| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Sabtu, 22 Februari 2014 Pesta Takhta St. Petrus, Rasul

Sabtu, 22 Februari 2014
Pesta Takhta St. Petrus, Rasul
   
“Dari seluruh dunia hanya seorang, yaitu Petrus telah dipilih untuk mengetuai panggilan para bangsa, semua rasul dan para Bapa Gereja” (St. Leo Agung)
  

Antifon Pembuka (Luk 22:32)
    
Tuhan bersabda kepada Simon Petrus, "Aku sudah berdoa bagimu, hai Simon supaya imanmu jangan luntur dan supaya engkau setelah bertobat meneguhkan saudara-saudaramu."

Doa Pagi


Allah Bapa surgawi, kami bersyukur atas penyelenggaraan Gereja Putera-Mu yang tak lain merupakan bangunan yang kokoh berdiri dengan Putera-Mu sebagai batu penjuru. Kuatkanlah iman kami akan Yesus Kristus, Putra-Mu dan mampukan kami hidup berakar di dalam Dia, hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Santo Petrus memberikan pedoman praktis kepada para gembala. Ada tiga nasihat praktis, yaitu: Pertama, menggembalakan dengan sukarela, bukan karena terpaksa. Kedua, dimotivasi oleh loyalitas pengabdian, bukan keuntungan finansial. Ketiga, bukan menjadi pemberi perintah, tetapi pemberi teladan. Inilah nasihat yang keluar dari takhta Santo Petrus, Paus pertama.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (5:1-4)
 
"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu."
   
Saudara-saudara yang terkasih, sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak, aku menasihati para penatua di antara kamu: Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Maka, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
 
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2,4, PS 849/646
Ref. Tuhanlah gembalaku, tak'kan kekurangan aku
Ayat. (Mzm 23:1-3.3b-4.5.6; Ul: 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kausiapkan hidangan bagiku di hadapan lawanku. Kauurapi kepalaku dengan minyak dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu sepanjang umur hidupku. Aku akan diam di rumah Tuhan sekarang dan senantiasa.
     
Bait Pengantar Injil, do = d, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 16:18)
Engkau adalah Petrus, di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya.

  
Pengakuan iman Petrus menjadi dasar iman Gereja. Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas iman Santo Petrus. Daya iman sungguh tak bisa dikuasai oleh alam maut. Iman melampaui kekuatan maut. Iman sekokoh Petrus tak hanya menguasai maut, tetapi sekaligus juga menjadi kunci pintu surga.
   
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (16:13-19)
       
"Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku."
  
Sekali peristiwa Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi. Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya, “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang mengatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U.Terpujilah Kristus.
   
“Dengan memandang bahwa Kristus adalah batu karang (Petra), Petrus adalah umat Kristen. Sebab batu karang (Petra) adalah sebutan aslinya. Oleh karena itu Petrus disebut dari batu karang, bukan batu karang dari Petrus; sebagaimana Kristus tidak disebut dari Kristen, namun Kristen dari Kristus. Oleh karena itu, Dia berkata, “Engkau adalah Petrus; dan di atas Batu Karang ini” yang mana telah engkau akui, diatas Batu Karang ini yang mana telah engkau nyatakan, dengan berkata, “Engkau adalah Kristus, Putra Allah yang hidup’ akan Kubangun Gereja-Ku;” yaitu atas Diri-Ku sendiri, Putra dari Allah yang hidup, “akan Kubangun Gereja-Ku.” Aku akan membangunmu diatas Diri-Ku Sendiri, bukan Diri-Ku Sendiri diatasmu.” (St. Agustinus dari Hippo, Sermon XXVI. 1:2)
    
Renungan
    
Atas nama rekan-rekannya, Petrus berbicara dan mengakui Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup. Jawaban Petrus mendapat pujian dan penghargaan dari Yesus. Roh Bapa sendiri yang mengatakan itu melalui mulut Petrus. Dan Petrus, si batu karang dipercaya oleh Yesus menjadi dasar pendirian Gereja-Nya. Ia menjadi pemimpin Gereja. Ia diberi kuasa untuk memegang kunci Kerajaan Surga. Pesta Takhta St. Petrus mengingatkan kita akan tugas kepemimpinan adalah tugas pelayanan. Dengan demikian, takhta di sini bukan dalam arti kuasa atau jabatan kehormatan. Sebagai murid-murid Yesus, kita juga dipanggil untuk menjadi pelayan bagi sesama kita.
  
Doa Malam
 
Bapa, sebelum beranjak untuk beristirahat, kami bersyukur atas anugerah permandian yang Kauberikan kepada kami, yang menjadikan kami sebagai anak-anak-Mu. Mampukanlah kami untuk setia menjunjung tinggi martabat pembaptisan kami hingga akhir hidup kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.


“Hanya ada satu Tuhan dan satu Kristus, dan satu Gereja dan satu Takhta yang didirikan di atas Petrus oleh Sabda Tuhan. Adalah tidak mungkin untuk memasang altar yang lain, atau imamat yang lain di samping altar yang satu dan imamat yang satu. Barangsiapa yang mengumpulkan di tempat lain akan tercerai berai.” (St. Siprianus kepada semua jemaatnya [43 (40),5] in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1: 229)
  

RUAH

Surat Gembala Prapaskah 2014 untuk Keuskupan Agung Jakarta

 
“Dipilih Untuk Melayani”

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 dan 2 Maret 2014)

Para Ibu/Bapak,
Suster/Bruder/Frater,
Kaum muda, remaja dan anak-anak yang yang terkasih dalam Kristus,

1. Bersama dengan seluruh Gereja, kita akan memasuki masa Prapaskah pada Hari Rabu Abu, tanggal 5 Maret yang akan datang. Menjelang masa Prapaskah ini, kita terhenyak oleh rentetan bencana alam yang datang bertubi-tubi : banjir yang melanda banyak tempat, letusan gunung-gunung, tanah longsor dan gempa bumi membuat kita semua prihatin dan berduka. Semua bencana itu menyisakan kesengsaraan ratusan ribu orang yang kehilangan sanak-saudara, rumah, harta-benda, dan mata pencaharian. Hati kita sesak melihat saudari-saudara kita itu harus hidup di tempat-tempat pengungsian sambil menatap dengan khawatir masa depan mereka. Bencana alam ini seringkali terkait erat dengan bencana moral seperti keserakahan, korupsi, kebohongan publik, rekayasa politik kekuasaan yang pasti tak kalah mengkhawatirkan dan membahayakan negara dan bangsa.

2. Sabda Tuhan pada hari ini berbicara mengenai kekhawatiran. “Janganlah khawatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah khawatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.” (Mat 6:25) Bagaimanakah sabda Tuhan ini kita mengerti? Bukankah hidup kita senantiasa diwarnai dengan kekhawatiran? Bukankah kekhawatiran itu merupakan tanda kepedulian kita terhadap persoalan hidup? Para pengungsi mengkhawatirkan masa depan hidup mereka. Kita pun mengkhawatirkan mereka dan juga masa depan kita sendiri dan anak-anak kita. Kita khawatir akan kemiskinan yang semakin meningkat, kejahatan yang merajalela, moralitas yang semakin rendah. Kita khawatir akan krisis kemanusiaan, krisis kepemimpinan, dan krisis-krisis yang lain, termasuk krisis ekologi yang mengancam lingkungan hidup kita. Kekhawatiran semacam ini merupakan akibat dari sikap peduli yang berasal dari Tuhan yang menyentuh hati kita, menggugah keprihatinan, dan mendorong kita untuk melakukan sesuatu.

3. Lalu apa yang dimaksud dengan “khawatir”dalam sabda Tuhan hari ini? Pada bagian awal kutipan dinyatakan bahwa kesetiaan kepada Allah tidak mungkin dipegang bersamaan dengan kesetiaan kepada Mamon. “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Mat. 6:24). Dengan latar belakang ini kita sampai pada kesimpulan bahwa kekhawatiran yang dimaksud di dalam sabda Tuhan adalah kekhawatiran yang menggeser kepercayaan kita kepada Allah dan menggantikannya dengan Mamon, yaitu harta milik, uang. Banyak orang begitu khawatir akan masa depan mereka sehingga bersikap serakah dengan mengambil keuntungan setinggi-tingginya dalam usaha, mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta dengan cara apapun, termasuk cara yang tidak terpuji. Kekhawatiran yang membawa kepada keserakahan mencerminkan ketidakpercayaan kita kepada Allah. Hidup tidak lagi diabdikan untuk kesejahteraan bersama, tetapi untuk menimbun harta; orang bekerja bukan untuk hidup, tetapi untuk mengumbar keserakahan yang adalah berhala (Bdk. Ef 5:5). Kepada orang-orang yang khawatir dan bersikap serakah semacam ini, Yesus bersabda: “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga.” Kekhawatiran yang memicu keserakahan tidak akan memunculkan kepedulian, tetapi justru akan menumpulkan kepekaan sosial, membunuh hati nurani dan menjauhkan siapa pun dari Tuhan dan sesama.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

4. Sejalan dengan keinginan kita untuk menjalani tahun ini sebagai tahun pelayanan, tema yang dipilih untuk Aksi Puasa Pembangunan (APP) 2014 pada masa Prapaskah ini ialah “Dipilih Untuk Melayani”. Tema ini bisa dibaca dalam dua konteks.

4.1. Dalam konteks gerejawi, memilih dan melayani adalah dua kata yang amat dekat dengan jatidiri kita sebagai murid-murid Kristus. Seperti halnya para murid Yesus yang pertama, kita semua adalah pribadi-pribadi yang terpanggil dan terpilih (bdk Mat 4:18-22). Kita tidak pernah boleh mengatakan, “kebetulan saya juga Katolik”. Keyakinan bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang dipilih dan dipanggil seharusnya membuat kita menjadi warga Gereja yang bangga dengan jatidiri kita sebagai murid-murid Kristus. Sementara itu kita juga sadar bahwa kita dipanggil dan dipilih tidak demi kepentingan diri kita sendiri, melainkan untuk mengikuti Yesus yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan hidup demi sesama, demi kebaikan bersama (bdk Mat 20:28). Semoga pesan-pesan iman yang disampaikan lewat tema APP 2014 ini mendorong kita semua untuk “khawatir” dalam arti yang positif, untuk mengasah suara hati dan mengembangkan kepedulian sosial yang berbuah dalam bentuk-bentuk pelayanan yang semakin kreatif.

4.2. Dalam konteks tahun politik, tema itu dikaitkan dengan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden-Wakil Presiden yang akan dilaksanakan pada tahun 2014 ini. Diharapkan semua umat Katolik menggunakan hak pilihnya sebagai bentuk tanggungjawab sebagai warga negara yang baik. Kita memilih dengan cerdas dan menurut suara hati calon-calon yang jelas akan melayani kepentingan atau bekaikan bersama, bukan yang lain. Semoga mereka yang akan terpilih tidak menggantikan Pancasila dengan mamon. Semoga mereka terdorong oleh kekhawatiran yang melahirkan kepedulian dan kemurahan hati, bukan kekhawatiran yang melahirkan keserakahan.

4.3. Sementara itu kita perlu yakin juga bahwa status kita sebagai warga negara Indonesia adalah juga pilihan dan panggilan. Keyakinan ini akan mendorong kita semua untuk semakin menyadari bahwa kita merupakan bagian dari suatu Bangsa dan Negara, yaitu Indonesia. Kita hidup di alam Indonesia sebagai satu bangsa, menggunakan satu bahasa pemersatu walaupun kita berbeda satu sama lain. Sebagai bangsa, kita dipersatukan oleh sejarah yang sama di masa lampau dan cita-cita yang sama mengenai masa depan. Kita juga tahu bahwa cita-cita bangsa Indonesia termuat dalam kelima sila Pancasila. Oleh karena itu setiap bentuk kegiatan atau pelayanan untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila yang amat mulia dan luhur, pastilah juga merupakan bentuk perwujudan iman kita.

5. Untuk memperkaya bekal kita memasuki masa Prapaskah, kita juga ingin belajar dari pesan Paus Fransiskus untuk Masa Prapaskah ini. Judul pesan Paus adalah “Ia telah menjadi miskin supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (Bdk 2 Kor 8:9). Ini adalah landasan rohani yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus agar mereka murah hati dalam membantu saudari-saudara mereka di Gereja Induk Yerusalem yang membutuhkan bantuan karena mereka miskin. Menurut Paus, selain kemiskinan material, berkembang juga pada jaman kita ini kemiskinan moral dan kemiskinan spiritual. Miskin material berarti tidak terpenuhinya hak-hak dan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Miskin moral berarti menjadi budak dosa. Miskin spiritual berarti meninggalkan Allah dan mengabdi Mamon serta kawan-kawannya. Dalam ketiga lapangan kemiskinan itu, kita diundang untuk menjadi “hamba-hamba Kristus dan pengurus rahasia Allah” (1 Kor 4:1), artinya menjadi saksi-saksi kekayaan Kristus yang seluruh hidup-Nya dijalani demi keselamatan manusia seutuhnya dan kemuliaan Allah.

6. Akhirnya bersama-sama dengan para imam dan semua pelayan umat saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/Frater/Kaum Muda/Remaja dan Anak-anak sekalian, yang dengan peran berbeda-beda telah ikut mengemban tanggung jawab sejarah Keuskupan Agung Jakarta. Para perintis dan pendahulu kita telah menulis sejarah – artinya meletakkan dasar dan mengembangkan - Keuskupan kita tercinta ini menjadi seperti sekarang ini. Sekarang kitalah yang mesti mengemban tanggung jawab sejarah itu. Marilah berbagai pelayanan sederhana yang kita lakukan dan prakarsa-prakarsa kreatif yang kita usahakan, kita hayati sebagai wujud pelayanan dan pertobatan kita yang terus-menerus, khususnya di masa Prapaskah ini. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda sekalian, keluarga-keluarga dan komunitas Anda.

+ I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta.

Santo Petrus Damianus

Petrus Damianus lahir pada tahun 1007 di Ravena, Italia. Ia adalah anak termuda dalam keluarganya. Orang tuanya adalah bangsawan namun hidup dalam kemiskinan. Sejak kecil Petrus mengalami nasib yang kurang baik. Ia adalah anak yatim piatu, kemudian ia diasuh oleh kakaknya. Kakaknya bersikap sangat keras kepadanya. Sebagai seorang anak kecil ia mulai bkerja sebagai penggembala babi dan diperlakukan seperti seorang budak. Ia sering dianiaya dan dibiarkan kelaparan.

 Kakaknya yang lain bernama Damianus, seorang imam di Ravena, mengetahui keadaannya dan menaruh kasih kepadanya, kemudian ia membawanya pulang dan mendidiknya. Petrus sangat bersyukur atas kebaikan kakaknya itu hingga kelak ia menjadi seorang religius, ia memilih nama Damianus. Damianus mendidik Petrus dengan sangat baik. Ia memberinya semangat belajar. Ia mengirim Petrus ke sekolah yang baik dan akhirnya dengan ketekunannya pada usia 20 tahun ia telah mengajar di perguruan tinggi. Ia menjadi seorang guru yang hebat. 

 Petrus adalah seorang pribadi yang sangat dekat dengan orang-orang miskin. Hal yang biasa baginya untuk bersahabat dengan mereka dan ia dengan rela hati membantu mereka. Dalam perjalanan waktu muncul keinginan kuat dalam dirinya untuk menjadi seorang biarawan. Maka setelah 7 tahun mengajar, ia memutuskan untuk menjadi seorang biarawan. Pada 19 Juni 1035, ia masuk pertapaan tertutup Benediktin St. Romaldus di Fonte Avellana. Di sana ia membaktikan diri seutuhnya untuk berdoa bagi banyak orang. Ia menghabiskan banyak waktu untuk berdoa. Hidup doa begitu kuat dalam dirinya sehingga ia sendiri mendorong para pertapa lain untuk tinggal dalam doa dan keheningan dan tidak menginginkan apa pun untuk diri sendiri.

 Selain kesalehannya, ia juga seorang yang turut memperhatikan nasib Gereja. Ia berjuang memperbaiki situasi yang menyedihkan. Ia adalah seorang yang berani membela kebenaran. Pada tahun 1050, dalam masa kepemimpinan Paus Leo IX, Petrus menulis secara tajam kekeliruan-kekeliruan kaum klerus, termasuk ketidaktaatan terhadap kaul-kaul kebiaraan, dan tindakan para pemimpin Gereja yang tidak sesuai panggilan hidup mereka. Kelak ketika menjadi uskup dan kardinal ia tetap memperhatikan kebaikan dan ketertiban hidup religius. 

 AKhirnya, pada tahun 1057, Paus Stefanus X mengangkatnya menjadi uskup dan kardinal di Ostia. Ia meninggal pada 22 Februari 1072. Ia digelari sebagai Doktor Gereja pada tahun 1828 oleh Paus Leo XII. Selama hidupnya ia dikenal sebagai pribadi yang penuh semangat dan berkobar-kobar, seorang pembaru, penulis dan pembicara. 

(Damian/RUAH; Sumber: Peter Damian. Rosemary Ellen Guiley. The Encyclopedia Saint. New York. Checkmark Books. 2001; http://en.wikipedia.org; http://www.americancatholic.org; http://oblatesosbbelmont.org)

Jumat, 21 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VI

Jumat, 21 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VI
 
“Aku tidak mau mengabdi Tuhan setengah-setengah” (St. Petrus Damianus)
 
Antifon Pembuka (Mzm 112:1)

Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya.

Doa Pagi

Ya Bapa, kami bersyukur kepada-Mu, atas pagi yang baru, yang Kauanugerahkan kepada kami dan ajaran yang benar, yang disampaikan St. Yakobus kepada kami. Semoga kami mampu memperkembangkan iman kami melalui perbuatan kasih kepada sesama dengan tulis hati. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
 
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:14-24.26)
 
Saudara-saudaraku, apakah gunanya kalau seseorang mengatakan bahwa ia beriman, tetapi tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Misalnya saja seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari. Kalau seorang di antara kalian berkata kepadanya, “Selamat jalan! Kenakanlah kain panas, dan makanlah sampai kenyang!” Tetapi tidak memberi apa yang diperlukan tubuhnya; apakah gunanya itu? Demikian pula halnya dengan iman. Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya mati. Tetapi mungkin ada orang berkata, “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan:; aku akan menjawab dia, “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.” Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah. Itu baik! Tetapi setan-setan pun percaya akan hal itu dan karenanya mereka gemetar. Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kalian lihat, bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh karena perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah ayat yang mengatakan, “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itulah Abraham disebut ‘Sahabat Allah’. Jadi kalian lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. Sebab sebagaimana tubuh tanpa roh itu mati, demikian pula iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang suka akan perintah Tuhan.
Ayat. (Mzm 112:1-2.3-4.5-6; R:1)
1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; keturunan orang benar akan diberkati.
2. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap dikenang selama-lamanya. Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam gelap, ia pengasih dan penyayang serta berlaku adil.
3. Orang baik menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, ia melakukan segala urusan dengan semestinya. Orang jujur tidak pernah goyah, ia akan dikenang selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya.
Ayat. Kalian Kusebut sahabat-sahabat, sebab kepada kalian Kusampaikan apa saja yang Kudengar dari Bapa. Alleluya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:34-9:1)

Pada suatu ketika Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya, dan berkata kepada mereka, “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya, dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya. Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya? Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Kalau seseorang malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, maka Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.” Kata Yesus lagi kepada mereka, “Aku berkata kepadamu: Sungguh, di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat kerajaan Allah datang dengan kuasa.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
 
Renungan
  
St. Ambrosius berkata: kesombongan telah mengubah malaikat menjadi setan; kerendahan hati menghantar orang biasa menjadi orang kudus, santo atau santa. Kesombongan mendorong kita untuk melawan Perintah Allah; kerendahan hati mendesak kita untuk mengikuti kehendakNya. Orang sombong ingin dipuji; orang rendah hati berusaha menyembunyikan kebaikan yang dilakukan.”

Buah iman adalah keutaman-keutamaan dalam hidup. Tanpa keutamaan, orang jatuh ke dalam kesombongan. Dia tidak mengandalkan dan menyembah Allah tetapi mengandalkan dirinya sendiri dan menempatkan diri sebagai Allah yang harus dipuji-puji orang. Ini artinya Allah tidak mempunyai tempat dalam hidupnya. Allah tidak berperan dalam hidupnya. Artinya, imannya mati.

Sebaliknya, orang yang tidak takut kehilangan nama baik, nyawa dan dirinya sendiri dan rela menanggung salib yang menimpa dirinya, dia semakin mengandalkan kuasa dan kasih Allah. Di sana iman akan Allah dipupuk. Orang rendah hati adalah orang yang tidak menghindari kesulitan dan kelemahan tetapi tidak mau dibuat repot olehnya. Inilah iman yang hidup.

Tuhan Allah, segala hormat, pujian dan kemuliaan hanyalah milik-Mu. Berilah aku rahmat kerendahan hati yang terus menerus sehingga aku tetap menyembah dan taati kepada-Mu. Amin.
   
Ziarah Batin 2014, Renungan dan Catatan Harian

Kamis, 20 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VI

Kamis, 20 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VI
   
“Hendaklah lidahmu hanya mengatakan apa yang benar, dan hendaklah hukum Allah selalu ada di dalam hatimu” (St. Ambrosius)
  

Antifon Pembuka (Mzm 34:2)
  
Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu, mulutku tetap menyanyikan pujian-Nya.
  
Doa Pagi
   

Ya Allah, kami bersyukur atas perlindungan-Mu semalam. Kini kami hendak melanjutkan hidup kami dalam bimbingan Roh-Mu dengan berlaku adil dan damai dengan sesama, siapa pun mereka. Semoga umat-Mu di Indonesia dan di belahan dunia mana pun semakin mampu bertoleransi satu sama lain seperti yang Kaukehendaki. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
  
Sikap memandang muka itu keliru, bahkan dosa! Sikap seperti itu melanggar ajaran “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Bukan hanya kasih, tetapi iman juga menentangnya.
   

Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:1-9)
   

Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!", bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat? Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia? Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan? Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah? Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik. Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Orang tertindas berseru, dan Tuhan mendengarkannya
Ayat. (Mzm 34:2-3.4-5.6-7)

1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya. Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
3. Tujukanlah pandangan-Mu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas itu berseru, dan Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.
 
Petrus dipuji, karena pengakuan imannya; dan dia dicela dengan amat kasar (enyahlah iblis!), karena menolak salib Kristus sebagai jalan kemuliaan-Nya. Misteri salib hanya bisa dipahami oleh orang yang mengenal Kristus secara tepat, personal, dan intensif. Tanpa pengenalan sekualitas itu, kita tak ubahnya seperti Petrus yang ditegur sebagai iblis!
 

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:27-33)


Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Aku ini?” Para murid menjawab, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Yesus bertanya lagi kepada mereka, “Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?” Maka Petrus menjawab, “Engkaulah Mesias!” Dan Yesus melarang mereka dengan keras, supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, katanya, “Enyahlah Iblis! Sebab Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Dalam dialog-Nya dengan para murid-Nya, Yesus mengungkapkan jati diri atau identitas-Nya. Ia adalah Mesias. Mesias di sini bukan dalam arti politik yang membebaskan orang Israel dari penjajahan orang Romawi. Yesus justru datang untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa mereka. Para murid juga disiapkan untuk sabar dan terbuka untuk menerima kenyataan pahit dalam hidup Yesus, penderitaan dan salib-Nya. Kita bersyukur bahwa Tuhan datang untuk membebaskan kita dari dosa. Tapi kita juga harus terbuka untuk menerima penderitaan dan salib-Nya.

Doa Malam


Tuhan Yesus, pada malam hari ini masih terngiang pertanyaan-Mu, “Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?” Bimbinglah aku dengan terang Roh Kudus-Mu agar aku mampu mengenal Engkau secara pribadi. Dengan terang Roh Kudus-Mu pula aku ingin memiliki hubungan yang akrab dengan Engkau, yang aku tahu begitu mengasihiku, sehingga Engkau mau datang untuk membebaskan aku dari segala dosa. Sebab itu, sebelum aku beristirahat, dengan rendah hati aku mohon belas kasihan-Mu dan mentahirkan aku dari segala cacat cela yang telah aku lakukan sepanjang hari ini. Engkaulah Tuhan dan Penebusku, kini dan sepanjang masa. Amin.

 
 
 RUAH

Rabu, 19 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VI

Rabu, 19 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VI
  
“Manusia itu seumpama piala! Di dalamnya Tuhan mempersatukan diri-Nya sebagai Pencipta dengan makhluk sebagai ciptaan” (St. Prokopius dari Gaza)
 
Antifon Pembuka (Mzm 15:1)
  
Tuhan, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?
 
Doa Pagi
 
Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, semua orang yang merasa lemah dan menderita menemukan kekuatan dan hiburan pada-Mu. Dampingilah kami, bila sedang tertimpa penderitaan, melewati bulan-bulan yang hampa menghitung malam-malam yang menyesakkan. Sembuhkanlah kami dari segala penyakit dan jadilah pada kepercayaan kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
 
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (1:19-27)
   
Saudara-saudara yang terkasih, ingatlah akan hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah. Sebab amarah manusia tidak dibenarkan oleh Allah. Maka buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang demikian banyak itu, dan terimalah dengan lemah lembut sabda yang tertanam dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Hendaklah kalian menjadi pelaksana sabda, dan bukan hanya pendengar. Sebab jika tidak demikian, kalian menipu diri sendiri. Sebab jika orang hanya mendengar sabda saja dan tidak melakukannya, ia itu seumpama orang yang sedang mengamat-amati mukanya dalam cermin. Sesudah memandangi dirinya sesaat, ia lalu pergi, dan segera lupalah ia bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melaksanakannya, ia akan berbahagia karena perbuatannya. Kalau ada orang yang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, dan sia-sialah ibadahnya. Ibadah sejati dan tak tercela di hadapan Allah, Bapa kita ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemari oleh dunia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
   
Mazmur Tanggapan do = f, 3/4, PS 848
Ref. Tuhan siapa diam di kemah-Mu, siapa tinggal di gunung-Mu yang suci?
Ayat. (Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5)
1. Yaitu orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya; yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya.
2. Yang tidak berbuat jahat terhadap teman, dan tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang-orang tercela tetapi menjunjung tinggi orang-orang yang takwa.
3. Yang tidak meminjamkan uang dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian tidak akan goyah selama-lamanya.
 
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Ef 1:17-18)
Semoga Bapa Tuhan kita Yesus Kristus menerangi kata hati kita, supaya kita memahami pengharapan yang terkandung dalam panggilan kita. Alleluya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:22-26)

Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon supaya Ia menjamah dia. Yesus lalu memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata si buta, dan meletakkan tangan di atasnya, Ia bertanya, “Sudahkah kaulihat sesuatu?” Orang itu memandang ke depan, lalu berkata, “Aku melihat orang! Kulihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon yang berjalan.” Yesus kemudian meletakkan tangan-Nya lagi pada mata orang itu. Maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata, “Jangan masuk ke kampung!”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Ketika tiba di Betsaida, Yesus diminta menyembuhkan orang buta. Ada beberapa hal yang menarik untuk kita renungkan bersama: Pertama, Yesus membawa orang buta itu ke luar kampung. Mengapa harus di luar kampung? Adakah peraturan yang melarangnya? Apakah pada saat itu hari Sabat, sehingga apa yang dikerjakan nanti tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain? Kedua, Yesus meludahi mata orang itu terlebih dahulu, lalu meletakkan tangan-Nya. Apakah ludah Yesus lebih mempunyai kekuatan daripada sabda-Nya? Ketiga, Yesus juga menanyai orang itu, "Sudahkah kaulihat sesuatu." Apakah Dia tidak mampu menyelami penglihatan mata orang buta itu, sehingga harus menanyainya? Keempat, Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu untuk kedua kalinya, dan barulah orang itu dapat melihat dengan baik. Kelima, Yesus menyuruh dia langsung pulang ke rumahnya dan melarangnya masuk kembali ke kampung. Ada apa dengan kampung itu?

Hanya pertanyaan mengapa dan mengapa, yang bisa kita ajukan dalam mendengarkan Injil yang dibacakan pada Misa Kudus hari ini. Karena memang ada banyak hal yang menarik, bila kita membacanya secara teliti. Keberanian kita bertanya akan memungkinkan kita menjadi pelaksana sabda, dan bukan pendengar yang menipu diri, sebagaimana dikatakan Yakobus dalam suratnya (1:22). Aneka pertanyaan dalam membaca Kitab Suci memungkinkan setiap orang untuk memasuki peristiwa hidup di mana sabda itu disampaikan; tidak hanya ketika dia membacanya, tetapi juga dalam aneka kegiatan dia mencoba mencocokkan pesan Sabda yang telah didengarnya.

Yesus sengaja menggunakan teknik-teknik ritual, dan tidak memakai cara yang dikenakan-Nya kepada Bartimeus dengan pengucapan sepotong kalimat singkat (Mrk 10:52). Yesus ingin menegaskan bahwa kita tidak bisa memaksakan kemauan kita kepada Tuhan sang Empunya kehidupan. Kemampuan kita dalam berdoa hanya sebatas memohon dan memohon yang berakar dari keinginan hati, tak ada hak dan kuasa kita untuk melanjutkannya dengan memaksa Allah supaya segera mengeksekusi permohonan kita. Kita hanya memohon; kapan dan bagaimana Allah mengabulkannya, kita serahkan kembali kepada-Nya. Keberserahan diri meletakkan semua permohonan kita pada kehendak Tuhan menenangkan jiwa dalam berharap kepada-Nya.

Cafe Rohani 2014

Selasa, 18 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VI

Selasa, 18 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VI
  
“Sang Kebijaksanaan mengalami kematian di salib, agar selanjutnya semua orang yang percaya dapat diselamatkan karena percaya akan Dia” (St. Atanasius)

  
Antifon Pembuka (Mzm 96:3)
  
Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan yang ajaib di antara segala suku bangsa.
  
Doa Pagi


Ya Bapa, kami bersyukur kepada-Mu, atas firman-Mu hari ini. Memang keinginan manusiawi kamilah yang membutakan hati dan cenderung untuk berbuat dosa. Semoga firman-Mu menerangi setiap langkah perjalanan kami sepanjang hari ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Pencobaan datang dari keinginan kita sendiri. Keinginan memikat dan menyeret seseorang kepada pencobaan. Jika seseorang berada di dalam pencobaan, tetapi tetap mampu bertahan pada iman akan Allah, artinya mengalahkan keinginannya sendiri, dia akan menerima mahkota kehidupan.

Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (1:12-18)
 
  
"Allah tidak mencobai siapa pun."
 
Saudara-saudara terkasih, berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan. Apabila tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada setiap orang yang mengasihi Dia. Apabila seseorang dicobai, janganlah ia berkata, “Pencobaan ini datang dari Allah.” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Tetapi setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. Saudara-saudara yang terkasih, janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang. Pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh sabda kebenaran, supaya pada tingkat yang tertentu kita menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang Kauajar, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 94:12-13a.14-15.18-19)
1. Berbahagialah orang yang Kauajar, ya Tuhan, yang Kaudidik dalam taurat-Mu hatinya akan tenang di hari-hari malapetaka.
2. Sebab Tuhan tidak akan membuang umat-Nya, dan milik pusaka-Nya tidak akan Ia tinggalkan; sebab hukum akan kembali kepada keadilan, dan semua orang yang tulus hati akan mematuhi.
3. Ketika aku berpikir, “Kakiku goyah! Kasih setia-Mu, ya Tuhan, menopang aku. Apabila keprihatinanku makin bertambah, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku.”

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:23)
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.

Yesus menegur para murid, karena kedegilan hati mereka untuk melihat dan memahami realitas karya Allah yang telah mengadakan dua kali mukjizat penggandaan roti. Kualitas hati yang seperti itu tak akan mampu menerima ajaran bijak apa pun. Maka peringatan untuk “waspada dan berjaga-jaga” terasa sia-sia.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:14-21)

"Awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."

  
Pada suatu hari murid-murid Yesus lupa membawa roti. Hanya sebuah roti saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya, “Berjaga-jaga dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Maka mereka berpikir-pikir, dan seorang berkata kepada yang lain, “Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti.” Ketika Yesus tahu, apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata, “Mengapa kalian memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kalian memahami dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kalian mempunyai mata, tidakkah kalian melihat? Dan kalian mempunyai telinga, tidakkah kalian mendengar? Sudah lupakah kalian waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti yang kalian kumpulkan?” Jawab mereka, “Dua belas bakul.” “Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti yang kalian kumpulkan?” Jawab mereka, “Tujuh bakul.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Masihkah kalian belum mengerti?”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus

Renungan

Para murid lupa untuk menyediakan makanan (roti) untuk kebutuhan mereka sendiri. Lalu para murid diingatkan oleh Yesus untuk berhati-hati terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes. Itulah ragi kemunafikan. Yesus juga kecewa dengan para murid-Nya karena tidak percaya akan penyelenggaraan Ilahi dan kuasa-Nya. Bukankah Yesus mampu menyediakan makanan bagi orang banyak? Kita juga diundang oleh Yesus untuk percaya akan kuat kuasa-Nya, penyelenggaraan Ilahi-Nya. Dia tidak pernah membiarkan kita kelaparan.

Doa Malam

Ya Bapa, kami bersyukur kepada-Mu, karena melalui firman Putra-Mu, Engkau meluruskan kami yang sering menuruti kedagingan kami. Semoga firman Putra-Mu itu menerangi setiap langkah hidup kami sehingga kami takkan tersandung dan jatuh ke dalam dosa kedagingan. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.

RUAH

Senin, 17 Februari 2014 Hari Biasa Pekan VI

Senin, 17 Februari 2014
Hari Biasa Pekan VI
  
Jangan makan terlalu banyak, agar kamu tidak menjejali diri menjadi sakit (St. Bernardus)

Antifon Pembuka (Mzm 119:76)

Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.

Doa Pagi


Tuhan Yesus, anugerahkanlah kekuatan-Mu apabila kami jatuh dalam berbagai pencobaan. Bantulah kami bertekun dalam iman yang telah Kauberikan lewat Sakramen Pembaptisan. Semoga kami tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai kemudahan di zaman ini. Berilah kami hati yang tenang karena kami selalu bersanda pada-Mu. Sebab Engkaulah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup, berkuasa bersama Bapa dan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (1:1-11)
 
  
"Ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan, agar kamu menjadi sempurna dan utuh."
         
Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan. Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan. Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit; maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah berharap, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. Bila seorang saudara berada dalam keadaan yang rendah baiklah ia bermegah karena kedudukannya yang tinggi, dan orang kaya karena kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput; matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian jugalah halnya dengan orang kaya: di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Semoga rahmat-Mu sampai kepadaku, ya Tuhan, supaya aku hidup.
Ayat. (Mzm 119:67.68.71.72.75.76)
1. Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu.
2. Engkau baik dan murah hati, ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
3. Memang baik, bahwa aku tertindas, supaya aku belajar memahami ketetapan-ketetapan-Mu.
4. Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih berharga daripada ribuan keping emas dan perak.
5. Aku tahu, ya Tuhan, bahwa hukum-hukum-Mu adil, dan memang tepat bahwa Engkau telah menyiksa aku.
6. Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:6)
Aku ini jalan, kebenaran dan kehidupan, sabda Tuhan. Tiada orang dapat sampai kepada Bapa tanpa melalui Aku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:11-13)
 
"Mengapa angkatan ini meminta tanda?"
   
Sekali peristiwa datanglah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari surga. Maka mengeluhlah Yesus dalam hati dan berkata, “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sungguh, kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberikan tanda.” Lalu Yesus meninggalkan mereka. Ia naik ke perahu dan bertolak ke seberang.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
    
“Liturgi adalah ibadat publik yang dilakukan oleh Penebus kita sebagai Kepala Gereja kepada Allah Bapa dan juga ibadat yang dilakukan oleh komunitas umat beriman kepada Pendirinya [Kristus], dan melalui Dia kepada Bapa. Singkatnya, liturgi adalah ibadat penyembahan yang dilaksanakan oleh Tubuh Mistik Kristus secara keseluruhan, yaitu Kepala dan anggota-anggotanya.” (Paus Pius XII, Mediator Dei 20)
    
Renungan
  
Victor Frankl adalah orang Yahudi yang selamat dari pembantaian oleh Nazi - Jeman Holokos. Dia diberi kesempatan untuk hidup tetapi harus menjalani kerja paksa, yaitu memperbaiki rel kereta api di udara terbuka dengan suhu di bawah 00 C. Bila musim dingin, dia mengalami siksaan yang luar biasa berat. Banyak temannya tidak tahan dan mati. Suatu hari ketika dia sedang menyeret tubuh teman yang meninggal, dia menemukan secarik kertas di saku baju mayat itu. Tulisan itu menarik perhatiannya: ”Cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap jiwa, hati, pikiran dan kekuatan-Mu dan cintainya sesamamu seperti dirimu sendiri!” Bagaimana saya bisa mencintai Tuhan dan sesama kalau saya sendiri frustrasi? Situasi itu menyadarkan dirinya: ”Saya tetap bebas. Ya, bebas memilih frustrasi atau survive!” Dari kesadaran itu, dia bangkit mensugesti diri bahwa dirinya berharga dan masih dibutuhkan.

St. Yakobus menasihati kita agar dalam berbagai pencobaan, kita memilih untuk tidak frustrasi tetapi menerima realitas itu dengan tabah. Ketabahan ini mematangkan iman dan kemantapan pribadi–tidak goyah atau mendua hati. Keteguhan hati ini menjadi sumber harga diri dan tenaga untuk memperjuangkan sesuatu yang luhur. Maka ketika orang Farisi meminta tanda, Yesus tidak memberi. Iman yang benar keluar dari hati yang murni bukan karena melihat mukjizat.

Kita akan memiliki iman yang mendalam dan kepribadian yang mantap kalau memiliki keberanian menghadapi berbagai pencobaan. Keberanian adalah sebuah keutamaan Kristiani. Seseorang dikatakan pemberani kalau tidak melarikan diri dari kesulitan, dan tidak menutupi kelemahan diri namun tidak dibuat repot oleh kelemahan itu.

Tuhan Yesus, ingatkanlah aku bahwa kebebasan adalah anugerah Ia yang tak pernah dicabut dari diriku. Dalam keadaan apa pun, aku tetap bebas memilih. Ajarilah aku memilih untuk mencintai. Amin.
  
Ziarah Batin 2014, Renungan dan Catatan Harian

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy