| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Surat Gembala Prapaskah 2014 untuk Keuskupan Surabaya

Surat Gembala PRAPASKAH 2014
MEWUJUDKAN KELOMPOK KECIL UMAT YANG MISIONER
Bagi Umat Katolik Keuskupan Surabaya
    
(Hendaknya Surat Gembala ini dibacakan di semua gereja dan kapel dalam wilayah Keuskupan Surabaya pada tanggal 1 – 2 Maret 2014)

No. 54/G.111/II/2014

Saudara-saudari terkasih,
Sesaat lagi kita akan memasuki masa Prapaskah. Selama 40 hari, dimulai pada hari Rabu Abu yang jatuh pada tanggal 5 Maret 2014, kita diajak untuk membangun sikap tobat dan kasih. Masa ini menjadi persiapan rohani agar kita dapat dengan layak merayakan inti iman kita (sengsara, wafat, dan kebangkitan Tuhan) dalam rangkaian perayaan Paskah.

Dalam masa Prapaskah, Gereja mengajak kita merenungkan kebesaran kasih Allah kepada kita, umat-Nya. Kebesaran kasih itu jauh melampaui pelbagai macam dosa yang kerap membelenggu hidup kita. Bacaan pertama hari ini mengingatkan kita bahwa Allah tidak pernah meninggalkan dan melupakan umatNya dalam pergulatan melawan dosa. Kebesaran kasih Allah bahkan digambarkan melebihi kasih yang mengikat seorang ibu dengan anaknya. “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungan-nya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” (Yes 49:15)

Kebesaran kasih itu menunjukkan bahwa kita amatlah berharga di hadapan Allah. Martabat kemanusiaan kita jauh melampaui segala burung di langit yang tidak pernah menabur dan menuai tetapi tetap bisa hidup dalam kecukupan; kita pun jauh lebih indah di mata Allah, daripada bunga bakung di ladang yang tetap tumbuh elok tanpa bekerja dan memintal (bdk. Mat 6: 26.28). Semua gambaran dalam Injil hari ini menunjukkan bahwa Allah senantiasa memperhatikan hidup kita.

Dalam masa Prapaskah, saat kita membangun sikap tobat dan kasih, sebenarnya kita diajak untuk membangun sikap percaya akan kasih dan penyelenggaraan Allah dalam hidup manusia. Sikap ini menjadi pijakan kokoh untuk menyingkirkan segala kekuatiran dan egoisme yang seringkali menjadi akar perkembangan pelbagai macam dosa. Keberanian mengikis akar dosa akan memampukan kita untuk lebih memilih Allah dan kebenaran-Nya yang membawa pada keselamatan, daripada Mamon yang menjerumuskan ke dalam dosa. Pertobatan akhirnya menjadi wujud pembaharuan diri kita untuk selalu kembali kepada Allah setelah kita jatuh dalam dosa.

Saudara-saudari terkasih, sebagaimana tradisi yang hidup dalam Gereja, pertobatan dan kasih haruslah terwujud dalam pilihan sikap dan tindakan. Secara khusus dalam masa Prapaskah hal ini kita nyatakan dengan melakukan Aksi Puasa dan Pembangunan (APP). Tema APP Keuskupan Surabaya 2014, selaras dengan prioritas program ArDas tahun ini, adalah: Mewujudkan Kelompok Kecil Umat yang Misioner

Tema APP ini menegaskan dua hal. Pertama, Gereja pada hakekatnya adalah persekutuan, kelompok umat beriman. Hakekat ini tampak dari sejarah keselamatan sebagaimana diwartakan dalam Kitab Suci. Allah menyatakan diri-Nya, memilih, dan memanggil Abraham bersama segenap keluarganya menuju negeri yang dijanjikan-Nya (bdk. Kej 12:1). Pilihan itu menjadi semakin jelas dalam ikatan perjanjian yang menjadikan bangsa Israel, keturunan Abraham, sebagai umat-Nya: “Aku akan mengangkat kamu menjadi umatKu, dan Aku akan menjadi Allahmu.” (bdk. Kel 6:6) Perjanjian itu bahkan diperbaharui dan disempurnakan dalam diri Yesus Kristus sehingga mencakup semua orang yang percaya kepada-Nya dari segala jaman. Inilah kumpulan umat Allah yang baru, disatukan bukan karena daging melainkan karena Roh Allah (bdk. Yoh 3:5-6).

Kedua, sebagai persekutuan umat beriman Gereja bersifat misioner : diutus untuk mewartakan keselamatan Allah. Hakekat perutusan ini lahir dari Allah sendiri yang “menghendaki agar semua orang diselamatkan” (bdk. 1Tim 2:4). Kehendak Allah ini berpuncak dalam perutusan Yesus, Putera-Nya sendiri, yang datang ke dunia untuk menghadirkan karya keselamatan dalam seluruh sabda dan karya-Nya. Karena itu, Gereja sebagai persekutuan umat beriman mengambil bagian dalam tugas yang sama, sebagaimana dibuat Yesus: Sang Imam, Nabi, dan Guru.

Kita menyadari bahwa tidaklah mudah menghidupi dua hal tersebut. Itu sebabnya melalui masa pertobatan kita ingin berbenah dan memperbaiki diri. Ada keprihatinan dan tantangan yang harus kita hadapi. Di satu sisi bisa dirasakan bahwa pemahaman dan kesadaran kita tentang pentingnya dimensi persekutuan dan tugas misioner Gereja masih perlu terus dikembangkan. Di sisi lain kesadaran dan pemahaman yang ada kerapkali justru merosot karena lemahnya kehendak untuk berkomunikasi serta merebaknya sikap egoistis dan individualistis. Perjumpaan dan pembinaan dalam pelbagai kelompok, entah teritorial maupun kategorial, juga tampak semakin bersifat massal seiring bertambahnya jumlah umat.

Keprihatinan dan tantangan itu secara nyata kerap kali muncul dalam kesulitan untuk mengadakan pertemuan dalam kelompok umat beriman. Pertemuan rutin dalam bentuk kegiatan kelompok seperti pendalaman iman, diskusi, sharing, atau rapat seringkali tak banyak diminati umat. Demikian juga tak jarang ada banyak kelompok merasa kesulitan untuk berbagi tugas atau merencanakan kegiatan karena terbatasnya umat yang bersedia terlibat. Dalam situasi ini, tidak heran bila ada di antara kita yang merasa tidak tersapa dan ditinggalkan sendirian.

Melalui kegiatan APP selama masa Prapaskah, saya mengajak Anda sekalian untuk merefleksikan sekaligus mewujudkan hakekat hidup gerejani kita sebagai kelompok umat beriman dan tugas perutusannya untuk mewartakan keselamatan. Berkat pembaptisan sesungguhnya setiap orang kristiani digabungkan dalam hakekat persekutuan dan tugas perutusan ini.

Marilah kita keluar dari kungkungan pola hidup beriman yang egoistis dan individualistis untuk berani berjumpa dan berkumpul bersama saudara seiman serta terlibat aktif dalam gerak perutusan Gereja. Kebersamaan sebagai umat beriman dapat dimulai dari kelompok kecil umat yang secara rutin bertemu untuk berdoa bersama, membaca dan mendengarkan sabda, serta berbagi pengalaman iman dan membantu mereka yang membutuhkan. Visi kebersamaan ini semoga membantu kita mencapai kepenuhan manusiawi sekaligus kristiani karena kita hanya dapat bertumbuh dan mewujudkan panggilan dalam kaitan dengan orang-orang lain (bdk. KASG, 149).

Secara konkret, dalam masa yang penuh rahmat ini saya mengajak Anda semua untuk dengan setia: pertama, memberikan waktu untuk terlibat dan hadir dalam pertemuan bersama umat di lingkungan, wilayah/stasi, paroki, atau dalam kelompok kategorial lain yang diikuti; kedua, menambah kesempatan dalam olah rohani dan matiraga, keikutsertaan dalam perayaan ekaristi serta pengakuan dosa agar batin semakin siap dan terarah bagi Allah; ketiga, mewujudkan kepedulian aktif dalam semangat solidaritas dan subsidiaritas bagi kebaikan bersama, misalnya dengan aksi dan karya sosial untuk membantu rehabilitasi korban bencana G. Kelud, dan bentuk-bentuk karya sosial lainnya seturut kebutuhan; keempat, berpartisipasi secara aktif dalam proses PEMILU mendatang sebagai wujud tanggungjawab sosial kita demi perbaikan mutu kehidupan berbangsa dan bernegara.

Semoga Allah memberkati dan membimbing pertobatan kita dalam masa Prapaskah ini. Pada gilirannya, kiranya rahmat pertobatan semakin membawa kita untuk mencintai Allah dan sesama dengan lebih tulus dan total.

Surabaya, 25 Pebruari 2014
Berkat Tuhan,

+ Vincentius Sutikno Wisaksono

Uskup Surabaya

Jumat, 28 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VII

Jumat, 28 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VII

Dengan salib, Yesus telah membebaskan kita dari tirani iblis yang telah mengantar kita ke dalam dosa (St. Yohanes Maria Vianey)

Antifon Pembuka (Mzm 103:1-2)

Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!

Doa Pagi

Allah Bapa yang maha pengasih, Engkau telah menciptakan manusia dan alam semesta dengan cinta kasih-Mu. Singkirkanlah ketegaran dan kesombongan kami agar benih-benih cinta kasih yang telah Kautanam dalam hati kami dapat berkembang dan berbuah. Dengan pengantaraan, Kristus, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (5:9-12)

Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu. Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan. Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 823
Ref. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim
Ayat. (Mzm 103:1-2.3-4.8-9.11-12)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, jangan lupa akan segala kebaikannya!
2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!
3. Tuhan adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak pernah Ia murka, dan tidak selamanya Ia mendendam.
4. Sejauh timur dari barat, demikianlah besar kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takut akan Dia! Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali
Ayat.
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran. Alleluya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (10:1-12)

Pada suatu hari Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang Sungai Yordan. Di situ orang banyak datang mengerumuni Dia, dan seperti biasa Yesus mengajar mereka. Maka datanglah orang-orang Farisi hendak mencobai Yesus. Mereka bertanya, “Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?” Tetapi Yesus menjawab kepada mereka, “Apa perintah Musa kepadamu?” Mereka menjawab, “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.” Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah untukmu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka pria dan wanita; karena itu pria meninggalkan ibu bapanya dan bersatu dengan isterinya. Keduanya lalu menjadi satu daging. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia.” Setelah mereka tiba di rumah, Para murid bertanya pula tentang hal itu kepada Yesus. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan wanita lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika isteri menceraikan suaminya lalu kawin dengan pria yang lain, ia berbuat zinah.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

Ingin tahu lebih banyak bisa menjadikan manusia lebih bijaksana dan mengerti rahasia lebih jelas. Orang Farisi ingin belajar dari Yesus, apakah boleh seorang menceraikan isterinya dan kawin lagi. Yesus menjawab dengan tegas: jika orang cerai dan kawin lagi, maka ia berbuat zinah. Pertanyaan orang Farisi sekian puluh abad yang lampau kiranya masih relevan pada jaman sekarang ini.

Masalah kawin cerai tidak hanya melanda dunia dan kehidupan para artis. Di banyak negara yang memperbolehkan terjadinya perceraian dan kawin lagi, angka perceraiannya sangat tinggi bahkan di atas 50%. Alasan yang sepele, kecil dan sebenarnya kurang berarti bisa menjadikan suami atau isteri menjatuhkan talak, menggugat perceraian. Tentu saja umat Katolik yang hidup di tengah tengah masyarakat seperti itu mudah terpengaruh. Alasan ekonomi, munculnya ketidak cocokan satu sama lain, tidak memiliki keturunan, akan dengan mudah diakhiri dengan perceraian. Ujung-ujungnya kawin lagi. Tidak mudah untuk menyadarkan makna pentingnya perkawinan yang seharusnya berlangsung seumur hidup.

Yesus menegaskan bahwa hubungan saling mencintai dalam perkawinan merupakan hubungan yang disatukan oleh Allah. Cinta mereka merupakan cinta Ilahi, sehingga tak boleh diceraikan oleh manusia. Allah mengangkat martabat cinta manusiawi menjadi cinta ilahi yang abadi bagi pasangan suami isteri. Itulah makna sakramen perkawinan di dalam Gereja Katolik.

Contemplatio: Resapkan pengalaman cinta dalam keluargamu. Betapa Tuhan memberikan cinta-Nya melalui Yesus Kristus kepada Gereja-Nya yang menjadi model cinta suami-isteri.

Oratio:Ya Tuhan Yesus, sentuhlah hubungan cinta dalam keluargaku agar semakin bermartabat, dihayati dengan setia dengan kegembiraan sepenuhnya. Amin.

Missio: Mulai hari ini aku akan memperhatikan setiap anggota keluargaku sebagai ungkapan cinta Allah yang begitu besar tanpa pamrih untukku pribadi dan seluruh anggota keluargaku.

Renungan Harian Mutiara Iman 2014

Penyehatan Sikap Berliturgi Kita


“Sekarang ini kita mempergunakan teks liturgi dengan Bahasa Inggris berdasarkan terjemahan baru. Hal ini melambangkan banyak sekali hal. Kita sungguh-sungguh menyadari kebaruan arti dari kata-kata yang kita pergunakan. Kita harus benar-benar memusatkan perhatian pada kata-kata itu. Kita membutuhkan pendekatan baru yang segar berhadapan dengan kebiasaan-kebiasaan dan rasa familiar kita yang sudah lama sekali terbentuk”.

Kata-kata itu diucapkan oleh Mgr. Vincent Nichols, Uskup Agung Westminster, Inggris, pada Hari Perayaan Tahunan Bagi Para Imam di Keuskupan Agung itu, ketika bacaan harian menyajikan bacaan injil dari Yoh. 17:1-11.

“Perasaan kecewa” yang sama sepertinya ada juga pada kita di Indonesia ini, ketika, setelah sekian lama ahli-ahli liturgi dan ahli-ahli bahasa Indonesia, dengan rajin dan tekun mempelajari, mempertimbangkan dengan mendiskusikannya secara tulus dan tuntas, akhirnya menetapkan “Tata Perayaan Ekaristi Bahasa Indonesia”, Vatikan tetap ngotot tentang harus dipertahankannya rumusan “dan bersama rohmu” – “et cum spiritu tuo” sebagai persyaratan untuk mendapatkan recognitio. Sikap Vatikan yang sering kita nilai “kuno dan kolot”, dan memberi kesan bertentangan dengan prinsip aggiornamento serta pembaruan-pembaruan termasuk yang bersifat inkulturatif yang juga sangat dianjurkan oleh Konsili Vatikan II, dengan mudah menimbulkan sikap repulsif terhadap apa yang datang dari Vatikan.

Dalam homili yang diberinya judul “Kita Berbusana Misa untuk Meminimalkan Kecenderungan-kecenderungan Pribadi Kita”, Mgr Nichols di hadapan para imamnya mengakui: “Di antara kita, para imam, dengan sangat mudah Liturgi menjadi titik pertentangan. Padahal bukan begitulah yang seharusnya”. Lalu dikemukannya apa yang menjadi keyakinannya, yang diharapkannya akan menjadi keyakinan para imamna juga dalam menghayati liturgi, terutama Perayaan Ekaristi. Katanya:

“Yang menjadi keyakinan pertama saya adalah ini: Liturgi tidak pernah menjadi milik saya sendiri, atau menjadi buah hasil ciptaan saya sendiri. Liturgi adalah sesuatu yang dianugerahkan kepada kita oleh Bapa. Oleh karena itu, citarasa selera saya sendiri, kesukaan-kesukaan saya pribadi, kepribadian saya sendiri, pandangan-pandangan saya pribadi tentang Gereja, semuanya bersifat marginal, tidak banyak berarti dan kurang penting ketika saya sampai pada urusan mempersembahkan misa. Kita mengenakan busana misa justru untuk meminimalkan preferensi-preferensi pribadi kita, dan bukan untuk mengungkapkannya, apalagi untuk menekankannya. Liturgi bukan milik kita. Liturgi tidak pernah boleh dipergunakan sebagai suatu bentuk pengkapan diri sendiri. Di dalam keuskupan, ketika imam-imam suatu paroki berubah, seharusnya ada sesuatu yang dengan jelas tetap berlanjut tanpa berubah, yakni cara kurban misa dipersembahkan. Kurban Misa adalah tindakan Gereja. Inilah yang menjadi pokoknya, dan bukan yang menjadi pendapat saya. … Tugas saya hanyalah untuk tetap setia”.

Sikap repulsif tersebut, juga yang datang dari kalangan para imam, sering masih dipanas-panasi lagi dengan semangat spontanitas yang oleh sementara imam diyakini sebagai yang terbaik, karena dianggap otentik, apalagi yang ditopang dengan unsur-unsur inkulturatif, kreatif dan inovatif yang mengatasnamakan kemajuan. Mgr Nichols dalam homilinya bagi para imam di keuskupannya itu langsung menambahkan keyakinannya yang kedua, yakni, “bahwa Liturgi membentuk kita dan bukan kita membentuk Liturgi. Kata-kata Kurban Misa membentuk iman kepercayaan dan doa-doa kita. Kata-kata Liturgi jauh lebih baik daripada kreativitas kita yang spontan. … Ditahbiskan ke dalam pribadi Kristus sebagai Kepala, saya hanyalah sebuah instrumen, sebuah sarana kecil dalam misteri yang agung itu. Ini sangat penting. Kurban Misa yang saya rayakan setap pagi membentuk hati saya untuk seluruh hari yang akan datang. … Nanti, dalam semua peristiwa hari itu, dalam keputusan-keputusan yang saya ambil, dalam kata-kata yang saya ucapkan, harapan saya yang paling besar … adalah, bahwa Tuhan akan berkenan mempergunakan saya dan bahwa saya, secara pribadi, tidak menjadi penghalang bagi jalan-Nya. Kita semua adalah pelayan-pelayan Liturgi dengan mana Allah membuka bagi kita curahan hidup-Nya yang menyelamatkan”.

Karena itu, gagasan ketiga yang diharapkannya menjadi keyakinan para imamnya adalah ini: bahwa mereka harus senantiasa menjunjung tinggi kebenaran sentral ini: bahwa jantung liturgi adalah perjumpaan Umat Allah dengan Tuhannya. Segala sesuatu tentang Liturgi harus melayani maksud tujuan ini.

Secara logis Mgr. Nichols mengakhiri homilinya pada perayaan tahunan untuk imamat di Keuskupannya itu dengan mengatakan:

“Point keempat saya yang terakhir adalah ini: kapan saja Liturgi Gereja, yakni Perayaan Kurban Misa, sungguh-sungguh merasuk ke dalam hati dan jiwa kita, maka buah hasilnya adalah rasa keterutusan yang berkobar-kobar”.


Perjumpaan kita dengan Tuhan dan pengalaman akan kasih-Nya membuahkan kesiap-sediaan untuk menjawabnya, teristimewa dalam memberi perhatian kepada mereka yang paling miskin dan paling membutuhkan, sebab justru mereka inilah yang paling karib dengan Hati Sang Juruselamat itu. Di antara para imam dan umat hendaklah senantiasa ada pelayanan bagi Tuhan, pelayanan yang sederhana, tetapi penuh dengan sukacita.

Marilah, saudara-saudaraku terkasih, dengan senang hati kita terima segala upaya untuk mencari pembaruan di dalam perayaan-perayaan Misa kita, sambil senantiasa tetap berada di bawah bimbingan Gereja saja. Dan semoga iman kepercayaan kita dan doa-doa kita dari hari ke hari tetap dibimbing oleh apa yang dimintakan dari pihak kita. Amin.

Penulis adalah Romo Gerard Widyo-Soewondo, MSC, Kepala Departemen Dokumentasi dan Penerangan (Dokpen) KWI.

Sumber: Kolom Antar Komisi Majalah Liturgi Vol. 22, no. 4, Juli – Agustus 2011

 

Kamis, 27 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VII

Kamis, 27 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VII

“Penyesatan itu terutama bersifat buruk, kalau ia dilakukan oleh orang-orang terpandang dan kalau karena itu orang-orang lemah dibahayakan. Ini yang membuat Tuhan kita berseru: "Tetapi barang siapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut" (Mat 18:6) Bdk. 1 Kor 8:10-13.. Penyesatan itu bobotnya sangat berat, kalau dilakukan oleh para pendidik dan para guru. Karena itu, Yesus mempersalahkan ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi bahwa mereka adalah serigala berbulu domba Bdk. Mat 7:15..” (Katekismus Gereja Katolik, 2285)

Antifon Pembuka

Barangsiapa memberi kalian minum air secangkir, karena kalian adalah pengikut Kristus, ia takkan kehilangan ganjarannya.

Doa Pagi

Bapa yang Mahapengasih, di zaman konsumerisme dan hedonisme yang semakin merajalela ini, bantulah aku untuk keluar dari sikap egoisme. Dengan demikian aku mampu selalu bersyukur atas berkat dan rahmat-Mu, sehingga aku tidak mudah terlena akan sarana komunikasi yang kurang sehat dan mengakibatkan ketidakadilan bagi sesama. Amin.

Dengan sangat keras Yakobus menegur orang-orang kaya yang tamak. Mereka hidup berfoya-foya, sementara upah para pekerja mereka tahan. Mereka memperlakukan orang jujur dengan sangat buruk, tanpa bisa dilawan.

Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (5:1-6)
   
Hai kalian orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kalian. Kekayaanmu sudah membusuk dan pakaianmu sudah dimakan ngengat. Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kalian, dan akan makan dagingmu seperti api. Kalian telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir. Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena kalian telah menahan upah para buruh, yang telah menuai hasil ladangmu. Dan keluhan mereka yang menyabit panenmu telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam. Kalian telah hidup dalam kemewahan dan berfoya-foya di bumi. Kalian telah memuaskan hati sama seperti pada hari pembantaian. Kalian telah menghukum, bahkan membunuh orang jujur, dan ia tidak dapat melawan kalian.
Demikianlah sabda Tuhan.
U Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, sebab merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Ayat. (Mzm 49:14-15ab,15cd-16,17-18,19-20)
1. Inilah jalan orang-orang yang mengandalkan dirinya sendiri, ajal orang-orang yang bangga akan perkataannya sendiri. Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati; gembalanya ialah maut;
2. Mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati menjadi tempat kediaman mereka. Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku.
3. Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambah, sebab pada waktu mati semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia.
4. Sekalipun pada masa hidupnya ia menganggap dirinya berbahagia, sekalipun orang menyanjungnya karena ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri, namun ia akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya, yang tidak akan melihat terang untuk seterusnya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sambutlah sabda Tuhan, bukan sebagai perkataan manusia, melainkan sebagai sabda Allah.

Aneka bentuk penyesatan selalu ada, baik dari luar atau dari diri kita sendiri. Cara mencegahnya adalah dengan memotong akarnya. Namun ada cara pencegahan yang lebih manusiawi, yakni dengan tak jemu-jemu berbuat baik (bdk. Ay. 50b), walau hanya sekadar memberi minum air secangkir.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:41-50)
       
Pada suatu hari berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, "Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya." "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. Karena setiap orang akan digarami dengan api. Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
  
Renungan


Seorang murid Yesus harus menghindarkan diri dari kemungkinan memberi skandal kepada orang lain. Dengan cara itu, mereka meluputkan diri dari siksaan neraka yang disimbolkan dengan api dan ulat bangkai. Yesus lalu menunjukkan sikap yang harus dibangun, yaitu menjadi garam bagi sesama. Ia harus menjadi pembawa damai dalam hidup bersama.

Doa Malam

Bapa, terimalah persembahan hidupku. Semoga segala usaha dan karyaku hari ini, yakni untuk berdamai dengan diri sendiri maupun dengan sesama berkenan kepada-Mu. Bila ada kekurangan, sudilah Engkau mengampuniku. Engkaulah Allah yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.


RUAH

Surat Gembala Prapaskah 2014 untuk Keuskupan Bogor

Kepada seluruh umat Keuskupan Bogor yang terkasih,

Salam damai sejahtera dan berkat apostolik,

“Bertobatlah dan Percayalah kepada Injil” (bdk. Mrk 1:15) merupakan seruan Allah yang disampaikan kepada kita. Gereja menggemakan kembali seruan ini terutama pada Masa Prapaskah. Kita akan memulai masa Prapaskah ini pada hari Rabu Abu. Pada hari Rabu Abu itu, kita akan menerima abu yang dioleskan pada dahi kita. Menandai diri kita dengan abu pada dahi atau kepala merupakan ungkapan simbolis bahwa kita semua manusia yang rapuh, “berasal dari debu dan akan kembali kepada debu”.

Melakukan pertobatan dan percaya kepada Injil mendapat dasarnya dari semangat: “Mencintai Tuhan dan mencintai Gereja Kristus”. Mencintai Tuhan Yesus bagi kita tidak dapat dipisahkan dari mencintai Gereja-Nya yang adalah Tubuh mistik Kristus. Sebagai konsekwensi dari iman inilah, maka kita semua dipanggil untuk memperlihatkan secara matang dan bertanggung jawab cinta kita akan Gereja Kristus di Keuskupan Bogor. Maka konsekwensinya juga ialah terlibat secara penuh dalam hidup beriman di paroki-paroki sebagai ungkapan konkret dari pelaksanaan pertobatanmu.

Cinta akan Kristus dan Gereja-Nya akan terpupuk bila kita mendalami semangat doa, ketekunan membaca dan mendengarkan firman Tuhan, serta ketulusan kita untuk melakukan karya-karya amal serta karya yang memberdayakan sesama kita. Maka selama masa prapaskah yang akan berlangsung selama 40 hari, segala energi rohani dan daya fisik kita, serta kegiatan rohani dan pastoral kita diarahkan untuk pemantapan komitmen kita untuk bangkit bersama Kristus yang menderita, wafat dan bangkit di hari raya Paskah nanti.

Agar kebangkitan kita bersama Kristus sungguh dipersiapkan secara baik, maka kita meningkatkan perhatian kita pada hal berdoa, beramal dan berpuasa.

1. Yesus mengajarkan supaya kita berdoa dengan tulus hati “jangan berdoa seperti orang munafik yang mengucapkan doanya supaya dilihat orang dan bertele-tele” (bdk. Mat 6:5). Marilah kita bertindak secara aktif dan mengambil inisiatif untukmeningkatkan perjumpaan-perjumpaan antara umat yang ditandai oleh doa bersama, doa pribadi, Jalan Salib, serta renungan-renungan di lingkungan selama masa Prapaskah.

2. Kita diundang untuk semakin mengungkapkan secara lebih konkret rasa solidaritas antarkita.Tindakan kepedulian untuk meringankan beban hidup orang miskin dan lemah perlu ditingkatkan. Kita berani dan sukarela memberi sedekah atau menyisihkan sebagian dari milik kita. Dalam hal inipun Yesus memberikan nasihat: ”Apabila engkau memberi sedekah berilah dengan tulus hati, jangan menggembar-gemborkan itu: janganlah diketahui tangan kirimu apa yang dilakukan tangan kananmu” (bdk. Mat 16:23).

3. Dalam hal berpuasa, Yesus memberikan pedoman praktis bagaimana orang harus berpuasa yang mengantar dia kepada penyangkalan diri dengan kata-kata berikut: “jangan berpura-pura, jangan pula supaya dilihat orang, tetapi apabila engkau berpuasa minyakilah kepalamu, cucilah mukamu supaya jangan nanti dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa” (Mat 16:17-18).

Saudara-saudari terkasih!
Khususnya selama Masa Prapaskah ini, marilah kita merenungkan ajakan Paus Fransiskus berkenaan dengan tema jati diri kita sebagai orang Katolik. Bapa Suci menegaskan tiga ciri dasar pengikut Kristus. Yang pertama, orang kristen menyadari diri sebagai orang yang diutus oleh Tuhan untuk pergi mewartakan kabar gembira. Tema APP keuskupan kita “Bermasyarakat dalam Terang Iman” merupakan undangan bagi kita agar kita siap diutus untuk mewujudkan iman kita dalam kehidupan sosial, politik dalam masyarakat Indonesia. Yang kedua, orang kristiani itu adalah domba yang diutus ke tengah serigala yang mewujud dalam bentuk kerasnya tantangan kehidupan, godaan-godaan iman yang mengancam; Seperti tokoh Daud dalam Perjanjian Lama, kita mengandalkan Tuhan (bdk.1Sam 17:45-47); Tuhanlah kekuatan dan Tuhanlah yang membela kita. Yang ketiga, ciri corak hidup orang kristen adalah bergembira, bersukacita karena mereka mengenal Tuhan dan membawa Tuhan. Tantangan-tantangan, kesulitan-kesulitan hidup serta keberdosaan kita hendaknya tidak memudarkan sukacita hidup sebagai anak-anak Allah dan saudara Yesus, justru karena Tuhan bersedia mengampuni dan menolong kita.

Di samping itu, kami juga mengajak umat sekalian untuk mewujudkan arah gerak pastoral Keuskupan Bogor, yang terdapat dalam Visi dan Misi Keuskupan. Kami mengajak saudara-saudari sekalian untuk membaca dan mendalami Visi dan Misi keuskupan kita dalam semangat yang ditimba dari motto: “Magnificat Anima Mea Dominum” (Luk 1:46). Motto ini digali dari pengalaman Bunda Maria yang memberikan reaksi atas kepercayaan Tuhan untuk bekerja bersama. Maria menerima kepercayaan Tuhan ini dengan ketulusan hati dan semangat bersukacita, bergembira. Ketersediaannya dan kegembiraannya ditularkan pula kepada sesamanya, pertama-tama kedalam komunitas keluarga Elisabeth saudarinya.

Secara singkat dan padat, visi dan misi Keuskupan kita ialah membangun Communio yang diterangi oleh iman akan Kristus Yesus, antara komunitas-komunitas basis yang ada dalam masyarakat kita. Komunitas dasar yang pertama dan utama ialah keluarga sebagai Gereja mini, Gereja domestik. Di dalam keluarga itu, kita menumbuhkan jati diri kita sebagai pengikut Kristus, melalui perbuatan kasih, saling mencintai, hidup dalam semangat mengampuni, memaafkan; merayakan iman dengan doa baik pribadi maupun bersama (liturgia), melakukan pelayanan dengan penuh perhatian (diakonia), memberi kesaksian tentang imannya (martyria) dan menuturkan kisah hidup Yesus, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya satu sama lain (kerigma).

Berangkat dari keluarga itu, kita diutus untuk terlibat dalam persekutuan-persekutuan basis yang ada dalam masyarakat, entah itu persekutuan internal Gereja maupun persekutuan yang bercorak lintas iman dan lintas keyakinan politis. Dalam keterlibatan itu, hendaklah kita menjadi “garam” dan "terang” dunia. Hal itu perlu kita semua perhatikan, sebab dalam masa Prapaskah tahun 2014 ini, kita akan terlibat dalam proses hidup berpolitik di negara ini. Kita ditantang untuk “menghadirkan Kerajaan Allah: kerajaan Kebenaran, kerajaan Keadilan, kerajaan Kejujuran, kerajaan di mana pelayanan untuk kepentingan masyarakat umum menjadi nyata. Allah mempercayakan manusia ciptaan-Nya untuk menciptakan dunia ini menjadi kerajaan-Nya. Maka selama masa Prapaskah ini, marilah kita berusaha membangun kejernihan hati nurani kita serta kecerdasan rohani untuk memilih orang-orang yang seturut riwayat hidupnya terbukti mempunyai kecenderungan tulus untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat universal Indonesia.

Akhirnya, marilah kita bersama-sama menyiapkan diri dengan berdoa, berpantang, dan berpuasa selama masa Prapaskah untuk menyongsong hari kebangkitan Kristus yang merupakan juga hari kebangkitan kita semua. Marilah kita melakukan “discermen”, seperti Tuhan Yesus Kristus yang melakukan “discermen” tatkala Dia digoda oleh setan di padang gurun (bdk. Mat 4:1-11). Dengan mendengarkan suara Tuhan, kita dapat melakukan pilihan-pilihan yang benar dan tepat dalam kehidupan berkeluarga, menggereja dan bermasyarakat.
Moga-moga Santa Perawan Maria, Bunda Sang Juru Selamat yang setia sampai pada hari kematian Anaknya, berdiri di kaki salib-Nya, menyertai Anda sekalian dalam retret agung dan ziarah iman bersama ini.

Ditetapkan di Bogor
Tanggal 19 Februari 2014


Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM
Uskup Keuskupan Bogor


KETENTUAN PUASA DAN PANTANG

1. KETENTUAN
Kitab Hukum Kanonik Kanon 1249 menetapkan bahwa semua umat beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, di mana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan karya kesalehan dan amal kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang menurut norma kanon-kanon berikut:

Kanon 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.

Kanon 1251 – Pantang makan daging atau makan lain menurut ketentuan Konferensi Para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus.

Kanon 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke-enam puluh; namun para gembala jiwa dan orang tua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita rasa tobat yang sejati.

2. PETUNJUK

1. Masa Prapaskah Tahun 2014 sebagai hari tobat berlangsung mulai hari Rabu Abu, tanggal 5 Maret 2014 sampai dengan Jumat Agung, tanggal 18 April 2014.

2. Pantang berarti tidak makan makanan tertentu yang menjadi kesukaannya dan juga tidak melakukan kebiasaan buruk, misalnya: marah, berbelanja demi nafsu berbelanja, boros, tidak mau memaafkan, dsb. Dana lebih mengutamakan dan mempergandakan perbuatan, tutur kata baik bagi sesama.

3. Puasa berarti makan kenyang tidak lebih dari satu kali dalam sehari.

3. CARA MEWUJUDKAN PERTOBATAN

1. Doa
Hari demi hari dalam masa Prapaskah hendaknya menjadi hari-hari istimewa untuk meningkatkan semangat berdoa, mendekatkan diri kepada Tuhan dengan tekun mendengarkan dan merenungkan sabda Tuhan serta melaksanakannya dengan setia.

2. Karya Amal Kasih
Pantang dan puasa selayaknya dilanjutkan dengan perbuatan amal kasih yakni membantu sesama yang menderita dan berkekurangan. Kami mengajak saudara-saudari sekalian untuk melakukan aksi nyata amal kasih baik pribadi maupun bersama-sama di lingkungan maupun wilayah.

3. Penyangkalan Diri
Dengan berpantang dan berpuasa sesungguhnya kita meneladan Kristus yang rela menderita demi keselamatan kita. Kita mengatur kembali pola hidup dan tingkah laku sehari-hari agar semakin menyerupai Kristus.

4. HIMBAUAN
Selama masa Prapaskah, apabila akan melangsungkan perayaan perkawinan, hendaknya memperhatikan bahwa masa ini adalah masa tobat. Dalam keadaan terpaksa seyogyanya pesta dan keramaian ditunda.

Ditetapkan di Bogor
Tanggal 19 Februari 2014


Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM
Uskup Keuskupan Bogor

Rabu, 26 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VII

Rabu, 26 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VII

“Roh Tuhan berembus dalam lembaran-lembaran ini. Kalimat-kalimatnya dibiarkan tidak selesai, sehingga Anda bisa melengkapinya sesuai dengan perilaku Anda sendiri. Jika anda menghayati kata-kata bijak ini dalam kehidupan Anda, maka Anda akan menjadi pengikut Kristus yang sejati.” – St. Josemaria Escriva

Antifon Pembuka (Mat 5:3)

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, sebab merekalah yang empunya Kerajaan Surga
   
Doa Pagi

Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, Engkau memperhatikan semua orang, tetapi terutama mereka yang tidak mendapat perhatian dari sesamanya. Kami mohon, janganlah kami tinggal berdiam diri melihat kelaliman atau ketidakadilan. Buatlah kami siap sedia membagikan cinta kasih-Mu kepada siapa saja. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.
   
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (4:13-17)
 
Saudara-saudara terkasih, ada di antara kamu yang berkata, "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
   
Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, sebab merekalah yang empunya Kerajaan Surga
Ayat. (Mzm 49:2-3.6-7.8-10.11)
1. Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian, pasanglah telinga, hai semua penduduk dunia, baik yang hina maupun yang mulia, baik yang kaya maupun yang miskin!
2. Mengapa aku takut pada hari-hari celaka pada waktu aku dikepung oleh kejahatan para pengejarku, yang percaya akan harta bendanya, dan memegahkan diri karena banyaknya kekayaan mereka?
3. Tidak seorang pun dapat membebaskan diri, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya! Terlalu mahallah harga pembebasan nyawanya, dan tidak terjangkau untuk selama-lamanya --- kalau ia ingin hidup abadi dengan tidak melihat liang kubur.
4. Sungguh, ia akan melihat: orang-orang yang mempunyai hikmat itu mati, orang-orang bodoh dan dungu pun semuanya binasa dan meninggalkan harta benda mereka untuk orang lain.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:6)
Akulah jalan, kebenaran dan kehidupan, sabda Tuhan. Tiada orang sampai kepada Bapa, tanpa melalui Aku. Alleluya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:38-40)  
    
Pada suatu hari Yohanes berkata kepada Yesus, “Guru, kami melihat seorang yang bukan pengikut kita, mengusir setan demi nama-Mu. Lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi Yesus berkata, “Janganlah kalian cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia memihak kita.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Ketika Jakarta dilanda banjir, semua orang yang bisa menolong sesamanya bergerak berbuat sesuatu. Gedung paroki menjadi tempat tidur banyak warga dan sekaligus dapur umum, demikian juga halaman mesjid. Dalam situasi darurat dimana dorongan kemanusiaan muncul karena keadaan, orang tidak memandang agama atau partai politik yang menempel di bajunya. Orang berbuat baik bukan karena alasan agama atau partai tetapi karena ada rasa belaskasih terhadap sesamanya yang menderita. Kebaikan tidak mengenal sekat atau kotak-kotak.

Suasana darurat atau keadaan sakit atau keadaan tak berdaya mudah menyadarkan ‘siapa manusia dan siapa Allah’. Ayub mengenal Allah yang sesungguhnya ketika dia tak berdaya. Hidup manusia kata St Yakobus seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Oleh karena itu apa yang bisa dibanggakan oleh manusia? Tidak ada. Maka sikap yang paling tepat adalah rendah hati, sadar bahwa segala kebaikan berasal dari Allah.

Alangkah indahnya bila kita senantiasa sadar bahwa kebaikan berasal dari Allah. Tatkala kita bertemu dengan orang yang berbuat baik, kita dibantu untuk semakin menyembah Dia. Demikian juga ketika kita bisa berbuat baik, kita sedang memperkenalkan Allah sumber kebaikan. ”Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita!”

”Tuhan Yesus, aku sering lebih melihat packing daripada isinya semoga aku tidak jemu-jemu berbuat baik untuk memperkenalkan Dikau sumber kebaikan. Amin.

Ziarah Batin 2014, Renungan dan Catatan Harian

Surat Gembala Prapaskah 2014 untuk Keuskupan Agung Semarang


dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 di wilayah Keuskupan Agung Semarang

“Allah peduli dan kita menjadi perpanjangan tangan kasih-Nya untuk melayani”

Saudari-saudaraku yang terkasih, Tidak lama lagi kita akan memasuki masa Prapaskah, masa penuh rahmat yang setiap tahun kita jalani. Masa Prapaskah menjadi penuh rahmat karena kita mengalami bahwa Allah sungguh baik kepada kita dan memberi kesempatan untuk membangun pertobatan terus menerus.

Ada kisah-kisah kehidupan yang menampakkan solidaritas dan belarasa yang nyata dari situasi banjir ataupun bencana yang terjadi pada hari-hari ini. Namun yang lebih keras terdengar adalah situasi kehidupan harian yang diwarnai dengan korupsi, aneka bentuk keserakahan, egoisme, dan orang mengejar segala kepentingan diri dengan pelbagai cara. Akibatnya orang tidak lagi peduli dengan kesengsaraan banyak orang. Orang hidup untuk dirinya sendiri. Orang menjadi mudah cemas, kuatir, terutama terhadap pemenuhan kebutuhan jasmani. Kekuatiran itu membuat orang tidak mudah bersyukur atas apa yang diterimanya, juga tidak mudah untuk mengambil penderitaan orang lain sebagai tanggung jawabnya. Dalam dunia yang semacam itu, sabda Tuhan memberi peneguhan dan pengharapan. Kasih Allah akan mengatasi segala kekuatiran kita. ”Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?” (Mat 6:25). Kasih Tuhan melebihi kasih seorang ibu “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes 49:15). Kasih-Nya memberi pengharapan pada semua orang dalam perjuangan hidupnya. Ia akan menerangi dalam setiap langkah hidup kita, terutama saat hidup ada dalam kegelapan (bdk. 1Kor 4:5).

Saudari-saudara terkasih, Belum lama ini Paus Fransiskus mengeluarkan surat apostolik “Evangelii Gaudium”. Dalam suratnya itu, Paus meneguhkan iman kita semua bahwa Allah sungguh mencintai semua orang. Melalui Yesus Kristus, Ia menyelamatkan kita bukan janya orang perorangan, tetapi dalam relasi sosial dengan semua orang (Evangelii Gaudium art. 178). Ia berharap agar iman akan Allah yang begitu mengasihi dibangun terus menerus, sehingga kita bisa bersyukur dalam keadaan apapun dan tidak mudah kuatir; kita bisa terus tergerak untuk membantu orang lain, meringankan beban mereka yang menderita dan mau berkorban tanpa pamrih, walaupun kita hidup di dalam masyarakat yang banyak egois, mengejar kepentingan diri. Semua itu karena kita tidak berpusat pada diri sendiri, tetapi pada Allah yang dengan cara-Nya akan mencukupi segala kebutuhan dan keselamatan kita.

Saudari-saudara terkasih,

Untuk mengembangkan iman yang demikian, Keuskupan Agung Semarang menjadikan tahun 2014 sebagai Tahun Formatio Iman. Formatio Iman adalah pembinaan atau pendampingan iman yang terus menerus kepada semua orang beriman dalam setiap jenjang usia, mulai dari usia dini sampai usia lanjut. Pembinaan itu melibatkan keluarga, sekolah maupun paroki. Harapannya, melalui pendampingan iman yang terus menerus, kita semua bisa menjadi orang-orang katolik yang beriman cerdas, tangguh dan misioner. Cerdas karena kita mampu memahami dan mempertanggungjawabkan imannya. Tangguh karena kita tetap bisa bertahan dan berkembang dalam iman walaupun ada dalam pergulatan hidup yang berat dan tantangan iman yang semakin kompleks. Dan misioner karena iman mengajak kita bergerak keluar untuk menghadirkan Kerajaan Allah di tengah Gereja dan masyarakat.

Iman yang cerdas, tangguh dan misioner itu terumuskan secara jelas dalam tema APP 2014, ”Berikanlah Hatimu untuk Mencintai dan Ulurkanlah Tanganmu untuk Melayani”. Tema itu tidak hanya menyapa sisi manusiawi kita, tetapi juga menyapa iman kita. Pengalaman akan Allah yang mengasihi, meneguhkan dan mengorbankan diri-Nya membuat kita juga mampu mencintai sesama dan mengulurkan tangan-tangan kita untuk melayani orang lain, terutama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Keprihatinan sosial yang ada sekarang ini menjadi kesempatan kita untuk memberikan kesaksian iman.

Saudari-saudara yang terkasih

Kita menjadikan masa Prapaskah menjadi masa untuk formatio iman, yakni masa untuk mengolah iman secara terus menerus sampai akhirnya kita merasakan bahwa iman adalah rahmat yang membawa hidup penuh berkat; iman adalah keyakinan bahwa Allah berkarya dalam hidup kita; iman adalah penyerahan yang membuat kita tidak kuatir dalam segala hal. Iman adalah kesadaran bahwa hidup ini semakin berarti saat hati bisa mencintai dan tangan bisa melayani. Maka formatio iman tidak bisa dilepaskan dengan pertobatan dan pembaruan. Pertobatan adalah kesediaan diri untuk mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah, sehingga kita tidak kuatir karena Allah bersama kita dan mencukupkan segala kebutuhan kita. Pertobatan juga merupakan penyangkalan diri untuk mewujudkan kasih dalam kehidupan bersama. Pertobatan itu kita bangun melalui puasa, pengakuan dosa dan amal kasih. Puasa menjadi bentuk pengendalian diri dan penyangkalan diri; pengakuan dosa menjadi bentuk kerendahan hati bahwa kita masih lemah dan membutuhkan pengampunan dan pertolongan Tuhan. Amal kasih menjadi tindakan nyata bahwa kita bisa ambil bagian dalam kasih dan kepedulian Allah untuk umat manusia. Dengan demikian, pertobatan membawa pembaruan relasi kita dengan Allah dan sesama.

Saudari-saudara yang terkasih

Secara tulus saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu, bapak, saudari-saudara, anak-anak, remaja, orang muda, para Romo, Bruder, Suster, Frater yang dengan berbagai macam cara terlibat dalam formatio iman, mengembangkan pelayanan kasih, tiada henti mewujudkan persaudaraan sejati di antara sesama pemeluk agama dan pelayanan lain di Keuskupan Agung Semarang. Saya yakin bahwa usaha dan niat-niat baik Anda akan berbuah bagi terwujudnya tatanan kehidupan yang semakin beriman, bersaudara dan manusiawi.

Secara khusus saya berdoa bagi Anda yang sedang sakit, menanggung beban-beban kehidupan yang berat, berada di Lembaga Pemasyarakatan, menjadi korban penyalahgunaan Narkoba, difabel atau berkebutuhan khusus serta yang lanjut usia; semoga Tuhan yang Mahakasih memberikan keteguhan iman kepada Anda semua dan diantara umat dapat saling menghibur-meneguhkan. Tuhan yang Mahamurah senantiasa melimpahkan berkat bagi keluarga dan komunitas Anda.

Salam, doa dan Berkah Dalem,
Semarang, 22 Februari 2014, pada Pesta Takhta Santo Petrus, Rasul

+ Johannes Pujasumarta Uskup Keuskupan Agung Semarang

Selasa, 25 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VII

Selasa, 25 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VII
  
“Setiap kelahiran harus berakhir dengan kematian” (St. Gregorius dari Nyssa)
  
Antifon Pembuka (Mzm 55:23)
  
Serahkanlah bebanmu kepada Tuhan, maka Ia akan menopang Engkau. Tidak untuk selamanya dibiarkan-Nya orang benar goyah.
 
Doa Pagi
 
Allah yang Mahabaik, berkenanlah hadir dalam keberadaanku hari ini. Kasih karunia-Mulah yang akan selalu menyertai setiap langkah hidupku. Karenanya, kami mampu membawa terang bagi setiap orang yang kujumpai hari ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
  
Yakobus menegur doa yang dipanjatkan untuk memenuhi hawa nafsu. Doa semacam itu lahir dari sikap congkak. Sikap rendah hati lahir dari kesadaran akan kemalangan, dukacita, dan ratapan akan dosa-dosa kita. Sikap rendah hati melumpuhkan kuasa iblis. Maka, jadilah rendah hati!
   
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (4:1-10)
  
Saudara-saudara terkasih, dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu. Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah. Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!" Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita. Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
 
Mazmur Tanggapan
Ref. Serahkanlah bebanmu kepada Tuhan, maka Ia akan menopang Engkau.
Ayat. (Mzm 55:7-11a.23)
1. Pikirku, "Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat tenang; aku akan lari jauh-jauh dan bermalam di padang gurun.
2. Aku akan segera mencari tempat perlindungan terhadap angin ribut dan badai." Bingungkanlah mereka, ya Tuhan, kacaukanlah perkataan mereka.
3. Sebab aku melihat kekerasan dan perbantahan di dalam kota! Siang malam mereka mengelilingi kota itu, berjalan di atas tembok-temboknya.
4. Serahkanlah bebanmu kepada Tuhan, maka Ia akan menopang engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang itu goyah.
  
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (bdk Gal. 6:14)
Tiada yang kubanggakan, selain salib Tuhan. Karenanya dunia tersalib bagiku dan aku bagi dunia.
 
Ketika Yesus berbicara tentang penderitaan, para murid-Nya enggan untuk mengerti (ayat 32). Mereka lebih tertarik membicarakan jabatan tertinggi. Mereka belum menyadari bahwa hakikat jabatan adalah pelayanan. Pelayanan yang murni tampak pada sikap menerima dengan penuh kasih orang-orang yang tak diperhitungkan, seperti anak kecil.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:30-37)
 
Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya melintasi Galilea. Yesus tidak mau hal itu diketahui orang, sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka, "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia. Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit." Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada Yesus. Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum. Ketika sudah berada di rumah Yesus bertanya kepada para murid itu, "Apa yang kalian perbincangkan tadi di jalan?" Tetapi mereka diam saja, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil keduabelas murid itu. Kata-Nya kepada mereka, "Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan semuanya." Yesus lalu memanggil seorang anak kecil ke tengah-tengah mereka. Kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, "Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku, dia menerima Aku. Dan barangsiapa menerima Aku, sebenarnya bukan Aku yang mereka terima, melainkan Dia yang mengutus Aku."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Yesus menyampaikan kepada para murid-Nya apa yang akan menimpa diri-Nya. Dia akan menderita, wafat di kayu salib, tetapi akan bangkit kembali. Inilah hidup Yesus. Ia menjadi pemimpin yang melayani, yang berkorban untuk orang lain. Kita sebagai murid-murid-Nya dipanggil untuk memiliki semangat yang sama: menjadi terdahulu, dengan menjadi terakhir dan pelayan bagi semuanya.

Doa Malam

Tuhan Yesus, terimalah segala usaha dan karyaku hari ini dalam menerima Engkau pada diri setiap orang. Ampunilah kesalahanku karena sikap dan tutur kata yang kurang berkenan kepada-Mu. Terlebih ampunilah aku dari sikap angkuh dan dari pelayanan yang tidak dengan sepenuh hati dan cinta yang besar. Jagalah aku dalam istirahat sepanjang malam ini dan hantarlah aku kepada hari baru dan semangat baru dalam melayani sesama. Amin.

  RUAH

Senin, 24 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VII

Senin, 24 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VII

“Orang yang mengarahkan matanya kepada Kristus untuk merendahkan diri, tidak mungkin tinggal dalam kesia-siaan” (St. Gregorius dari Nyssa)

Antifon Pembuka (Mzm 19:15)
 
Semoga Engkau berkenan akan ucapan mulutku, dan akan renungan hatiku di hadapan-Mu, ya Tuhan, gunung batu dan penebusku.
 
Doa Pagi
 
Allah Bapa yang Mahabijaksana, ajarilah kami dengan hikmat-Mu agar dalam cara hidup kami bersama dengan orang lain tidak mementingkan diri sendiri, iri hati dan memegahkan diri. Sebaliknya, dengan penuh kasih kami menyatakan kebenaran yang berbuah dalam hidup rukun dan damai. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
 
Santo Yakobus yang lembut hati itu mengatakan bahwa hikmat lahir dari sikap lemah-lembut. Hikmat sekualitas itu menentang sikap iri hati dan egois yang menjadi sumber kekacauan. Buah-buah hikmat adalah murni, damai, ramah, taat, penuh belas kasih, baik; tidak memihak dan tidak munafik.
 
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (3:13-18)

Saudara-saudara terkasih, siapakah di antara kalian yang bijak dan berbudi? Baiklah ia menyatakan perbuatannya dengan cara hidup yang baik dan lewat hikmat yang lahir dari kelemah-lembutan. Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia dan dari setan-setan. Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tetapi hikmat yang dari atas itu pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buahan yang baik; tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran itu ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 853
Ref. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah Roh dan kehidupan.
Ayat. (Mzm 19:8.9.10.15)
1. Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang bersahaja.
2. Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata ceria.
3. Takut akan Tuhan itu suci, tetap untuk selama-lamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil selalu.
4. Mudah-mudahan Engkau sudi mendengarkan ucapan mulutku, dan berkenan akan renungan hatiku, ya Tuhan, Gunung Batu dan Penebusku!

Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 963
Ref. Alleluya, allleluya. Alleluya, alleluya.
Setelah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (2Tim 1:10b)
Yesus Kristus, Penebus kita, telah membinasakan maut, dan menerangi hidup dengan Injil.
 
Para murid gagal mengusir setan, karena tidak berdoa (bdk. ay. 29). Perintah Yesus adalah sabda Allah, maka selalu menjadi suatu doa. Hari ini, Yesus ingin menunjukkan kekuatan doa yang lahir dari iman (bdk. Yak 5:15-16). Doa yang lahir dari iman itu kuat, sekokoh Sabda Allah.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:14-29)

Pada suatu hari Yesus bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes, turun dari gunung, lalu kembali pada murid-murid lain. Mereka melihat orang banyak mengerumuni para murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan mereka. Ketika melihat Yesus, orang banyak itu tercengang-cengang semua, dan bergegas menyambut Dia. Yesus lalu bertanya kepada mereka, “Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?” Kata seorang dari orang banyak itu, “Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Setiap kali roh itu menyerang, anakku dibantingnya ke tanah. Lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan, dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah minta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” Maka kata Yesus kepada mereka, “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu?” Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” Lalu mereka membawanya kepada Yesus. Dan ketika roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya; dan anak itu terpelanting di tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. Kemudian Yesus bertanya kepada ayah anak itu, “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya, “Sejak masa kecilnya! Seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api atau pun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu, jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” Jawab Yesus, “Katamu, ‘jika Engkau dapat?’ Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” Segera ayah anak itu berteriak, “Aku percaya! Tolonglah aku yang kurang percaya ini!” Ketika melihat makin banyak orang yang datang berkerumun, Yesus menegur roh jahat itu dengan keras, kata-Nya, “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau: Keluarlah dari anak ini, dan jangan memasukinya lagi!” Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncangkan anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang mengatakan, “Ia sudah mati.” Tetapi Yesus memegang tangannya dan membangunkannya, lalu ia bangkit berdiri. Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka, “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” Jawab Yesus, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
 
Renungan
 
Seorang ayah meminta Yesus untuk mengusir roh jahat dari anaknya. Ayah itu meminta dengan penuh keyakinan yang besar dan iman yang mendalam. Itulah sebabnya, Yesus mengusir roh jahat itu keluar dari diri anak itu. Yesus juga mengajarkan kepada murid-Nya betapa pentingnya doa sebelum bertindak. Yesus bersabda, "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa." Doa adalah bahasa atau ungkapan iman kita akan kuasa Allah yang menyelamatkan kita.
 
RUAH

Mengingat kembali 10 Perintah Allah


Kobus: Ajaran kasih vs rasa rela


Minggu, 23 Februari 2014 Hari Minggu Biasa VII

Minggu, 23 Februari 2014
Hari Minggu Biasa VII
 
Orang yang mencintai Tuhan, tentu juga mencintai sesamanya.” (St. Maksimus)

 
Antifon Pembuka (bdk. Mzm 12:6)

Tuhan, aku percaya akan kasih setia-Mu, hatiku bergembira karena Engkau menyelamatkan daku. Aku bernyanyi bagi-Mu karena kebaikan-Mu terhadapku.

Domine, in tua misericordia speravi: exsultavit cor meum in salutari tuo: cantabo Domino, qui bona tribuit mihi.


Doa Pagi

   
Allah yang Mahakuasa, bantulah kami agar kami selalu merenungkan apa yang benar. Semoga kami sanggup melaksanakan apa yang sesuai dengan kehendak-Mu, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan.Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Imamat (19:1-2.11-18) 
   
“Engkau harus mengadili sesamamu dengan kebenaran.”
    
Tuhan berfirman kepada Musa, “Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel, dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan Allahmu, kudus. Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hati, tetapi engkau harus berterus terang menegur sesamamu, dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Akulah Tuhan.”
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 823
Ref. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim
Ayat. (Mzm 103:1-2.3-4.8+10.12-13; Ul: 8a)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, jangan lupa akan segala kebaikannya.
2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat.
3. Tuhan adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita, atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.
4. Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang bertakwa.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 3:16-23)
  
“Kamu adalah tempat kediaman Allah.”
  
Saudara-saudara, camkanlah sungguh-sungguh, bahwa kamu adalah Bait Allah, dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu. Jika ada orang yang membinasakan Bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab Bait Allah adalah kudus, dan kamulah Bait Allah itu. Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia sungguh berhikmat. Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis, “Ia menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya.” Dan di tempat lain tertulis, “Tuhan mengetahui rancangan-rancangan orang berhikmat. Sungguh, semuanya sia-sia belaka.” Karena itu, janganlah ada yang memegahkan dirinya atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu: baik Paulus, Apolos, maupun Kefas, baik dunia, hidup maupun mati, baik waktu sekarang maupun waktu yang akan datang. Semuanya itu kepunyaanmu. Tetapi kamu adalah milik Kristus, dan Kristus adalah milik Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (1 Yoh 2:5)
Sempurnalah cinta Allah dalam hati orang yang mendengarkan sabda Kristus.
  
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:38-48)
  
“Jangan melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.”
  
Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Kamu telah mendengar bahwa dulu ada ungkapan: Mata ganti mata, gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu. Sebaliknya, bila orang menampar pipi kananmu, berikanlah juga pipi kirimu. Bila orang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Bila engkau dipaksa mengantarkan seseorang berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berikanlah kepada orang apa yang dimintanya, dan jangan menolak orang yang mau meninjam sesuatu dari padamu’. Kamu telah mendengar firman, ‘Kasihilah sesamamu manusia, dan bencilah musuhmu’. Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.’ Karena dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga. Sebab Ia membuat matahari-Nya terbit bagi orang yang jahat dan juga bagi orang yang baik. Hujan pun diturunkan-Nya bagi orang yang benar dan juga bagi orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudaramu saja, apakah lebihnya dari perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan
 
Renungan
 
Seluruh bacaan hari ini sungguh-sungguh memberikan kekuatan kepada kita sebagai pengikut Yesus. Alasannya, karena kita kudus seperti yang dikatakan dalam bacaan I, "Kuduslah kamu!" Kemudian predikat itu semakin diteguhkan lagi dalam bacaan kedua yang mengatakan bahwa kita adalah Bait Allah yang berarti setiap Kristiani adalah tempat Tuhan tinggal. Menjadi ciri khas bahwa di mana Tuhan tinggal, tempat itu adalah kudus. Kita adalah tempat tinggal Tuhan, itulah alasannya kita disebut kudus. 

 Untuk menjadi tempat tinggal-Nya, langkah pertama yang perlu ditempuh adalah pengudusan diri. Persiapan pembaptisan baik itu bagi mereka yang dibaptis dewasa maupun sejak bayi adalah peristiwa yang menentukan tempat kudus tersebut. Kemudian berkat baptisan itu, kita dikuduskan dan menjadi tempat Dia tinggal. Berkat penerimaan Sakramen-sakramen lainnya sesuai dengan disposisi masing-masing, menjadikan kita lebih layak untuk kediaman Tuhan yang adalah kudus. 

 Dengan penjelasan inilah kita bisa memahami seorang Kristiani disebut kudus dan Bait Allah, dan kata-kata ini diberikan Allah sendiri kepada umat Israel dan dengan sendirinya juga kepada kita Israel baru. Sehubungan dengan itu, Rasul Paulus menambahkan bahwa Roh Allah diam di dalam diri orang Kristiani, karena kekudusan yang dimilikinya. Inilah kualitas hidup yang dimiliki pengikut Kristus yang mengambil bagian pada kekudusan ilahi. 

 Keadaan hidup seperti itu membedakan cara hidup seorang Kristiani dari yang bukan. Allah yang membiarkan keilahian-Nya dihampiri oleh pengikut-Nya, memiliki ciri khas dalam hidup. Tidak membenci saudara adalah salah satu ciri yang dilaksanakan. Menegur sesama adalah cara kedua yang perlu, walau seringkali dianggap tidak mengenakkan dan tidak sopan. Ciri berikutnya adalah kasih kepada sesama dalam arti tidak menaruh dendam, tidak menuntut balas dan tidak mendatangkan dosa.

 Permintaan seperti ini sudah biasa di kalangan masyarakat dan sudah menjadi prinsip umum dalam kehidupan sosial, sehingga seakan tidak lagi menunjukkan kekhasan yang lebih menonjol sebagai pengikut Kristus. Bahkan, kelompok preman, geng motor, koruptor dan pedagang kaki lima yang akhir-akhir ini disoroti di negara kita, juga memiliki ciri hidup seperti yang sudah dikatakan. Lalu apa keunggulan Kristiani yang disebut kudus oleh Tuhan Allah dan Rasul Paulus? 

 Injil Matius mengatakan bahwa membalas keahatan dengan kejahatan adalah bukan ciri Kristiani. Yesus Kristus dengan ekstrim memberikan contoh konkret yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Jika ada orang menampar, tidak perlu membalas dengan tamparan. Inilah ciri Kristiani yang dikuduskan Tuhan. 

 Untuk menunjukkan kualitas hidup yang lebih tinggi, Yesus kemudian menambahkan sikap yang lebih ekstrim dengan mencintai musuh dan bahkan berdoa baginya. Bagaimana mungkin saya bisa mencintai orang yang membakar gereja? Bagaimana mungkin saya bisa mencintai orang yang membunuh saudara saya? Bagaimana mungkin saya bisa mencintai dan bahkan berdoa bagi mereka yang mengejek, menghina dan mencemooh saya? 

 Inilah kriteria utama "kekudusan kita". Tidak bisa dilupakan bahwa banyak orang bisa mencapai pada taraf mencintai dan mendoakan musuh. Salah satu contohnya adalah Beato Isidorus Bakanja, seorang Kristiani dari Kongo, Afrika. Ia mati karena disiksa oleh penjajah. Sebelum meninggal, ia diminta oleh bapa rohaninya agar ia mengampuni orang yang menyiksanya. Dengan tegas ia mengatakan, "Tentu saja saya mengampuninya (orang yang menyiksanya); bahkan kalau saya nanti masuk surga, saya akan berdoa baginya!" Inilah sikap Kristiani sejati! Inilah sikap kekudusan yang diharapkan Tuhan dari para pengikut-Nya.  (RUAH)

Sabtu, 22 Februari 2014 Pesta Takhta St. Petrus, Rasul

Sabtu, 22 Februari 2014
Pesta Takhta St. Petrus, Rasul
   
“Dari seluruh dunia hanya seorang, yaitu Petrus telah dipilih untuk mengetuai panggilan para bangsa, semua rasul dan para Bapa Gereja” (St. Leo Agung)
  

Antifon Pembuka (Luk 22:32)
    
Tuhan bersabda kepada Simon Petrus, "Aku sudah berdoa bagimu, hai Simon supaya imanmu jangan luntur dan supaya engkau setelah bertobat meneguhkan saudara-saudaramu."

Doa Pagi


Allah Bapa surgawi, kami bersyukur atas penyelenggaraan Gereja Putera-Mu yang tak lain merupakan bangunan yang kokoh berdiri dengan Putera-Mu sebagai batu penjuru. Kuatkanlah iman kami akan Yesus Kristus, Putra-Mu dan mampukan kami hidup berakar di dalam Dia, hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Santo Petrus memberikan pedoman praktis kepada para gembala. Ada tiga nasihat praktis, yaitu: Pertama, menggembalakan dengan sukarela, bukan karena terpaksa. Kedua, dimotivasi oleh loyalitas pengabdian, bukan keuntungan finansial. Ketiga, bukan menjadi pemberi perintah, tetapi pemberi teladan. Inilah nasihat yang keluar dari takhta Santo Petrus, Paus pertama.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (5:1-4)
 
"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu."
   
Saudara-saudara yang terkasih, sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak, aku menasihati para penatua di antara kamu: Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Maka, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
 
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2,4, PS 849/646
Ref. Tuhanlah gembalaku, tak'kan kekurangan aku
Ayat. (Mzm 23:1-3.3b-4.5.6; Ul: 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kausiapkan hidangan bagiku di hadapan lawanku. Kauurapi kepalaku dengan minyak dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu sepanjang umur hidupku. Aku akan diam di rumah Tuhan sekarang dan senantiasa.
     
Bait Pengantar Injil, do = d, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 16:18)
Engkau adalah Petrus, di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya.

  
Pengakuan iman Petrus menjadi dasar iman Gereja. Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas iman Santo Petrus. Daya iman sungguh tak bisa dikuasai oleh alam maut. Iman melampaui kekuatan maut. Iman sekokoh Petrus tak hanya menguasai maut, tetapi sekaligus juga menjadi kunci pintu surga.
   
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (16:13-19)
       
"Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku."
  
Sekali peristiwa Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi. Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya, “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang mengatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U.Terpujilah Kristus.
   
“Dengan memandang bahwa Kristus adalah batu karang (Petra), Petrus adalah umat Kristen. Sebab batu karang (Petra) adalah sebutan aslinya. Oleh karena itu Petrus disebut dari batu karang, bukan batu karang dari Petrus; sebagaimana Kristus tidak disebut dari Kristen, namun Kristen dari Kristus. Oleh karena itu, Dia berkata, “Engkau adalah Petrus; dan di atas Batu Karang ini” yang mana telah engkau akui, diatas Batu Karang ini yang mana telah engkau nyatakan, dengan berkata, “Engkau adalah Kristus, Putra Allah yang hidup’ akan Kubangun Gereja-Ku;” yaitu atas Diri-Ku sendiri, Putra dari Allah yang hidup, “akan Kubangun Gereja-Ku.” Aku akan membangunmu diatas Diri-Ku Sendiri, bukan Diri-Ku Sendiri diatasmu.” (St. Agustinus dari Hippo, Sermon XXVI. 1:2)
    
Renungan
    
Atas nama rekan-rekannya, Petrus berbicara dan mengakui Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup. Jawaban Petrus mendapat pujian dan penghargaan dari Yesus. Roh Bapa sendiri yang mengatakan itu melalui mulut Petrus. Dan Petrus, si batu karang dipercaya oleh Yesus menjadi dasar pendirian Gereja-Nya. Ia menjadi pemimpin Gereja. Ia diberi kuasa untuk memegang kunci Kerajaan Surga. Pesta Takhta St. Petrus mengingatkan kita akan tugas kepemimpinan adalah tugas pelayanan. Dengan demikian, takhta di sini bukan dalam arti kuasa atau jabatan kehormatan. Sebagai murid-murid Yesus, kita juga dipanggil untuk menjadi pelayan bagi sesama kita.
  
Doa Malam
 
Bapa, sebelum beranjak untuk beristirahat, kami bersyukur atas anugerah permandian yang Kauberikan kepada kami, yang menjadikan kami sebagai anak-anak-Mu. Mampukanlah kami untuk setia menjunjung tinggi martabat pembaptisan kami hingga akhir hidup kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.


“Hanya ada satu Tuhan dan satu Kristus, dan satu Gereja dan satu Takhta yang didirikan di atas Petrus oleh Sabda Tuhan. Adalah tidak mungkin untuk memasang altar yang lain, atau imamat yang lain di samping altar yang satu dan imamat yang satu. Barangsiapa yang mengumpulkan di tempat lain akan tercerai berai.” (St. Siprianus kepada semua jemaatnya [43 (40),5] in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1: 229)
  

RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy