| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Selasa, 27 November 2012 Hari Biasa Pekan XXXIV

Selasa, 27 November 2012
Hari Biasa Pekan XXXIV

Hendaklah kita sadar, bahwa kita adalah orang asing di dunia ini -- St Agustinus

Antifon Pembuka (Mzm 96:10)

Katakanlah di antara para bangsa, "Tuhan itu Raja!" Dunia ditegakkan-Nya, tidak akan goyah, Ia akan mengadili para bangsa dalam kebenaran.

Doa Pagi


Tuhan, Penguasa langit dan bumi, bimbinglah kami dengan kasih-Mu. Jangan biarkan kami kedapatan tak layak dan harus dibuang, dilemparkan untuk masuk dalam murka-Mu. Jadikanlah kami tuaian yang layak untuk dituai, sehingga boleh berbahagia bersama malaikat dan para kudus-Mu di surga. Amin.

Menyabit musuh Allah dalam tempat kilangan anggur adalah lazim (lih. Yes 63:1-6). Inilah akibat maut dari suara malaikat ketika ia melepaskan sabitan anggur kemurkaan. Para musuh Allah masuk ke dalam lautan darah yang segar, tingginya sampai ke kekang kuda, dan jauhnya dua ratus mil.


Bacaan dari Kitab Wahyu (14:14-20)
         
"Sudah tiba saatnya untuk menuai sebab tuaian di bumi sudah masak."
  
Aku, Yohanes, melihat, sesungguhnya ada awan putih. Di atas awan itu duduk seorang seperti Anak Manusia dengan sebuah mahkota emas di kepalanya dan sebilahsabit tajam di tangannya. Lalu keluarlah seorang malaikat lain dari bait suci. Ia berseru dengan suara nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu. "Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai, sebab tuaian di bumi sudah masak." Maka Dia yang duduk di atas awan itu mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi, dan bumi pun dituailah. Lalu seorang malaikat lain keluar dari bait suci di surga. Ia pun memegang sebilah sabit tajam. Dan seorang malaikat lain datang dari mezbah. Ia berkuasa atas api, dan ia berseru dengan suara nyaring kepada malaikat yang memegang sabit tajam itu, katanya, "Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah pohon anggur di bumi karena buahnya sudah masak." Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah. Maka buah anggur itu dikilang di luar kota dan dari kilangan itu mengalirlah darah, tingginya sampai ke kekang kuda, dan jauhnya dua ratus mil.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan datang menghakimi bumi.
Ayat. (Mzm 96:10.11-12.13)
1. Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "Tuhan itu Raja! Dunia ditegakkan-Nya, tidak akan goyah. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran."
2. Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai, biar gemuruhlah laut serta segala isinya! Biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya, dan segala pohon di hutan bersorak-sorai.
3. Biarlah mereka bersukacita di hadapan Tuhan, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Hendaklah engkau setia sampai mati, sabda Tuhan, dan Aku akan mengurniakan kepadamu mahkota kehidupan.

Ketakutan dan pengharapan akan membuat orang peka terhadap pesan-pesan palsu dan mesias-mesias palsu. Mereka akan menunjuk pada tanda-tanda seperti (perang, gempa bumi, penyakit, tanda-tanda di langit) untuk menunjukkan bahwa akhir sudah mendekat. Yesus mengingatkan bahwa orang perlu waspada terhadap munculnya nabi-nabi palsu yang menyesatkan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (21:5-11)
   
"Tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain."
             
Ketika itu beberapa orang berbicara tentang bait Allah dan mengagumi bangunan yang dihiasi dengan batu indah, dan berbagai macam barang persembahan. Tetapi Yesus berkata kepada mereka, "Akan tiba harinya segala yang kalian lihat di situ diruntuhkan, dan tidak akan ada satu batu pun dibiarkan terletak di atas batu yang lain." Lalu murid-murid bertanya, "Guru, bilamanakah hal itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?" Jawab Yesus, "Waspadalah, jangan sampai kalian disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku,dan berkata, 'Akulah Dia' dan 'Saatnya sudah dekat.' Janganlah kalian mengikuti mereka. Dan bila kalian mendengar kabar tentang perang dan pemberontakan, janganlah kalian terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera." Kemudian Yesus berkata kepada mereka, "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan. Akan terjadi gempa bumi yang dahsyat, dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan. Dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Kita seringkali mengagumi segala sesuatu yang megah dan indah. Penampilan fisik sangat memukau pikiran dan mata kita. Padahal semua penampakan itu tidak selamanya abadi. Segalanya akan cepat memudar dan punah dimakan (perkembangan) zaman. Sebaliknya kualitas hidup rohani akan menentukan nasib hidup kita. Iman yang berkualitas akan menguatkan hidup dan perjuangan kita. Mari kita terus meningkatkan kualitas hidup dan iman kita!

Doa Malam

Yesus, Engkau menghendaki agar kami waspada terhadap godaan dunia yang memikat. Malam ini kami menyerahkan diri kami kepada-Mu. Semoga dalam lindungan-Mu kami dapat aman terjaga, sehingga esok kami mampu melaksanakan tugas dan karya kami sesuai dengan kehendak-Mu. Amin.
RUAH

Bacaan Harian 26 November - 02 Desember 2012

Bacaan Harian 26 November - 02 Desember 2012

Senin, 26 November: Hari Biasa Pekan XXXIV (H).
Why 14:1-3.4b-5; Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6; Luk 21:1-4.
Hidup yang mengandalkan Tuhan. Mungkin ada kecenderungan, manusia semakin modern dan mandiri di dunia ini semakin sulit untuk bergantung pada Tuhan. Seolah-olah semuanya bisa diselesaikan sendiri. Tapi apa betul? Rasanya tidak. Justru banyak kegalauan muncul karena kita asyik dengan dunia kita sendiri. Kita diingatkan bahwa milik Tuhanlah langit dan bumi. Keutamaan seperti seorang janda miskin yang mempersembahkan seluruh hidupnya perlu kita usahakan juga dalam hidup ini. Semoga Allah dan segala penyelenggaraan-Nya masih memiliki tempat di dalam hidup anda dan saya, sehingga kepada-Nya kita selalu berikan yang terbaik.

Selasa, 27 November: Hari Biasa Pekan XXXIV (H).
Why 14:14-20; Mzm 96:10.11-12.13; Luk 21:5-11.
Waspada terhadap bahaya penyesatan. Bayangan tentang akhir zaman yang diberikan dalam Injil cukup menakutkan dan mengerikan. Segalanya akan memudar, lenyap dan tidak ada yang tinggal tetap. Kalau tidak waspada akan banyak hal yang menyesatkan, hanya seolah-olah bisa menjadi solusi padahal justru mencelakakan. Mari kita mohon rahmat iman agar kita diberi kemampuan untuk discernment (membedakan baik dan buruk) sampai pada kedatangan Tuhan. Hanya Dia-lah tempat kita bersandar meski semua hilang lenyap.

Rabu, 28 November: Hari Biasa Pekan XXXIV (H).
Why 15:1-4; Mzm 98:1.2-3ab.7-8.9; Luk 21:12-19.
Mengikuti jalan Yesus. Ini adalah perkara yang tidak mudah karena menjadi saksi Yesus adalah penggilan kita seumur hidup. Kalau sekadar ikut di jalan yang nyaman, enak, membahagiakan mungkin gampang bagi kita, tapi bagaimana jika sebaliknya? Pilihan bahwa Yesus adalah Juru Selamatku membawa konsekuensi yang tidak main-main. Kita diajak untuk menempuh jalan seperti yang dilalui Tuhan. Juga jalan penderitaan, penolakan, dll. Namun jangan takut karena Dia berjanji, “Sebab itu tetap teguhlah di dalam hatimu, jangan kalian memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Aku sendirilah yang akan memberi kalian kata-kata hikmat...”. Niscaya kita akan memperoleh hidup.

Kamis, 29 November: Hari Biasa Pekan XXXIV (H).
Why 18:1-2.21-23; 19:1-3.9a; Mzm 100:2.3.4.5; Luk 21:20-28.
Hidup manusia tidak lepas dari yang namanya tanda-tanda atau simbol. Lampu dan tanda-tanda lalu lintas misalnya. Mereka ada untuk memberikan panduan kepada kita agar selamat. Mungkin tanda-tanda yang diberikan Yesus dalam Injil ketika menyampaikan saat penyelamatan sudah dekat itu cukup menakutkan bagi kita. Namun jangan gentar dan galau karena lewat tanda-tanda itu kita diajak untuk semakin beriman agar kita memperoleh keselamatan saat Anak Manusia datang. “Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat”

Jumat, 30 November: Pesta St. Andreas, Rasul (M).
Rm 10:9-18; Mzm 19:2-3.4-5; Mat 4:18-22.
Kita juga penjala manusia. Warta keselamatan Allah mesti terus disebarluaskan sampai ke ujung bumi. Andreas, saudara Simon Petrus, adalah seorang nelayan. Perjumpaannya dengan Yesus diantar oleh gurunya, Yohanes Pembaptis. Dulu Tuhan Yesus memilih para rasul dan zaman ini Ia memilih kita semua, anda dan saya, untuk meninggalkan cara hidup yang lama. “Mereka pun segera meninggalkan jalanya, lalu mengikuti Yesus”. Mari kita syukuri panggilan ini dan melaksanakan tugas sebagai saksi kasih-Nya dengan sepenuh hati. Mulailah berdamai dengan diri sendiri dan kemudian menjadi berkat di tengah keluarga dan banyak orang.

Sabtu, 01 Desember: Peringatan Wajib B. Dionisius dan Redemptus, Biarawan dan Martir Indonesia (M).
Why 22:1-7; Mzm 95:1-2.3-5.6-7; Luk 21:34-36.
Tuhan pemuas dahaga. Dua orang martir ini pernah singgah di Indonesia dengan membawa benih iman. Tiba di Aceh 25 Oktober 1638 silam dan darahnya tertumpah di bumi nusantara 29 November 1638. Mereka ikut mengusahakan supaya “air kehidupan” mengalir di seluruh bumi Indonesia. Mari kita juga mencari sungai air kehidupan yang,“Airnya jernih bagaikan kristal dan mengalir keluar dari tahta Allah dan tahta Anak Domba” dengan berjaga dan berdoa. Jadi kita tidak perlu khawatir “kehausan” dalam peziarahan hidup ini karena kita “mendapat kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi” dari Tuhan. Carilah Dia dan dapatkan kesegaran hidup

Minggu, 02 Desember: Hari Minggu Adven I (U).
Yer 33:14-16; Mzm 25:4-5ab.8-9.10.14; 1Tes 3:12-4:2; Luk 21:25-28.34-36.
Menunggu bagi sebagian banyak orang adalah hal yang paling menyebalkan. Betul? Lain soal jika penantian itu penuh cinta. Orangtua yang menantikan kelahiran si buah hati pasti penuh dengan sukacita. Begitu juga bagi kita, saat menantikan Mesias adalah saat yang penuh cinta. Masa adven adalah masa penantian. Bersiap diri menyosong misteri Allah yang menjelma menjadi manusia. Lagi-lagi kita diajak untuk senantiasa berjaga-jaga dengan tekun berdoa. Menunggu dengan berkualitas. Mari kita siapkan diri kita dengan berdoa, bertobat dan berbagi, sehingga kita layak dan mantap merayakan pesta Natal.

RENUNGAN: RD. Stefanus Tommy Octora

Senin, 26 November 2012 Hari Biasa Pekan XXXIV

Senin, 26 November 2012
Hari Biasa Pekan XXXIV

Apa yang ditaburkan seseorang, itu akan dituai juga, dan upah seseorang itu sesuai dengan perbuatannya. --- St Leo Agung


Antifon Pembuka (Mzm 24:1-2)

Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya, jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan, dan menegakkannya di atas sungai-sungai.

Doa Pagi

Yesus, Anak domba Allah, yang menebus dosa manusia, ajarlah kami dengan kasih-Mu agar mampu mengikuti-Mu dengan hidup tanpa cela, rela memberikan diri dengan sepenuh keberadaan diri kami. Doa ini kami mohon kepada-Mu, sebab Engkaulah Putra Allah yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Wahyu (14:1-3. 4b-5)
  
"Pada dahi mereka tertulis nama Anak Domba dan nama Bapa-Nya."

Aku, Yohanes, melihat. Sungguh, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang. Pada dahi mereka itu tertulis nama Anak Domba dan nama Bapa-Nya. Lalu aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu bunyinya seperti permainan kecapi. Seratus empat puluh empat ribu orang itu menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk serta tua-tua. Tidak seorang pun dapat mempelajari nyanyian itu selain keseratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi. Merekalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai kurban-kurban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba. Dan di dalam mulut mereka tiada terdapat dusta. Mereka tidak bercela.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Inilah angkatan yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 24:1-2. 3-4ab. 5-6)
1. Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya, jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan, dan menegakkannya di atas sungai-sungai.
2. Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan.
3. Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah, penyelamatnya. Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan, yang mencari wajah-Mu ya Allah Yakub.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Berjaga-jaga dan bersiap-siaplah, sebab Anak Manusia datang pada saat yang tidak kalian duga.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (21:1-4)

"Yesus melihat seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti derma."

Di Bait Allah, tatkala mengangkat muka, Yesus melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Maka Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin itu memberi lebih banyak daripada semua orang itu. Sebab mereka semua memberikan persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberikan dari kekurangannya, bahkan ia memberikan seluruh nafkahnya.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Dulu keperawanan dijunjung tinggi. Sekarang ada tipuan kuat yang menganggap bahwa keperawanan justru memalukan. Anak remaja yang sudah akil balik, tetapi masih tetap perawan, akan bisa ditertawakan. Sungguh menyedihkan. Namun demikian, dalam kemuliaan surgawi, ada keindahan yang dibawa oleh manusia yang mempersembahkan diri secara utuh hanya kepada Tuhan. Mereka dilambangkan sebagai seratus empat puluh ribu orang yang berjalan di Bukit Sion bersama Sang Anak Domba.

Nama Yang Ilahi tertera pada dahi mereka. Persembahan sederhana mereka pun menjadi penuh makna. Sama halnya dengan persembahan janda miskin. Dari antara penyumbang besar, hanya seorang janda miskinlah yang sungguh melibatkan seluruh hidupnya dalam sikap penyerahan kepada Tuhan. Ketika kita sepenuhnya menyerahkan diri kepada Tuhan, Ia pun memiliki ruang bebas untuk membentuk kita semakin menyerupai Dia. Nama-Nya pun semakin nyata terukir dalam tiap tindakan kita.

Doa: Yesus, aku bersyukur pada-Mu karena engkau mendorongku untuk terus mencari Engkau. Kupersembahkan seluruh keterbatasan diriku pada-Mu. Amin.

Ziarah Batin 2012, Renungan dan Catatan Harian

Kobus: Kemerdekaan




silahkan klik gambar untuk memperbesar

Minggu, 25 November 2012 - Hari Raya Kristus Raja Semesta Allam



Minggu, 25 November 2012
Hari Raya Kristus Raja Semesta Allam
Dan 7:13-14; Why 1:5-8; Yoh 18:33b-37

Hari ini kita merayakan HR Kristus Raja Semesta Alam, yakni Minggu terakhir dari Tahun Liturgi B. Minggu depan, kita sudah memasuki Minggu Adven I di Tahun Liturgi C. Bacaan-bacaan yang barusaja kita dengarkan dan sekarang hendak kita dalami, mengajak kita untuk semakin mengenali dan mengimani Yesus yang telah diangkat oleh Allah untuk merajai alam semesta, termasuk kita semua.

Iman bahwa Yesus adalah raja, sudah dinyatakan kepada kita sejak sebelum kelahiran-Nya. Ketika Gabriel menyampaikan warta gembira kepada Maria, sudah dinyatakan bahwa Yesus yang akan dikandung dan dilahirkan Maria akan menjadi raja sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan (bdk. Luk 1:33). Kisah kelahiran Yesus yang disusul dengan kisah orang-orang Majus dari Timur yang mencari raja orang Yahudi (Mst 2:2) semakin menegaskan bahwa Yesus memang seorang raja.

Injil hari ini, yang merupakan bagian awal dari kisah sengsara-Nya juga menegaskan bahwa Yesus adalah seorang raja. Kali ini, pengakuan bahwa Ia adalah raja tidak datang dari orang lain tetapi dari Yesus sendiri yang membenarkan kata-kata Pilatus, “Seperti yang kaukatakan, Aku adalah Raja. Untuk itulah Aku lahir, dan untuk itulah Aku datang ke dunia ...” (Yoh 18:37). Jadi setidaknya ada tiga kesaksian yang menegaskan bahwa Yesus adalah Raja, yaitu Malaikat Gabriel (Luk 1:33), para Majus dari Timur (Mat 2:2), dan Yesus sendiri (Yoh 18:37).

Bagaimana dengan kita? Tentu saja, kita pun mengakui Kristus sebagai Raja. Namun, pengakuan kita bahwa Kristus adalah Raja harus didasari pemahaman yang benar mengenai raja semacam apakah Dia itu? Injil Yohanes menegaskan bahwa Yesus adalah Raja tetapi Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini (Yoh 18:36). Artinya, Yesus bukanlah raja dalam kategori dan ukuran-ukuran duniawi. Dia bukan raja yang tampil dalam kemegahan duniawi tetapi dalam kesederhanaan. Dia tidak dilahirkan di rumah (sakit) mewah tetapi di kandang ternak, tidak dibaringkan di atas tempat tidur yang empuk dan wangi tetapi di atas palungan yang mungkin berbau kotoran ternak (Luk 2:7). Dia tidak tinggal dalam Kerajaan dengan bergelimang harta tetapi selalu berkeliling ke semua kota dan desa (Mat 9:35) bahkan tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Luk 9:58). Tahtanya juga bukan singgasana yang megah tetapi palang salib yang bertuliskan “Yesus, orang Nasaret, Raja orang Yahudi” (Yoh 19:19 – INRI= Iēsus Nazarēnus, Rēx Iūdaeōrum).

Sebagai seorang Raja, Yesus tidak berasal dari dunia ini (Yoh 8:23) dan juga tidak bermaksud untuk menjadi penguasa dunia yang mengambil alih atau mendirikan pemerintahan politis. Kerajaan-Nya adalah Kerajaan Allah. Karena Allah adalah pencipta dan penguasa seluruh alam semesta, maka Kerajaan-Nya juga meliputi seluruh alam semesta, langit dan bumi dengan segala isinya. Maka, kalau Yesus diberi kedudukan sebagai raja dalam Kerajaan Allah, berarti Ia adalah Raja semesta alam.

Pengangkatan Kristus sebagai raja semesta alam ini antara lain dinyatakan dalam hymne yang terdapat dalam Flp 2:5-11: “Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, ... telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya, Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan,bagi kemuliaan Allah, Bapa!” Inilah kebenaran yang dipersaksikan Yesus sebagaimana Ia sendiri menyatakan “... Aku datang ke dunia ini, yakni untuk memberi kesaksian tentang kebenaran” (Yoh 18:37). Menurut Injil Yohanes ini, “kebenaran” yang dipersaksikan Yesus ialah kehadiran Allah dalam diri-Nya untuk merajai kita. Dengan kata lain, ia datang ke dunia dan tinggal di tengah-tengah kita untuk menegakkan Kerajaan Allah atau pemerintahan Allah di dunia ini. Sebab, dalam diri-Nya Allah hadir untuk merajai, memimpin, melindungi, menjamin dan menyelamatkan kita.

Raja Kristus adalah raja yang penuh kasih. “Dia mengasihi kita, dan berkat darah-Nya Ia telah melepaskan kita dari dosa-dosa kita” (Why 1:5). Kalau raja-raja dunia ini duduk di atas tahta yang megah dan mewah, yang sudah diletakkan oleh para abdinya di tempat terhormat, tidak demikian bagi Raja Kristus. Tahta-Nya adalah kayu salib yang dibawa-Nya sendiri dan kemudian ditegakkan di puncak gunung Golgota (Golgota: tempat tengkorak). Dari atas salib itulah, Ia menumpahkan darah-Nya untuk menebus dan menyelamatkan kita.

Maka, marilah kita bersyukur karena kita dianugerahi seorang raja yang demikian mengasihi kita. Bahkan Ia rela nglabuhi kita dengan mengorbankan diri-Nya untuk menyelamatkan kita. Sudah sepantasnya kita menggabungkan diri dengan segala bangsa, suku, dan bahasa untuk mengabdi kepada-Nya (bdk. Dan 7:14). Marilah kita selalu berusaha untuk menjadi abdi-abdi-Nya yang setia. Ada 3 hal penting yang harus kita perhatikan untuk menjadi abdi yang baik: 
  1. Tekun dan setia melakukan pisowanan kepada Sang Raja. Artinya, kita tekun dan setia sowan kepada Tuhan dalam doa, devosi, dan terutama Perayaan Ekaristi.
  2. Rela dan dengan penuh sukacita caos bulu bekti glondhong pengareng-areng. Artinya, kita rela mempersembahkan diri kita kepada Tuhan bagi pelayanan kepada sesama sesuai dengan tugas, panggilan dan perutusan kita masing-masing.
  3. Raja itu mempunyai wibawa sabda pandhita ratu, tan kena wola-wali, rata tiyang sak negari. Artinya, kita harus dengan tekun dan setia memperhatikan serta melaksananak Sabda Tuhan dalam hidup kita sehari-hari. 

RD. Ag. Agus Widodo 

============================================

 BAHASA JAWA:


Riaya Sang Kristus Nata
Dan 7:13-14; Why 1:5-8; Yoh 18:33b-37
Dina iki, awake dhewe ngiyayakake Sang Kristus kang jumeneng Nataning alam sawegung. Awake dhewe diajak neguhake pengandel kita marang Sang Kristus kang rawuh ing alam donya lan jumeneng nata. Wiwit sekawit, sadurunge rawuh ana ing donya, Sang Kristus wus diwedharake minangka nataning alam sawegung. Marang Ibu Maria, Malaekat Gabriel ngandharake menawa Ibu Maria bakal nggarbini lan mbabar putra kakung, kang kudu tinengeran asma Yesus. Panjenengane bakal jumemeng nata ing salawase lan kratone tanpa wekasan (Luk 1:33). Apa sing diandharake Injil Mateus, bab para sarjana saka tanah wetanan kang padha nggoleki “nataning bangsa Yahudi” (Mat 2:2) saperlu sujud manembah lan caos pisungsung marang Panjenengane, sangsaya neguhake menawa Sang Kristus iku pancen Nataning alam sawegung.
Injil dina iki, uga ngandharake menawa Sang Kristus piyambak uga ngakoni Panjenengane iki pancen Ratu kang rawuh jumeneng Nata. Marang Pilatus kang ndangu Panjenengane, Gusti Yesus paring wangsulan: “Panjenengan sampun mastani, Kula menika Ratu” (Yoh 18:37). Dadi, paseksen bab Sang Kristus kang jumemeng Nata ora mung asal saka manungsa (para sarjana), nanging usa saka malaikat (Gabriel) lan saka Gusti Yesus piyambak. Malah kepara, uga saka Allah Hyang Rama kaya sing diandharake St. Paulus ana ing serate marang umat ing Filipi, “Panjenengané wis diluhuraké déning Gusti Allah ana ing papan sing dhuwur dhéwé, lan diparingi pangwasa sing ngungkuli sakèhing pangwasa. Supaya sakèhing titah sing ana ing swarga lan ing bumi, apa déné ing sangisoring bumi padha sujud, lan ngakoni yèn Yésus Kristus kuwi Gusti, lan srana mengkono Gusti Allah, Sang Rama, kaluhuraké.” (Flp 2:8-11)
Sang Kristus mono pancen Sang Nata. Nanging Kratone ora asal saka ing donya iki (Yoh 18:36). Tegese, Panjenengane dudu ratu kaya dene pangwasa ing alam donya iki. Panjenengane dudu pangwasa kang karoban bandha lan raja kaya, nanging kang sarwa prasaja. Ora miyos ana ing papan kang sarwa kepenak, nanging ana ing kandhang kewan; ora disareake ana ing peturon sing empuk lan wangi, nanging ana ing pamakanan sing mambu tlethong (Luk 2:7). Panjenegane ora mung ngenak-enak ana ing kraton kang sarwa apik lan kecukupan, nanging malah mider-mider nglari kutha lan desa (Mat 9:35), nganti ora kagungan papan kanggo nyelehake mustakane (Luk 9:58). Dhampare uga dudu dampar keprabon saka emas utawa inten, nanging kayu salib kang tinulisan “Yesus saka Nazaret, Ratune wong Yahudi (Yoh 19:19 – INRI= Iēsus Nazarēnus, Rēx Iūdaeōrum).
Saiki, apa tegese Sang Kristus jumeneng Natating alam sawegung? Ana ing Injil mau diandharake menawa Kraton Dalem Sang Kristus iku ora asal saka ing donya iki (Yoh 8:23). Kraton Dalem iku ora liya ya Kratoning Allah. Lan, amarga Gusti Allah iku kang nitahake lan nguwasani alam sawegung, mula Kraton Dalem ya nganti tekan ing saindhening jagat. Dadi, manawa Sang Kristus jumeneng nata ing Kratoning Allah, iku ateges Panjenengane uga juneneng Nataning alam sawegung.
Minangka Nataning alam sawegung, Sang Kristus rawuh ing donya saperlu asung paseksen bab kasunyatan (Yoh 18:37). Miturut Injil Yohanes, kasunyatan kang dikarsaake Gusti yaiku kasunyatan bab rawuh Dalem Gusti Allah ana ing diri pribadine Sang Kristus saperlu jumeneng nata ana ing tengah-tengah kita. Dadi, Sang Kristus, bebarengan karo Hyang Rama lan Hyang Roh Suci mengku keprabon lan jumenengan Allah ing satengah-tengah kita. Ana ing pribadi Dalem Sang Kristus, Gusti Allah ngratoni, nuntun, njangkung, njamin, lan paring karahayon marang kita kabeh.
Sang Kristus iku Nata kang ambeg welas asih, kaya sing diandharake ana ing waosan kapindho. “Gusti Yesus Kristus iku seksi satuhu, pembajenge sing padha tangi saka ing pati, lan Nataning para nata sadonya. Panjenengane tresna marang aku lan mbirat dosa-dosaku mawa rah Dalem” (Why 1:5). Mula bener, yen dhampar Dalem iku kayu pamenthangan awit ya ing kono, Panjenengane ngurbanake sarira kanggo nglabuhi lan nebus kita.
Mula, wus jamak lan salumprahe, awake dhewe padha muji syukur ingarsa Dalem Allah, awit kita pinaringan Sang Kristus kang banget tresnane marang kita. Bebarengan karo sakehe bangsa, suku lan basa, padha ngabdi Gusti kanthi temen lan setya ing ngarsa Dalem Gusti (Dan 7:14). Ana telung prakara sing kudi kita gatekake supaya kita bisa dadi abdi Dalem Gusti sing becik:
  1. Abdi mono kudu temen lan setyo anggone sowar marang Sang Nata. Tegese, awake dhewe kudu sregep sowan Gusti lumanter sembahyangan, devosi, lan lan luwih-luwih bojana kurban mis suci.
  2. Abdi uga kudu caos bulu bekti glondhong pengareng-areng kanthi gumolonging ati. Tegese awake dhewe rila legawa lan kanthi gumolonging ati padha misungsungake urip kita konjuk ing Gusti kanggo ngabdi Gusti lan ngladeni pepadha, kanthi nindakake timbalan, pakaryan, lan jejibahan kita sak apik-apike. 
  3. Ratu iku nduweni wibawa sabda pandhita ratu, tan kena wola-wali, rata tiyang saknegari. Mula awake dhewe kudu temen anggone ngrungokake lan nindakake Sabda Dalem Gusti.

PESAN NATAL BERSAMA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI) KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI) TAHUN 2012

PESAN NATAL BERSAMA
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)
TAHUN 2012

ALLAH TELAH MENGASIHI KITA
(bdk. 1 Yoh 4:19)

Saudara-saudari terkasih,

Setiap merayakan Natal, pandangan kita selalu terarah kepada bayi yang lahir dalam kesederhanaan, namun menyimpan misteri kasih yang tak terhingga. Allah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Inilah perayaan penuh sukacita atas kedatangan Tuhan. Dialah Sang Juruselamat yang menjadi manusia lemah dan miskin, agar kita yang miskin ini dapat ambil bagian dalam kekayaan keallahan-Nya. Maka pada perayaan kelahiran Yesus Kristus ini, baiklah kita merenungkan kasih Allah itu dan menegaskan apa yang harus kita lakukan untuk hidup sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Kasih Allah Bagi Semua Manusia

Allah mengasihi semua manusia. Kasih-Nya yang besar kepada manusia itu diwujudkan dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia. Anak itu dikandung oleh seorang perawan, bernama Maria. Kelahiran-Nya membawa sukacita bagi banyak orang. Warta gembira itu diserukan oleh malaikat Allah: “sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk 2:10-11). Tanda sukacita itu nyata dalam diri seorang bayi yang dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan sebagai wujud kesederhanaan dan kesahajaan.

Kasih Allah itu disambut dengan gembira oleh para gembala yang bergegas pergi ke Betlehem untuk menjumpai bayi itu seperti diwartakan oleh malaikat Allah. Hal yang sama juga dilakukan oleh orang-orang majus dari Timur. Mereka mencari kanak-kanak Yesus dengan mengikuti bimbingan bintang. Setelah menemukan tempat yang dicarinya, “masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia” (Mat 2:11a).

Begitulah bayi kudus itu semakin menjadi besar dalam didikan kasih kedua orangtua-Nya. Dia “makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Luk 2:52).

Kasih Allah Tanpa Syarat

Allah adalah kasih (bdk. 1 Yoh 4:8.16b). Seluruh aktivitas Allah adalah tindakan kasih. Ia menyatakan diri dalam kasih kepada manusia. Ia mengasihi manusia tanpa membedakan. Ia tidak menuntut syarat apa pun dari manusia sebelum menyatakan kasih-Nya. Ia mengasihi orang benar maupun orang jahat dan semuanya tidak pernah lepas dari kasih-Nya. Demikianlah, Allah Bapa di surga, “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5:45).

Semua orang telah berdosa dan dosa membuat manusia terpisah dari Allah. Akibatnya, manusia kehilangan kemuliaannya sebagai anak Allah (Rm 3:23) dan tidak layak untuk tinggal bersama Allah. Hukuman yang harus diterima oleh orang berdosa adalah terpisah dari Allah, “sebab upah dosa adalah maut” (Rm 6:23).

Tetapi, Yesus rela menanggung penderitaan agar kita dibebaskan dari maut tersebut dan kita dianggap benar oleh Allah. Yesus pun rela menanggung semua itu karena Ia mengasihi manusia dan melihat semua manusia sebagai sahabat. Yesus menunjukkan kasih-Nya dengan memberikan nyawa-Nya sendiri untuk para sahabat-Nya. Sabda-Nya, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabatsahabatnya” (Yoh 15:13). Demikianlah Allah “telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” dan Ia telah “mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh 3:16-17).

Jelas bahwa “bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita” (1Yoh 4:10). Allah tidak menunggu manusia mengasihi diri-Nya dan baru kemudian Ia mau mengasihi mereka. Ia mengasihi manusia walaupun manusia berdosa dan Kristus sendiri mati ketika manusia masih berdosa (Rm 5:8). Yesus datang ke dalam dunia dan hidup di tengah manusia bukan karena manusia itu baik. Sebaliknya, Ia rela meninggalkan kemuliaan surgawi dan mengurbankan diri-Nya justru karena manusia berdosa dan tidak sanggup melepaskan diri dari ikatan dosa. Semua ini dilakukan-Nya semata-mata karena Ia menghendaki kebaikan dan kebahagiaan manusia. Allah menghendaki manusia hidup bahagia dalam kemuliaan abadi bersama Dia.

Mengasihi seperti Allah

Kehadiran Kristus sebagai manusia di dalam dunia ini mengajak kita untuk mengasihi seperti Allah. Sabda menjadi manusia untuk menjadi teladan kita dalam mengasihi. Seperti Allah yang menyatakan kasih-Nya dalam diri Kristus, kita diingatkan untuk mengasihi sesama semata-mata karena kita menginginkan orang lain bahagia. Hal ini juga berarti bahwa kita diajak untuk mengasihi sesama tanpa membuat pembedaan, walaupun mereka tidak berlaku seperti yang kita harapkan. Jika demikian, kita berlaku seperti Allah dan menjadi anak-anak Allah.

Hanya orang yang membuka hati dan menyadari kasih Allah akan dapat mengasihi Allah dan sesama. Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa mencintai sesama yang kelihatan. Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (bdk. 1Yoh 4:20-21). Dasar untuk saling mengasihi ini adalah kasih Allah. Dengan kasih seperti itulah orang diajak untuk mengasihi sesamanya.

Dalam terang kasih itu, kami mengajak Saudara-saudari untuk menanggapi kasih Allah dengan bertobat dan sungguh-sungguh mewujudkan kasih dengan memperhatikan beberapa hal penting berikut ini:

Pertama, Allah menciptakan alam semesta ini baik adanya dan menyerahkan pemeliharaan serta pemanfaatannya secara bertanggungjawab kepada manusia. Perilaku tidak bertanggungjawab terhadap alam ciptaan akan menyengsarakan bukan hanya kita yang hidup saat ini, tetapi terlebih generasi yang akan datang. Maka kita dipanggil untuk melestarikan dan menjaga keutuhan ciptaan-Nya dari perilaku sewenang-wenang dalam mengelola alam.

Kedua, melibatkan diri dalam berbagai usaha baik yang dilakukan untuk mengatasi persoalan-persoalan kemasyarakatan seperti konflik kemanusiaan, menguatnya sikap intoleran, dan perilaku serta tindakan yang menjauhkan semangat persaudaraan sebagai sesama warga bangsa.

Ketiga, melalui jabatan, pekerjaan dan tempat kita masing-masing dalam masyarakat, kita ikut sepenuhnya dalam semua usaha yang bertujuan memerangi kemiskinan jasmani maupun rohani. Demikian juga kita melibatkan diri dalam berbagai upaya untuk memberantas korupsi. Salah satu caranya adalah mengembangkan semangat hidup sederhana dan berlaku jujur. 

Keempat, melibatkan diri dalam menjawab keprihatinan bersama terkait dengan lemahnya penegakan hukum. Hal itu bisa kita mulai dari diri kita sendiri dengan menjadi warga negara yang taat kepada hukum dan yang menghormati setiap proses hukum seraya terus mendorong ditegakkannya hukum demi keadilan dan kebaikan seluruh warga bangsa.

Saudara-saudari terkasih,

Allah yang menyatakan kebesaran kasih-Nya melalui Yesus Kristus yang dilahirkan di kandang Betlehem akan menyertai serta memberkati usaha kita semua dalam memberi wujud pada kasih-Nya itu. Semoga kasih Allah yang kita alami dan kita rayakan pada Natal ini mendorong kita untuk semakin giat berbuat kasih.

Berkat Tuhan melimpah kepada kita.

SELAMAT NATAL 2012 DAN TAHUN BARU 2013
Jakarta, 20 November 2012

Atas nama


PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA
DI INDONESIA (PGI)



Pdt. Dr. A.A. Yewangoe
Ketua Umum




Pdt. Gomar Gultom, M. Th.
Sekretaris Umum
KONFERENSI WALIGEREJA
INDONESIA (KWI)



Mgr. I. Suharyo
Ketua




Mgr. J.M. Pujasumarta
Sekretaris Jendral


terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy