disalurkan bagi anak-anak mahasiswa. Tahun Ajaran 2014/2015 ini, saya pun melanjutkan gerakan berbagi sekaligus dengan menambah jumlah anak menjadi 50 anak asuh. Puji Tuhan, saudara/saudari yang tahun lalu sudah berbagi, tahun ini bersedia melanjutkan dan masih ditambah beberapa saudara/saudari lain. Hari ini, masih 528 anak yang belum mendapatkan donatur untuk Tahun Ajaran 2014/2015 ini. Namun, saya percaya bahwa saat ini juga Tuhan Yesus sedang mengerjakan mukjizat "penggandaan roti" melalui kesediaan kita untuk mempersembahkan kepada-Nya dan membagikan kepada sesama dari sedikit yang kita miliki.

Doa: Tuhan, Engkau bersabda, "Kamu harus memberi mereka makan!" Bukalah hati kami supaya kami pun tergerak oleh belas kasihan seperti Engkau, kemudian dengan penuh sukacita kami rela mempersembahkan kepada-Mu dan membagikan kepada sesama dari sedikit yang kami miliki. Amin. -agawpr-

Berbeda dalam iman, bersatu dalam cinta

Pastoral Khusus Terhadap Keluarga Kawin Campur

Oleh: Ign. Budiono, O.Carm

“Saya bukan contoh yang baik,” ujar Mayong Suryo Laksono merendah. “Pernikahan kami beda agama, bukankah itu yang harus dihindari?” lanjut wartawan yang menikah dengan artis Nurul Arifin (kemudian juga anggota DPR) ini dalam sebuah wawancara dengan Majalah Hidup (7/12/2011).

Memang dalam Gereja idealnya adalah perkawinan satu iman. Namun, Gereja Katolik tetap menghormati martabat pribadi setiap orang, kebebasan untuk [tetap] memeluk agama[nya] dan kebebasan nuraninya, dan akhirnya menghormati hak pasangan untuk tetap menikah, walau berbeda keyakinan.

Dukungan dari Keluarga Besar, Lingkungan dan Paroki
 
Walaupun yang diharapkan adalah perkawinan sama-sama Katolik, tidak jarang terjadi, ada perkawinan campur (beda agama atau beda Gereja). Namun, keluarga besar atau warga lingkungan tidak perlu mengucilkan mereka. Yang paling utama adalah sikap yang wajar dan baik pada mereka. Penting juga kunjungan (silahturahmi). Umat, pengurus lingkungan dan pastor paroki bisa mengunjungi keluarga-keluarga itu, entah dalam kesempatan biasa atau kesempatan-kesempatan khusus, misalnya Idul Fitri, dan sebagainya. Ini akan menjadi dukungan bagi mereka itu, dan menjadi bagian penting dari pastoral.

Kata-kata Yesus ini mungkin bisa dikenakan di sini, “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga...” (Yoh 10:16). Kalaupun pasangan yang tidak Katolik itu kemudian tidak menjadi Katolik, mereka telah mendapat penggembalaan dan kesaksian akan cinta kasih kristiani. Inisiatif-inisiatif lain bisa diusahakan. Misalnya: paroki mengorganisir pertemuan dengan keluarga-keluarga kawin campur. Di situ bisa diadakan berbagi pengalaman (iman), atau pembinaan-pembinaan tertentu yang perlu, seperti: tentang bagaimana membangun komunikasi atau mendalami bersama kekayaan tradisi-tradisi iman masing-masing.

Menghayati Iman dan Hidup Bersama dalam Suasana Penuh Toleransi

Selanjutnya keluarga-keluarga kawin campur juga punya tugas penting yang mestinya sudah disepakati sejak awal. Pertama, menghayati hidup iman dengan sungguh-sungguh. Gereja memang mengajarkan penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain (LG, 15-16; KGK 847-848), tetapi juga menjunjung tinggi nilai iman (LG, 14; KGK 846).

Jadi keliru, misalnya, demi “toleransi” pada pasangan yang berbeda agama, lalu orang menghayati imannya secara setengah-setengan, atau cenderung tak peduli dengan segala sesuatu yang berbau iman/agama. Penghayatan iman yang benar dan mendalam tidak menghalangi toleransi itu. Karena itu, sebagaimana telah disepakati, pihak yang Katolik punya kewajiban untuk mendidik anak-anak mereka sejak awal dalam iman Katolik yang serius.

Di lain pihak, anak-anak perlu tumbuh dalam suasana keluarga yang toleran. Maka, kedua, orangtua sejak awal bisa membangun kebiasaan-kebiasaan toleransi yang baik dengan contoh-contoh kecil seperti: saling mengantar untuk pergi beribadah (ke gereja, masjid), menemani pasangan yang sahur atau buka puasa, atau makan bersama dengan didahului doa secara bergiliran menurut keyakinan masing-masing. Sangat baik, jika anak-anak yang dibesarkan dalam iman Katolik itu juga dibesarkan dalam keterbukaan dan hormat terhadap nilai-nilai tradisi iman dari bapak/ibunya yang berbeda darinya. Karena baik jika di rumah, ada berbagi Kitab Suci, buku dari keyakinan bapa/ibunya yang berbeda, kadang pula, saling bercerita satu sama lain, tentang pengalaman iman dan khazanah kepercayaan masing-masing.

Ada satu kalimat sangat bagus dari St. Agustinus, “Dalam hal-hal esensial: persautan; dalam hal-hal yang masih diragukan: kebebasan; dalam segala hal cinta kasih” (In necessariis unitas, in dubiis libertas, in omnibus caritas). Ini adalah sebuah prinsip yang sangat bagus untuk keluarga-keluarga kawin campur. Dalam perbedaan keyakinan ada kemerdekaan, tetapi mereka disatukan dalam hal-hal yang esensial (misalnya apa yang penting bagi kebaikan anak-anak dan kebahagiaan keluarga).

Akhirnya, dalam semuanya, yang paling penting adalah cinta kasih. Karena cinta itulah, walau berbeda keyakinan pasangan itu memutuskan untuk membangun satu keluarga. (CAFE ROHANI 08/2014)

Allah mencukupi


Kaplet Santo Gabriel


Minggu, 03 Agustus 2014 Hari Minggu Biasa XVIII

Minggu, 03 Agustus 2014
Hari Minggu Biasa XVIII
   
“Saya menangis ketika saya melihat laporan berita tentang umat Kristen yang disalibkan di negara tertentu yang bukan Kristen. Hingga hari ini masih ada orang-orang yang membunuh dan menganiaya, dalam nama Tuhan. Hingga hari ini kita masih melihat banyak orang seperti para rasul yang bersukacita karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan dalam nama Kristus” (Paus Fransiskus)

   

Antifon Pembuka (Mzm 70:2.6)

Ya Allah, bersegeralah menolong aku, Tuhan, perhatikanlah hamba-Mu. Engkaulah Penolong dan Pembebasku; Tuhan, janganlah berlambat.

O God, come to my assistance; O Lord, make haste to help me! You are my rescuer, my help; O Lord, do not delay.


atau (bdk. Yes 55:1)

Tuhan bersabda, “Hai kamu yang haus datanglah ke sumber air, dan kamu yang tak mampu membayar, mari datanglah dan minumlah dengan gembira.”

All you who are thirsty, come to the waters, say the Lord, and you who have no money, come, drink in gladness.

Sitientes venite ad aquas, dicit Dominus: et qui non habetis pretium, venite, bibite cum lætitia.


Doa Pagi
   

Ya Allah, ajarilah kami untuk menimba semangat dari ekaristi dengan berani berbagi berkat kepada sesama kami. Semoga segala pencobaan dan kesusahan yang kami alami tak pernah memisahkan kami dari kasih-Mu sendiri yang telah Kaunyatakan kepada kami dalam Diri Yesus Kristus, Putra-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Yesaya (55:1-3)
     
    
"Terimalah dan makanlah!"
       
Beginilah firman Tuhan, "Hai kamu semua yang haus, marilah dan minumlah! Dan kamu yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli, dan makanlah; minumlah anggur dan susu tanpa bayar. Mengapa kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti? Dan memberi upah jerih payahmu kau belanjakan untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarlah Aku, maka kamu akan mendapat makanan yang baik, dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Sendengkanlah telingamu, dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh, yang Kujanjikan kepada Daud."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 3/4, PS 857
Ref. Kecaplah betapa sedapnya Tuhan. Kecaplah betapa sedapnya Tuhan.
Ayat. (Mzm 145:8-9.15-16.17-18; Ul: lih 16)
1. Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Tuhan itu baik kepada semua orang penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.
2. Mata sekalian orang menanti-nantikan Engkau, dan Engkau pun memberi mereka makanan pada waktunya; Engkau membuka tangan-Mu dan berkenan mengenyangkan segala yang hidup.
3. Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam perbuatan-Nya. Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya; pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (8:35.37-39)
      
"Tidak ada suatu makhluk pun dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam diri Kristus."
       
Saudara-saudara, siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan? Penganiayaan? Kelaparan? Ketelanjangan? Bahaya? Atau pedang? Dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, baik maut maupun hidup, malaikat-malaikat maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang maupun yang akan datang atau kuasa-kuasa, baik yang di atas maupun yang di bawah, atau sesuatu makhluk lain mana pun tidak akan memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
 
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 4:4b)
Manusia hidup bukan saja dari makanan, melainkan juga dari setiap sabda Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (14:13-21)
    
"Mereka semuanya makan sampai kenyang."
       
Sekali peristiwa, setelah mendengar berita pembunuhan Yohanes Pembaptis, menyingkirlah Yesus; dengan naik perahu Ia bermaksud mengasingkan diri ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya, dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya. Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada Yesus dan berkata, "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa." Tetapi Yesus berkata kepada mereka, "Tidak perlu mereka pergi! Kamu harus memberi mereka makan." Jawab mereka, "Pada kami hanya ada lima buah roti dan dua ekor ikan." Yesus berkata, "Bawalah ke mari!" Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Setelah itu diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu. Sambil menengadah ke langit diucapkan-Nya doa berkat, dibagi-bagi-Nya roti itu dan diberikannya kepada murid-murid-Nya. Para murid lalu membagi-bagikannya kepada orang banyak. Mereka semua makan sampai kenyang. Kemudian potongan-potongan roti yang sisa dikumpulkan, ada dua belas bakul penuh. Yang turut makan kira-kira lima ribu orang pria; tidak termasuk wanita dan anak-anak.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
    
Renungan
    

Jumlah penduduk Indonesia sekarang telah mencapai kurang lebih 250.000.000 jiwa. Jika setiap sekali makan orang Indonesia membuang 1 butir nasi saja, maka setiap hari nasi yang dibuang oleh satu orang Indonesia adalah 3 butir nasi. Atau jumlah yang dibuang oleh masyarakat Indonesia paling tidak dalam sehari adalah 3 butir nasi x 250.000.000 jiwa = 750.000.000 butir nasi. Ini paling sedikit. Benarkah kita hanya membuang 1 butir nasi ketika makan? (Kompasiana.com 17 Oktober 2013).

Sebelum pertanyaan itu dijawab perlu ditambah satu pertanyaan lagi, “Berapa besar lagi bila kita menambah hitungan untuk benua Asia saja yang rata-rata makan nasi?” Tentu jawabnya akan menjadi lebih banyak lagi. Artinya, ternyata ada banyak pemborosan dan tindakan sia-sia yang rutin kita lakukan sementara kita terkadang tidak menyadarinya. Sementara itu, di tempat-tempat lain banyak orang yang mengalami kelaparan karena memang tidak ada yang bisa dimakan. Bukankah ini suatu tragedi yang sungguh nyata ada di depan mata?

Dari sini kita dapat membaca bahwa masih banyak manusia berlaku ceroboh dan tidak punya hati soal makanan. Padahal, siapa pun tidak bisa hidup tanpa makanan. Oleh karena itu, sebagai manusia apalagi mengaku diri sebagai orang yang beriman kita perlu merenung dan mengambil tindakan perubahan produktif berkaitan dengan makanan.

Hari ini kita diundang oleh Yesus untuk tidak lepas tangan akan kebutuhan makanan sesama yang ada di sekitar kita. Menanggapi pertanyaan para murid, Yesus mengatakan, “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan!” (Mat 14:16). Saya yakin bila secara fisik Yesus hadir di tengah-tengah kita, perintah yang sama Dia ulangi lagi untuk kita masing-masing. Kita diminta oleh Yesus untuk memberi mereka, oran-orang lapar dan berkekurangan yang ada di sekitar kita, makanan yang dibutuhkan, karena mereka memang lapar.

Abai akan cara hidup boros, tak peduli dengan nasib sesama yang lapar, menurut hemat saya mengingkari kemuridan-Nya, karena memang kita telah terlebih dahulu diberi makan oleh Yesus. Sebenarnya juga kita memang mampu melakukannya karena kita memiliki banyak makanan itu. Maka, berilah mereka makan, jangan sampai mereka mati kelaparan! (Andreas Yudhi Wiyadi, O.Carm/CAFE ROHANI)
   
Doa untuk Gereja yang dianiaya (bdk. PS 178)

Allah, Bapa di surga, kami bersyukur kepada-Mu, karena Yesus telah menghimpun umat baru bagi-Mu, yakni Gereja. Sungguh berat perjuangan-Nya untuk mewujudkan umat baru itu; la harus menderita, bahkan harus wafat di salib. Tetapi la sendiri telah meyakinkan kami bahwa la mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang, dan alam maut tidak akan menguasainya.

Bapa, keyakinan ini pulalah yang telah memberikan kekuatan besar kepada para murid-Nya yang harus menderita karena nama-Nya. Kami ingat akan para rasul yang dikejar-kejar, ditangkap, dan dipenjarakan karena nama Yesus. Kami ingat akan Stefanus yang demi kesetiaannya kepada Yesus harus menanggung penganiayaan yang kejam, dibunuh dengan dilempari batu. Tetapi dengan perkasa dia sendiri mendoakan orang-orang yang menganiayanya dan memohonkan pengampunan dari-Mu. Juga kami ingat akan Rasul Paulus, yang selalu membawa salib Kristus ke mana pun pergi.

Semoga teladan hidup mereka menyadarkan kami semua, terutama saudara-saudara kami yang sedang dianiaya di Timur Tengah. Betapa besar kekuatan yang Kau berikan kepada mereka yang dianiaya demi nama Yesus. Semoga kesadaran itu membangkitkan pula kekuatan dan ketabahan dalam diri mereka. Semoga mereka tetap setia, bahkan merasa bangga karena boleh ikut memanggul salib Kristus, dan memberikan kesaksian tentang salib yang sungguh memberikan kekuatan. Demi Kristus, Tuhan kami. (Amin.)

"Lalu pergilah mereka memberitahu Yesus"

Sabtu, 02 Agustus 2014
Hari Biasa Pekan XVII

Yer 26:11-16.24; Mzm 69:15-16.30-31.33-34; Mat 14:1-12

"Lalu pergilah mereka memberitahu Yesus"

Sebelum-sebelumnya, kalau saya merenungkan Injil ini, biasanya saya berfokus pada pribadi Yohanes Pembaptis atau Herodes. Namun, mendengar penderitaan yang dialami saudara/i kita di Timur Tengah, saya tertarik dengan murid-murid Yohanes Pembaptis, yang setelah peristiwa kematian guru mereka kemudian mengambil jenazahnya dan memberitahukan peristiwa tersebut kepada Yesus. Boleh dikatakan bahwa mereka itu mengalami kematian sebagai martir seperti halnya yang dialami oleh Yohanes Pembaptis. Banyak di antara mereka yang dikejar, ditangkap dan dibunuh dengan disalib atau dipenggal kepalanya. Apa yang bisa kita lakukan? Menurut saya, yang dilakukan para murid Yohanes Pembaptis ini sangat menarik dan inspiratif. Mereka memberitahu Yesus. Saya yakin, tanpa pemberitahuan mereka pun, Yesus sudah mengetahuinya. Namun, para murid Yohanes tetap merasa penting dan harus memberi tahu Yesus. Nah, hal ini juga bisa kita lakukan, bahkan merupakan yang paling mungkin dan paling baik untuk kita lakukan, selain saling share berita melalui broadcast ataupun membela mereka dengan cara-cara yang lain. Kita beritahukan penderitaan yang dialami oleh saudara/i kita di Timur Tengah itu kepada Yesus melalui doa-doa kita. Kita percaya betul pada kekuatan doa yang menembus ruang dan waktu sehingga pasti sampai bagi saudari/i yang nun jauh di sana.

Doa untuk Gereja yang dianiaya (bdk. PS 178)

Allah, Bapa di surga, kami bersyukur kepada-Mu, karena Yesus telah menghimpun umat baru bagi-Mu, yakni Gereja. Sungguh berat perjuangan-Nya untuk mewujudkan umat baru itu; la harus menderita, bahkan harus wafat di salib. Tetapi la sendiri telah meyakinkan kami bahwa la mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang, dan alam maut tidak akan menguasainya.

Bapa, keyakinan ini pulalah yang telah memberikan kekuatan besar kepada para murid-Nya yang harus menderita karena nama-Nya. Kami ingat akan para rasul yang dikejar-kejar, ditangkap, dan dipenjarakan karena nama Yesus. Kami ingat akan Stefanus yang demi kesetiaannya kepada Yesus harus menanggung penganiayaan yang kejam, dibunuh dengan dilempari batu. Tetapi dengan perkasa dia sendiri mendoakan orang-orang yang menganiayanya dan memohonkan pengampunan dari-Mu. Juga kami ingat akan Rasul Paulus, yang selalu membawa salib Kristus ke mana pun pergi.

Semoga teladan hidup mereka menyadarkan kami semua, terutama saudara-saudara kami yang sedang dianiaya di Timur Tengah. Betapa besar kekuatan yang Kau berikan kepada mereka yang dianiaya demi nama Yesus. Semoga kesadaran itu membangkitkan pula kekuatan dan ketabahan dalam diri mereka. Semoga mereka tetap setia, bahkan merasa bangga karena boleh ikut memanggul salib Kristus, dan memberikan kesaksian tentang salib yang sungguh memberikan kekuatan. Demi Kristus, Tuhan kami. (Amin.)

SERI CATATAN RINGAN: Nyanyian Para Malaikat

 
Dari sebab itu, bersama para malaikat dan semua orang kudus kami bermadah memuji dan memuliakan Dikau dengan tak henti-hentinya bernyanyi....
 
Kalimat ini tentu tidak asing lagi bagi kita umat katolik. Kalimat seperti ini, atau yang mirip-mirip, selalu kita dengarkan setiap kali perayaan Ekaristi, pada bagian prefasi sebelum nyanyian Kudus / Sanctus. Bagian prefasi dan nyanyian Kudus adalah bagian yang saling terkait dan tidak terpisahkan, sehingga jika kita ingin memahami makna nyanyian Kudus saja, atau prefasi saja, perlu memahami keduanya.
 
Prefasi secara sederhana dapat dikatakan berisi tentang ucapan syukur berikut dengan alasan-alasannya. Secara umum prefasi terdiri dari tiga bagian: bagian pertama adalah menyambung dialog Imam-Umat sebelumnya “Sudah layak dan sepantasnya” dengan kalimat “Sungguh layak dan sepantasnya.....” Maka dapat dikatakan bagian pertama prefasi berbicara tentang pujian dan syukur kepada Allah dengan pengantaraan Putra-Nya, Yesus Kristus.
 
Bagian kedua baru berisikan tentang alasan untuk bersyukur, bercerita tentang kebaikan-kebaikan Tuhan bagi umat manusia. Sedangkan bagian ketiga merupakan pengantar untuk melambungkan pujian bagi-Nya lewat nyanyian Kudus.
 
Bagian ketiga ini sungguh menarik karena berkata tentang surga. Kata-kata yang kuat ini menggemakan kembali (atau, selalu menggemakan) apa yang diajarkan Gereja sepanjang masa tentang perayaan Ekaristi, dimana dengan merayakan Ekaristi di dunia ini kita ikut “mencicipi Liturgi Sorgawi, yang dirayakan di kota suci Yerusalem, tujuan peziarahan kita” (Konstitusi tentang Liturgi Suci artikel 8). Lagipula, apa yang dinyanyikan kemudian sungguh-sungguh dinyanyikan di surga seperti apa yang dilihat oleh nabi Yesaya (Yes 6:3) dan dinyatakan dalam kitab Wahyu (Why 4:8).
 
Nyanyian Sanctus sendiri, yang kita kenal sekarang, terdiri dari dua bagian, yakni Sanctus dan Benedictus. Kedua bagian ini ditutup dengan seruan “Hosanna in excelsis” atau menurut terjemahan resmi, “Terpujilah Engkau di surga.” Bagian pertama: “Sanctus, sanctus, sanctus Dominus Deus Sabaoth. Pleni sunt caeli et terra gloria tua.” Kalimat ini memang nyanyian surgawi (lihat Yes 6:3 dan Why 4:8).
 
Bagian kedua: “Benedictus qui venit in nomine Domini.” Kalimat ini diambil dari saat ketika Yesus memasuki Yerusalem dimana Ia disambut dengan meriah penduduk kota itu (lihat Mat 21:9, Mrk 11:9, Luk 19:38, Yoh 12:13). Orang-orang Yerusalem menyerukan kembali apa yang sudah dikatakan dalam kitab Mazmur: “Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN!” (Mzm 118:26a). Ingat pula apa yang disabdakan oleh Yesus sendiri: “Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (Mat 23:39, Luk 13:35).
 
Dari uraian di atas, dapat dibuat beberapa kesimpulan:
  1. Umat beriman menggabungkan diri dalam himpunan para malaikat dan orang kudus yang memuji dan memuliakan Allah
  2. Nyanyian ini bukanlah sembarang nyanyian di sembarang tempat, melainkan dinyanyikan di hadapan Allah sendiri.
  3. Dengan nyanyian ini, umat beriman dapat melihat Allah melalui Yesus.
 
Dan dengan demikian, lewat nyanyian Sanctus dalam perayaan Ekaristi kita dan seluruh Gereja, baik yang sudah mulia di surga maupun yang masih berziarah, bergabung untuk memuji dan memuliakan Allah yang akan segera hadir dalam rupa Hosti Suci yang dapat kita pandang, lihat, dan sembah. Dengan prefasi dan nyanyian Sanctus, umat beriman mengantisipasi kehadiran-Nya yang sungguh nyata ketika roti dan anggur dikonsekrasikan menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Apa yang tadinya hanya bisa dinikmati di surga, dapat dinikmati di dunia.
 
Sebuah ungkapan yang indah akan misteri ini dibuat oleh St. Thomas Aquinas, dan umat pada umumnya kenal dalam lagu Panis Angelicus: “Panis angelicus fit panis hominum dat panis caelicus figuris terminum” yang berarti “Roti para malaikat menjadi roti manusia, roti surgawi telah berwujud nyata.
 
 
-----------------------
Catatan:
Prefasi berikut dialognya dan Sanctus termasuk dalam nyanyian tingkat pertama. Artinya bagian-bagian ini diutamakan untuk dinyanyikan. 
 Sumber: Saint Raphael Publishing https://www.facebook.com/notes/saint-raphael-publishing/seri-catatan-ringan-nyanyian-para-malaikat/277885325728826

Sabtu, 02 Agustus 2014 Hari Biasa Pekan XVII

Sabtu, 02 Agustus 2014
Hari Biasa Pekan XVII
 
“Maria adalah seorang Ratu yang begitu manis, lemah lembut, dan begitu sedia menolong kita dalam kemalangan-kemalangan kita” (St. Alfonsus de Liguori)
  
Antifon Pembuka (Mzm 67:2-3)
 
Semoga Allah mengasihani dan memberkati kita, semoga wajah-Nya berseri-seri kepada kita. Ya Allah, semoga karya-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa.

Doa Pagi

Tuhan, Allah kami, kuatkanlah kepercayaan kami, bahwa Engkau tidak meninggalkan dunia ini, melainkan tetap mengasihi dan memeliharanya. Kami berharap pada kebahagiaan kekal di sisi-Mu, tetapi kuatkanlah juga tekat dan dedikasi kami untuk membangun dunia yang sekarang sehingga menjadi tempat tinggal yang lebih layak, sebagai pendahuluan kebahagiaan yang kami nanti-nantikan dalam Kristus, Yesus, Tuhan kami. Amin.
 
Dalam situasi sulit, sang pembawa pesan Allah tetap teguh dan berani menghadapi risiko yang mungkin muncul. Baginya pesan Allah tetap harus disampaikan. Nyatanya, masih ada hati yang peka untuk mendengarkan dan mengikutinya.
   
Bacaan dari Kitab Yeremia (26:11-16.24)
   
"Tuhan benar-benar mengutus aku kepadamu untuk menyampaikan segala perkataan ini kepadamu."
      
Setelah Yeremia ditangkap karena nubuat yang disampaikannya, para imam dan para nabi berkata kepada para pemuka dan seluruh rakyat, “Orang ini patut mendapat hukuman mati, sebab ia telah bernubuat tentang kota ini, seperti yang kalian dengar dengan telingamu sendiri.” Tetapi Yeremia berkata kepada para pemuka dan seluruh rakyat, “Tuhanlah yang telah mengutus aku bernubuat tentang kota dan rumah ini; Tuhanlah yang mengutus aku menyampaikan segala perkataan yang telah kalian dengar itu. Oleh karena itu perbaikilah tingkah langkah dan perbuatanmu, dan dengarkanlah suara Tuhan, Allahmu, sehingga Tuhan mencabut kembali malapetaka yang diancamkan-Nya atas kalian. Tetapi aku ini, sesungguhnya aku ada di tanganmu. Perbuatlah kepadaku apa yang baik dan benar menurut anggapanmu. Hanya ketahuilah sungguh-sungguh, bahwa jika kalian membunuh aku, maka kalian mendatangkan darah orang tak bersalah atas dirimu dan atas kota ini beserta penduduknya. Sebab Tuhan benar-benar mengutus aku kepadamu untuk menyampaikan segala perkataan ini kepadamu.” Lalu berkatalah para pemuka dan seluruh rakyat itu kepada para imam dan para nabi, “Orang ini tidak patut mendapat hukuman mati, sebab ia telah berbicara kepada kita demi nama Tuhan, Allah kita.” Maka Yeremia dilindungi oleh Ahikam bin Safan, sehingga ia tidak diserahkan ke dalam tangan rakyat, untuk dibunuh.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.
  
Mazmur Tanggapan
Ref. Pada waktu Engkau berkenan, jawablah aku, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 69:15-16.30-31.33-34)
1. Lepaskanlah aku dari dalam Lumpur, supaya jangan aku tenggelam; biarlah aku lepas dari orang-orang yang membenci aku, dan dari air yang dalam! Janganlah gelombang air menghanyutkan aku, janganlah tubir menelan aku, atau sumur menutup mulutnya di atasku.
2. Tetapi aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku! Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan lagu syukur.
3. Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; biarlah hatimu hidup kembali, hai kamu yang mencari Allah! Sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya yang ada dalam tahanan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. Berbahagialah yang dikejar-kejar karena taat kepada Tuhan, sebab bagi merekalah Kerajaan Surga.
  
Kebenaran tak akan pernah mati. Walaupun pembawa pesan Allah telah dimatikan, namun gema kebenaran yang disampaikannya tetap hidup. Oleh karenanya, ketika pembawa kebenaran berikutnya muncul dan pesannya memperkuat kebenaran terdahulu, orang akan merasakan betapa kuatnya gema sebuah kebenaran.
   
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (14:1-12)
   
"Herodes menyuruh memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Kemudian murid-murid Yohanes memberitahukan hal itu kepada Yesus."
         
Sekali peristiwa sampailah berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wiayah. Maka ia berkata kepada pegawai-pegawainya, “Inilah Yohanes Pembaptis. Ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya.” Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggu dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus, saudaranya. Sebab Yohanes pernah menegur Herodes, “Tidak halal engkau mengambil Herodias!” Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut kepada orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah puteri Herodias di tengah-tengah mereka dan menyenangkan hati Herodes, sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. Maka setelah dihasut oleh ibunya, puteri itu berkata, “Berikanlah kepadaku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam.” Lalu sedihlah hati raja. Tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya, diperintahkannya juga untuk memberikannya. Disuruhnya orang memenggal kepala Yohanes di penjara, dan membawanya di sebuah talam, lalu diberikan kepada puteri Herodias, dan puteri Herodias membawanya kepada ibunya. Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil jenazah itu dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahu Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
Renungan
  
Suara kebenaran tidak akan pernah mati. Orang dapat membunuh badan tetapi tidak bisa membunuh suara kebenaran. Suara kebenaran telah didengungkan oleh Yohanes Pembaptis, dan sekarang diteruskan oleh Tuhan Yesus. Itu sebabnya orang-orang takut dan mengira Yohanes Pembaptis sudah bangkit. Kita kerap merasa berhasil membungkam suara kebenaran. Kita lupa bahwa suara kebenaran tidak akan mati. Kalaupun tidak melalui kita, suara kebenaran tetap akan berteriak lewat orang lain. Karena itu jangan sekali-kali mencoba membungkam kebenaran sebab suara kebenaran adalah suara Tuhan.

Doa Malam

Tuhan Yesus, ampunilah kami bila sepanjang hari ini kami Kaudapati bersikap tidak baik dan menyakiti sesama karena kesombongan hati kami. Ajarlah kami untuk rendah hati, tidak malu untuk mengakui kesalahan sendiri, rela menerima nasihat sekalipun dari sesama yang berseberangan dengan kami. Amin.

RUAH

"Karena ketidakpercayaan mereka itu, maka Yesus tidak mengerjakan banyak mukjizat di situ"

Jumat, 01 Agustus 2014
Pw. St. Alfonsus Maria de' Liguori

Yer 26:1-9; Mzm 69:5.8-10.14; Mat 13:54-58

"Karena ketidakpercayaan mereka itu, maka Yesus tidak mengerjakan banyak mukjizat di situ"

Orang-orang Nazaret, yang tidak lain adalah teman-teman dan tetangga Yesus, tidak mau percaya kepada-Nya dan karena itu mereka menolak Yesus. Akibatnya, Yesus tidak mengerjakan banyak mukjizat di Nazaret. Kalau dikatakan bahwa "Yesus tidak mengerjakan banyak mukjizat" berarti Yesus tetap membuat mukjizat meskipun hanya sedikit. Namun, saya yakin, mukjizat ini hanya berlaku bagi mereka yang percaya. Sebab dari sekian banyak penduduk Nazaret yang mayoritas tidak percaya dan menolak Yesus, pasti ada sedikit yang percaya dan menerima-Nya. Juga adanya keterangan tempat "di situ", menunjukkan bahwa bagi orang-orang Nazaret yang percaya kepada-Nya masih bisa mengalami mukjizat-Nya di tempat lain, kendati bukan di Nazaret. Sebab, memang sejak peristiwa tersebut, sepertinya Yesus tidak kembali lagi ke Nazaret tetapi menetap di Kapernaum (Mat 4:13). Dari sini kita dapat menarik kesimpulan, bahwa ketidakpercayaan dan penolakan sebagian orang terhadap Yesus, tidak menghambat dan membatalkan rencana dan karya penyelamatan-Nya. Memang,mereka yang tidak percaya dan menolak-Nya, jelas kehilangan akses akan keselamatan itu melalui Yesus. Namun, bagi kita yang menerima-Nya dan percaya kepada-Nya dengan sepenuh hati, akses kepada keselamatan melalui Dia selalu terbuka. Setiap saat, kita tetap dapat merasakan dan mengalami banyak mukjizat yang dikerjakan-Nya. Untuk itu, marilah kita terus-menerus belajar semakin percaya kepada-Nya, yakni dengan mendengarkan apa yang disabdakan-Nya dan melaksanakannya dalam hidup kita sehari-hari.

Doa: Tuhan teguhkanlah iman kami agar kami semakin percaya kepada-Mu dengan semakin tekun mendengarkan sabda-Mu dan melaksanakannya dalam hidup sehari-hari. Amin. -agawpr-

Jumat, 01 Agustus 2014 Peringatan Wajib St. Alfonsus Maria de' Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja

Jumat, 01 Agustus 2014
Peringatan Wajib St. Alfonsus Maria de' Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja
Jumat Pertama Dalam Bulan

Seluruh kesucian dan kesempurnaan jiwa terletak pada cinta akan Yesus Kristus, Tuhan kita, harta kita tertinggi, penebus kita. (St. Alfonsus Maria de Liguori).

  
Antifon Pembuka (1Sam 2:35)

Tuhan bersabda, "Seorang imam akan Kuangkat bagi-Ku. Ia setia pada-Ku dan bertindak menurut maksud dan keinginan-Ku."

Pengantar


Adanya perasaan kecewa dan patah hati, kehilangan semangat, merupakan hal yang wajar dialami ketika seseorang mengalami penolakan. Penolakan selalu dialami para nabi, bahkan Yesus pun mengalami hal yang sama. Namun, penolakan tidak dibalas Yesus dengan kemarahan, tetapi justru dengan sikap yang lemah lembut. Cinta akan perutusan menjadi pondasi dasar untuk mengatasi penolakan yang dialami. Kita diteguhkan melalui Ekaristi hari ini, agar menghayati kelembutan hati dalam menghadapi penolakan yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari.

Tobat


Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Nabi Agung, utusan Allah, yang dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asal-Mu sendiri. Tuhan, kasihanilah kami.

Engkaulah utusan Allah, yang disertai Roh Allah dan mewartakan Kabar Gembira kepada kaum papa miskin. Kristus, kasihanilah kami.

Engkaulah utusan Allah, yang dengan kata dan karya mau mengembalikan umat yang tidak setia kepada Bapa di surga. Tuhan, kasihanilah kami.
    
Doa Pagi


Allah Bapa yang penuh kasih, Engkau telah mengutus Putra-Mu untuk menyapa dan mengajar kami. Kami mohon, bukalah mata hati kami untuk mengenal, mengagumi, dan menerima-Nya. Berilah kami keberanian untuk menjadi saksi-Nya di lingkungan hidup kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan-bacaan dan Mazmur Tanggapan dari hari biasa, atau dari Rumus Umum Gembala Umat atau Pujangga Gereja, misalnya Rm 8:1-4; Mzm 119:9.10.11.12.13.14; R:12b; Mat 5:13-19
  
Bacaan dari Nubuat Yeremia (26:1-9)
  
       
"Seluruh rakyat berkumpul menghadap Tuhan."
   
Pada permulaan pemerintahan Yoyakim, anak Yosia raja Yehuda, datanglah firman ini dari TUHAN, bunyinya: Beginilah firman TUHAN: "Berdirilah di pelataran rumah TUHAN dan katakanlah kepada penduduk segala kota Yehuda, yang datang untuk sujud di rumah TUHAN, segala firman yang Kuperintahkan untuk kaukatakan kepada mereka. Janganlah kaukurangi sepatah katapun! Mungkin mereka mau mendengarkan dan masing-masing mau berbalik dari tingkah langkahnya yang jahat, sehingga Aku menyesal akan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka oleh karena perbuatan-perbuatan mereka yang jahat. Jadi katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN: Jika kamu tidak mau mendengarkan Aku, tidak mau mengikuti Taurat-Ku yang telah Kubentangkan di hadapanmu, dan tidak mau mendengarkan perkataan hamba-hamba-Ku, para nabi, yang terus-menerus Kuutus kepadamu, --tetapi kamu tidak mau mendengarkan-- maka Aku akan membuat rumah ini sama seperti Silo, dan kota ini menjadi kutuk bagi segala bangsa di bumi." Para imam, para nabi dan seluruh rakyat mendengar Yeremia mengucapkan perkataan-perkataan itu dalam rumah TUHAN. Lalu sesudah Yeremia selesai mengatakan segala apa yang diperintahkan TUHAN untuk dikatakan kepada seluruh rakyat itu, maka para imam, para nabi dan seluruh rakyat itu menangkap dia serta berkata: "Engkau harus mati! Mengapa engkau bernubuat demi nama TUHAN dengan berkata: Rumah ini akan sama seperti Silo, dan kota ini akan menjadi reruntuhan, sehingga tidak ada lagi penduduknya?" Dan seluruh rakyat berkumpul mengerumuni Yeremia di rumah TUHAN.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Demi kasih setia-Mu yang besar, jawablah aku, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 69:5.8-10.14)
1. Orang-orang yang membenci aku tanpa alasan lebih banyak dari pada rambut di kepalaku; terlalu besar jumlah orang yang hendak membinasakan aku, yang memusuhi aku tanpa sebab; aku dipaksa untuk mengembalikan apa yang tidak kurampas.
2. Sebab karena Engkaulah aku menanggung cela, karena Engkaulah noda meliputi mukaku. Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, menjadi asing bagi anak-anak ibuku; Sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela ENgkau telah menimpa aku.
3. Tetapi aku, aku berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, aku bermohon pada waktu Engkau berkenan, ya Allah; demi kasih setia-Mu yang besar jawablah aku dengan pertolongan-Mu yang setia!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Sabda Tuhan tetap selama-lamanya. Itulah sabda yang diwartakan kepadaku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (13:54-58)
 
"Bukanlah Dia itu anak tukang kayu? Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"
  
Pada suatu hari Yesus kembali ke tempat asal-Nya. Di sana Ia mengajar orang di rumah ibadat mereka. Orang-orang takjub dan berkata, "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu? Bukankah Dia itu anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka, "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." Karena ketidakpercayaan mereka itu, maka Yesus tidak mengerjakan banyak mukjizat di situ.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
   
Renungan

          
MEDITATIO : Ketika Yesus berbicara di kampung halaman-Nya, Nasaret, umat yang sebagian besar adalah tetangga-Nya, menolak Dia karena mereka tidak percaya. Mereka mempunyai persepsi bahwa Yesus adalah si tukang kayu, bukan pewarta. Ada 'mental blocking' yang menghalangi orang Nazareth untuk percaya pada Yesus. Yesus sendiri tidak bisa menghilangkan 'mental blocking' ini. Hanya 'kehendak bebas' orang-orang Nazareth lah yang mampu menghapus 'mental blocking' itu.

Demikian juga saat ini, banyak dari kita juga mengalami 'mental blocking' sehingga menolak kehadiran Yesus untuk menjadi pusat hidup kita. 'Mental Blocking' ini sebagian besar terbentuk karena luka batin yang terbentuk dimasa lampau dan tidak terungkapkan secara psikologis atau mendapat penjelasan secara rohani. Penolakan itu terjadi secara otomatis dan seringkali tidak dapat dijelaskan secara rasionil atau diterima secara emosionil.

Seorang anak putra altar tiba-tiba saja tidak mau lagi ke gereja dan berdoa. Bertahun-tahun kemudian setelah dia berkeluarga, dia berkata kepada ibunya bahwa di tidak mau ke gereja lagi karena ayahnya sakit dan meninggal, padahal dia sudah berdoa agar Tuhan menyembuhkan ayahnya sebagai hadiah pelayanannya sebagai putra altar. Sesudah dia menemukan cinta di dalam keluarganya ,pelan-pelan dia bisa merasakan kehadiran cinta Tuhan lagi. Dia sudah ke gereja lagi sekarang, bersama keluarganya.

Kita semua mempunyai luka batin ini dan kita harus berusaha menyingkirkannya, agar antara kita dengan Tuhan tidak ada kabut yang menghalangi baik cinta-Nya maupun rahmat-Nya. Banyak penderitaan di dunia ini baik dalam bentuk penyakit, depressi, stress dan lain lain berasal dari luka batin ini. Satu-satunya jalan adalah kita harus berdoa, mengingat kembali siapa saja yang melukai kita, biasanya orang yang dekat dengan kita, dan mengampuni mereka dalam doa.

Semakin dekat orang yang melukai, semakin dalam luka yang ditimbulkan. Yang paling menyakitkan adalah luka yang disebabkan oleh Tuhan sendiri (menurut kita). Ini adalah manusiawi, saat kita percaya penuh pada-Nya maka kita menaruh seluruh harapan kita pada-Nya dan Tuhan sering tidak mau mengabulkan keinginan kita (demi kebaikkan kita sendiri namun kita tidak mengerti). Jadi wajar juga kita mengampuni Tuhan, yang kita salahkan karena tidak mengabulkan doa kita, yang kita salahkan karena tidak kita mengerti, namun kita yakini sebagai Tuhan Yang Mengasihi kita.
 
CONTEMPLATIO : Hadirkan diri anda di Nazareth saat mereka menolak Yesus. Rasakan kepedihan hati Yesus karena Dia tidak dapat menghadirkan mujizat dan penyelamatan-Nya bagi para tetangga-Nya sendiri. Rasakan kesedihan yang timbul dalam diri anda.
  
ORATIO : Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, saya mengampuni ..... (sebutkan namanya). Dalam nama Tuhan Yesus Kristus saya mengampuni diri saya sendiri. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus saya mengampuni TUHAN. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus saya memutuskan hubungan batin dengan peristiwa ..... (sebutkan peristiwanya secara detail). Amin.
 
MISSIO : Aku akan mengucapkan doa pengampunanku setiap hari sebelum tidur agar rahmat dan perlindungan Tuhan menyertaiku sepanjang malam hari.

 
Renungan Harian Mutiara Iman 2014

“Hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan pelbagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu ditarik orang ke pantai. Lalu mereka duduk dan dipilihlah ikan-ikan itu, ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang."

Kamis, 31 Juli 2014
Peringatan Wajib. St. Ignatius Loyola
 
Yer 18:1-6; Mzm 146:2abc.2d-4.5-6; Mat 13:47-53

“Hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan pelbagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu ditarik orang ke pantai. Lalu mereka duduk dan dipilihlah ikan-ikan itu, ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang."
 
Kita hidup di dunia ini boleh diibaratkan sebagai seorang nelayan yang sedang memukat atau menjala ikan di tengah lautan. Setiap hari, sejak bangun tidur sampai hendak tidur lagi, kita menebarkan jala ke dalam samudera kehidupan kita. Ada banyak sekali jenis ikan yang kita tangkap. Ikan-ikan itu berupa aneka macam hal dan peristiwa yang kita lihat, kita dengar, kita pikirkan, kita rasakan, kita alami, kita katakan dan kita lakukan. Dari kesemuanya itu, tentu ada yang baik dan ada yang buruk. Itulah makanya, penting bagi kita untuk setiap saat, minimal sekali dalam sehari, yakni di penghujung hari sebelum kita tidur, kita duduk dalam keheningan untuk memilih dan memilah, mana 'ikan' yang baik dan mana 'ikan' yang buruk. 'Ikan-ikan' yang baik kita kumpulkan sebagai kekayaan kita dan 'ikan-ikan' yang buruk kita buang. Kalau hal ini kita lakukan secara rutin, tekun dan setia, semakin hari kita akan menjadi pemukat atau penjala ikan yang ahli dan terampil, sehingga semakin banyak 'ikan-ikan' yang baik yang kita tangkap dan semakin sedikit 'ikan-ikan' yang buruk. Dan kelak, di penghujung hidup kita di dunia ini, kita hanya mempunyai sedikit sekali 'ikan' yang buruk tetapi mempunyai banyak sekali 'ikan' yang baik sehingga kita akan "bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa" (Mat 13:43).

St. Ignatius, yang hari ini kita peringati, mewariskan kepada kita metode sederhana untuk memilih dan memilah 'ikan-ikan' yang kita dapatkan dalam hidup harian kita, yakni apa yang disebut "Pemeriksaan Batin" (English: Examen of Consciousness - Latin: Examen Conscientiae). Metode sederhana ini dapat dibaca dan dipelajari, misalnya pada link berikut: http://www.ignatiusloyola.net/2007/07/pemeriksaan-batin-examen-of.html atau https://luxveritatis7.wordpress.com/2013/06/15/pemeriksaan-batin-menurut-latihan-rohani-st-ignatius-loyola/#more-5164.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat kesetiaan dan ketekunan untuk hening di hadapan-Mu guna memilih dan memilah aneka macam hal yang setiap hari kami lihat, kami dengar, kami pikirkan, kami rasakan, kami alami, kami katakan dan kami lakukan sehingga kami mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta kemudian mengumpulkan hanya yang baik. Amin. -agawpr-

Kamis, 31 Juli 2014 Peringatan Wajib St. Ignatius dari Loyola

Kamis, 31 Juli 2014
Peringatan Wajib St. Ignatius dari Loyola
   
“Dengan cinta dan rahmat-Mu, ya Tuhan, aku sudah menjadi kaya, dan aku tidak mengharapkan apa-apa lagi” (St. Ignatius dari Loyola)

  
Antifon Pembuka (Flp 2:10-11)

Dalam nama Yesus hendaknya setiap makhluk di surga, di bumi dan di bawah bumi bertekuk lutut. Dan demi kemuliaan Bapa hendaknya setiap lidah mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.

Doa Pagi

Allah Bapa kami yang maharahim, di mana Sabda-Mu terdengar dan menyentuh hati orang, di situ segala kejahatan dihapuskan. Buatlah hati kami terbuka untuk menerima Sabda-Mu, agar takkan lagi meragukan pengampunan-mu dan selalu mewartakan bahwa Engkau telah membebaskan dan menyucikan kami dalam Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin.
 
Pilihan bacaan: Bacaan I dan Mazmur Tanggapan dari Rumus St. Ignatius dari Loyola (bacaan Injil pilih dari rumus hari biasa atau Rumus Umum Gembala Umat atau Para Kudus -biarawan-, misalnya Luk 14:25-33)
 
Bacaan Pertama
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (1Kor 10:31-11:1)
   
"Lakukanlah semuanya demi kemuliaan Allah."
     
Saudara-saudara, jika engkau makan atau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu demi kemuliaan Allah. Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani maupun Jemaat Allah. Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat. Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan.
Ayat. (Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9.10-11; R: 9a)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya. Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
3. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan, Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.
4. Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takwa, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!
5. Takutlah akan Tuhan, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab orang yang takut akan Dia takkan berkekurangan. Singa-singa muda merasa kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari Tuhan tidak akan kekurangan suatu apa pun.

Pilihan bacaan dari Rumus Hari Biasa:

Nabi pada akhirnya mendapat peneguhan dari Allah yang diabdinya. Allah itu pencipta dan selalu dapat menciptakan secara baru yang telah rusak. Hanya yang diminta dari Allah pada nabi-Nya yakni ketabahan, keberanian untuk percaya serta menjadi suara Allah bagi umat-Nya..

Bacaan Pertama
Bacaan dari Kitab Yeremia (18:1-6)
  
Tuhan bersabda kepada Yeremia, “Pergilah segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan sabda-Ku kepadamu.” Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. Apabila bejana yang sedang dibuatnya dari tanah liat itu rusak di tangannya, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut keinginannya. Kemudian bersabdalah Tuhan kepadaku, “Masakan Aku tidak bertindak terhadap kalian seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah sabda Tuhan. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kalian di tangan-Ku, hai kaum Israel!
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong.
Ayat. (Mzm 146:2abc.2d-4.5.6)
1. Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.
2. Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak – manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksud hatinya.
3. Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya: Dialah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya; yang tetap setia untuk selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Tuhan, bukalah hati kami, supaya kami memperhatikan sabda Putra-Mu.
 
Pada akhirnya Kerajaan Allah itu beraspek tentang akhir zaman dan saat penghakiman yang diibaratkan dengan pukat yang ditebarkan. Tentu yang akan masuk berbagai jenis ikan. Sama pada akhir zaman dan saat penghakiman dikumpulkannyalah orang baik dan orang tidak baik, orang benar dan tidak benar. Saat itu orang tidak lagi bisa mengelak diri lagi.
 
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (13:47-53)
  
"Ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang."
   
Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada orang banyak, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan pelbagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu ditarik orang ke pantai. Lalu mereka duduk dan dipilihlah ikan-ikan itu, ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang. Demikianlah juga pada akhir zaman. Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar. Yang jahat lalu mereka campakkan ke dalam dapur api. Di sana akan ada ratapan dan kertak gigi. Mengertikah kalian akan segala hal ini?” Orang-orang menjawab, “Ya, kami mengerti.” Maka bersabdalah Yesus kepada mereka, “Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran hal Kerajaan Allah seumpama seorang tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendahraannya.” Setelah selesai menyampaikan perumpamaan itu, Yesus pergi dari sana.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
 
Renungan
  
Ignatius berarti api semangat. Dan benar hari ini teladan St. Ignatius dari Loyola memberi semangat berapi-api dalam membangun Kerajaan Allah. Allah sebagai tukang periuk yang mau membentuk kita semua sesuai dengan citra-Nya. Kita akan menjadi periuk yang indah, baik dan benar kalau kita melaksanakan kehendak-Nya, bersatu dengan-Nya dan dibakar oleh cinta-Nya. Hal Kerajaan Allah seumpama pukat. Ikan yang baik dalam pukat akan dipilih dan ikan buruk akan dibuang. Apakah kita terus berusaha menjadi seperti ikan yang baik agar dipilih pada akhir zaman?

Doa Malam

Yesus, Guru dan Tuhanku, aku bersyukur atas orang kudus St. Ignasius dari Loyola yang dalam hidupnya mendahulukan Kerajaan Allah sehingga menjadi pilihan-Mu yang sejati. Ajarlah aku dalam hidup ini supaya tidak mudah cemas bila mengalami kesulitan hidup namun mampu menglahkan diri sendiri dan menjadi murid-Mu yang setia dan taat. Terpujilah Engkau yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.

RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy