| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Jumat, 12 Oktober 2012 Hari Biasa Pekan XXVII

Jumat, 12 Oktober 2012
Hari Biasa Pekan XXVII

Dunia ini celaka karena kerakusan dan itulah juga sebanya mengapa hidup beragama tidak dihargai ---- St Teresa dari Yesus.

Antifon Pembuka (Luk 11:24)

Barangsiapa tidak bersama Aku, ia melawan Daku, dan barangsiapa tidak berhimpun bersama Aku, ia menceraiberaikan.

Doa Pagi

Allah Bapa yang mahabaik, di dalam Dikaulah kami merasa aman dan tenteram. Bukalah hati kami terhadap Sabda-Mu yang Kauberikan melalui Kitab Suci dan Gereja, serta yang Kaubisikkan ke dalam hati kami. Semoga kami boleh menjadi saksi Injil-Mu dalam kehidupan sehari-hari. Sebab Engkaulah Sumber hidup sejati kami. Dengarkanlah doa kami dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia (3:7-14)

"Mereka yang hidup dari iman akan diberkati bersama Abraham yang beriman."

Saudara-saudara, kalian mengerti bahwa yang disebut anak-anak Abraham ialah mereka yang hidup dari iman. Adapun Kitab Suci sudah tahu sebelumnya, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi berkat iman. Maka Kitab Suci dahulu sudah mewartakan Injil kepada Abraham. "Olehmu segala bangsa akan diberkati."Jadi mereka yang hidup dari iman akan diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu. Sebaliknya semua orang yang hidup dari pelaksanaan hukum Taurat,berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis, "Terkutuklah orang yang tidak melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam hukum Taurat." Memang tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat. Hal itu jelas, karena "Orang yang benar akan hidup berkat imannya." Padahal dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan perbuatan, sebab tertulis, "Barangsiapa melakukannya, akan hidup karenanya." Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutukkarena kita. Sebab ada tertulis, "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" Yesus Kristus telah melakukan itu, supaya dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan selalu ingat akan perjanjian-Nya.

Ayat. (Mzm 111:1-2.3-4.5-6)

1. Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan di tengah jemaat. Besarlah perbuatan-perbuatan Tuhan, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.
2. Agung dan semaraklah pekerjaan-Nya, keadilan-Nya tetap untuk selama-lamanya. Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan peringatan; Tuhan itu pengasih dan penyayang.
3. Kepada orang takwa diberikan-Nya rezeki, selama-lamanya Ia ingat akan perjanjian-Nya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sekarang penguasa dunia ini dibuang ke luar, sabda Tuhan; dan bila Aku telah ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang kepada-Ku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:15-26)

"Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka Kerajaan Allah sudah datang kepadamu."

Sekali peristiwa, setelah Yesus mengusir setan, ada beberapa orang yang berkata, "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, kepala setan." Ada pula yang mencobai Dia dan meminta tanda dari surga. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata, "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah, pasti binasa. Dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jika Iblis juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimana mungkin kerajaannya dapat bertahan? Sebab kalian berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusir setan? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan bersenjata lengkap menjaga rumahnya, amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat daripadanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Barangsiapa tidak bersama Aku, ia melawan Daku, dan barangsiapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia mengembara di tempat-tempat yang tandus mencari perhentian; dan karena tidak mendapatnya, ia berkata, 'Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu.' Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapih teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat daripadanya, dan mereka masuk dan tinggal di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk daripada keadaannya semula."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Ada dua keuntungan kalau orang hidup dalam iman, yaitu mendapatkan berkat dan selalu melakukan pekerjaan Allah. Contoh orang yang mendapat berkat karena iman adalah Abraham. Ia mempercayakan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Meskipun belum tahu secara pasti letaknya, Abraham tetap berangkat ketika diperintahkan Tuhan untuk meninggalkan kampungnya menuju tanah terjanji. Ujian akan imannya mencapai puncaknya, ketika Abraham diperintahkan Tuhan untuk mengorbankan anak tunggalnya.

Kalau Abraham adalah contoh orang beriman yang mendapatkan berkat, Yesus adalah contoh orang beriman yang melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah. Apa yang dilakukan Yesus? Ia mengusir setan atas nama Allah, bukan atas nama Beelzebul. Yesus mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah. Karena itu, Yesus tentu tidak akan pernah berkompromi dengan setan, apalagi melakukan pekerjaan setan atau bekerja sama dengan setan. Justru yang dilakukan adalah mengusir setan. Semoga setiap manusia beriman bersikap demikian, menolak setan dan segala pekerjaannya serta hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah.

Doa: Tuhan, semoga aku semakin mempercayakan hidupku sepenuhnya kepada-Mu dan turut serta melakukan pekerjaan-pekerjaan-Mu. Amin.

Ziarah Batin 2012, Renungan dan Catatan Harian

Surat Gembala Tahun Iman Bagi Umat Katolik Keuskupan Banjarmasin


Para Pastor, Frater, Suster serta seluruh umat Katolik di Keuskupan Banjarmasin yang terkasih,
Salam sejahtera bagi anda sekalian,
  1. Paus Benediktus XVI, melalui Surat Apostolik Porta Fidei“Pintu kepada Iman” yang diedarkan pada tanggal 11 Oktober 2011, mencanangkan Tahun Iman. Masa ini dimulai pada tanggal 11 Oktober 2012 dan akan ditutup pada perayaan Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam yang jatuh pada tanggal 24 Nopember 2013. Pencanangan Tahun Iman ini adalah dalam rangka memperingati 50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II (11 oktober 1962) oleh Paus Yohanes XXIII dan 20 tahun keluarnya Katekismus Gereja Katolik oleh Paus Yohanes Paulus II (11 Oktober 1992). Tahun Iman ini menjadi kesempatan yang sangat bernilai bagi seluruh anggota Gereja - mulai dari para Uskup, para imam, dan seluruh umat – untuk mengerti secara lebih mendalam dasar iman kristiani, yakni: “pertemuan dengan peristiwa dan dengan pribadi, yang memberi kepada HIDUP suatu horison yang baru dan suatu arah yang lebih jelas”. Yang dimaksud adalah pertemuan dengan Pribadi Yesus Kristus yang telah bangkit. Di dalamnya, Iman dengan seluruh kedalaman dan kemegahannya dapat ditemukan kembali. Iman adalah suatu anugerah untuk ditemukan kembali, untuk disemaikan dan untuk diwujudkan dalam kesaksian hidup karena Allah telah memberikan kepada setiap dari kita keindahan dan kebahagiaan sebagai orang kristiani. Untuk itu, Paus mengajak kita untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman iman kita dengan kembali mempelajari sumber-sumber iman kita, misalnya membaca kembali Katekismus Gereja Katolik. Dengan cara ini diharapkan bahwa  seluruh Gereja dapat memulihkan kembali “pemahaman yang tepat atas iman-kepercayaan itu, sehingga dengan demikian juga menguatkannya, memurnikannya, mengukuhkannya dan mengakuinya”.
  2. Menanggapi seruan Bapa Paus Benediktus XVI, Keuskupan Banjarmasin memulai pembukaan Tahun Iman pada Hari Minggu Biasa ke XXVIII ini dengan pembacaan Surat Gembala ini. Pada tingkatan para imam dan biarawan-biarawati, sudah diadakan rekoleksi bersama dengan bahan dari Surat Apostolik Porta Fidei di awal bulan Oktober ini. Kita sungguh bersyukur dengan pencanangan Tahun Iman ini oleh Bapa Paus Benediktus XVI. Ajakan Paus untuk kembali mendalami sumber iman kita sungguh sejalan dengan apa yang dihasilkan oleh kegiatan Pra-Sinode di tingkat Paroki di Keuskupan kita. Semua Paroki menyadari dan menyatakan bahwa persoalan utama yang ada di paroki-paroki berakar pada kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan perwujudan iman Katolik dalam kehidupan sehari-hari. Keprihatinan dan kesadaran ini, mau tidak mau, mendorong kita untuk kembali mencari dan menemukan Pribadi Kristus yang telah Bangkit dan juga mendorong kita untuk mendalami sumber-sumber iman kita. Saya mengajak para imam, biarawan-biarawati serta seluruh umat sekalian untuk mengisi Tahun Iman ini dengan suatu gerakan untuk mendalami kembali Iman Kepercayaan kita (Credo), menggali kembali sumber-sumber Iman, dan mempelajari Dokumen-dokumen Gereja serta ajaran-ajaran para Bapa Gereja. Apa yang kita lakukan bukan hanya untuk memenuhi seruan dan harapan Bapa Suci Benediktus XVI, tetapi juga sebagai langkah konkrit untuk menjawab keprihatinan yang ditemukan dalam kegiatan Pra-Sinode tingkat Paroki. Kita perlu mengadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengajaran iman, baik di tingkat Keuskupan maupun di tingkat Paroki. Hendaknya para Deken, para pastor Paroki, para Ketua Komisi sesuai dengan lingkup dan kewenangan masing-masing menghidupkan kembali dan merintis aneka kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pendalaman iman umat.
  3. Pada langkah pertama, kita akan membaca dan merenungkan bersama Surat Apostolik Pintu Kepada Iman (Porta Fidei) dalam kegiatan Pra-Sinode di Tingkat Dekenat. Selanjutnya saya berharap bahwa surat apostolik tersebut juga menjadi bahan bacaan dan permenungan para imam, biarawan-biarawati serta umat di tingkat paroki, komunitas/KBG dan komunitas biara. Di tingkat Keuskupan, kita akan mengadakan berbagai kegiatan pengajaran iman yang disesuaikan dengan persiapan menuju Sinode Keuskupan di tahun 2013 nanti. Kegiatan-kegiatan pengajaran dan pendalaman iman kristiani itu meliputi segala usia, baik anak-anak, kaum muda, maupun orang-orang dewasa. Keluarga, sebagai Gereja mini, hendaknya juga menjadi tempat persemaian dan pertumbuhan iman katolik yang benar.
  4. Di tingkat Paroki, diharapkan akan tumbuh semangat baru untuk mendalami Iman- Kepercayaan kita. Selain Kitab Suci, buku-buku yang bisa membantu kita untuk mengenal Kristus dengan lebih baik serta memperdalam iman kita adalah Katekismus Gereja Katolik, buku Iman Katolik serta Kompendium Gereja Katolik. Hendaknya tema-tema yang diangkat dalam buku-buku itu diusahakan untuk diwartakan, didalami, dan dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan umat maupun pertemuan dalam keluarga. Sekolah-sekolah katolik, sebagai tempat pembinaan dan pendidikan bagi para siswa, seyogyanya juga menjadi tempat pengajaran iman dan wadah bagi kesaksian iman kristiani.
  5. Saudari-saudara yang terkasih, selama Tahun Iman, semua orang beriman dipanggil untuk memperbaharui kurnia iman yang telah diterimanya dan digerakkan oleh iman yang hidup mampu membina sikap tobat serta hidup berdasarkan imannya. Terdorong oleh kebahagiaan hidup sebagai buah pertemuannya dengan Yesus Kristus,  semua orang beriman harus berupaya untuk membagikan pengalaman iman dan kasih mereka, baik kepada saudara seiman maupun saudara-saudari yang tidak seiman, bahkan kepada mereka yang tidak beriman sehingga kabar gembira keselamatan yang dibawa dan diwartakan oleh Kristus juga bisa sampai kepada semua orang.
  6. Pada kesempatan ini, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para misionaris yang telah memulai penyebaran benih iman di Keuskupan ini. Para Uskup pendahulu saya, para imam, para biarawan-biarawati serta katekis yang telah turut serta menaburkan, menyemaikan dan memelihara benih-benih iman sehingga Gereja di Keuskupan Banjarmasin bisa bertumbuh dan berkembang hingga saat ini. Semoga benih-benih tersebut tetap tumbuh dengan baik dan nantinya menghasilkan buah yang melimpah demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan semua orang.

Selamat menjalani dan mengisi Tahun Iman yang penuh rahmat ini dengan semangat untuk memperdalam dan memperbaharui iman yang memungkinkan kita bertemu dengan Pribadi Yesus Kristus yang bangkit dan mengaruniakan rahmat keselamatan Tuhan memberkati Anda sekalian.
Diberikan di Banjarmasin, pada Pembukaan Tahun Iman, 11 Oktober 2012

Mgr. Petrus Boddeng Timang

Uskup Keuskupan Banjarmasin

Kamis, 11 Oktober 2012 Hari Biasa Pekan XXVII

Kamis, 11 Oktober 2012
Hari Biasa Pekan XXVII

“Akar dari semua dosa terletak di dalam hati manusia” (Katekismus Gereja Katolik, 1873)

Antifon Pembuka (Luk 11:13)

Jika kalian yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu, betapa pula Bapamu di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada siapa pun, yang meminta kepada-Nya.

Doa Pagi

Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur kepada-Mu karena hari ini kami Engkau perkenankan mengenang 50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II. Melalui Konsili ini Engkau berkenan membarui Gereja-Mu. Semoga melalui perayaan ini umat-Mu terus bertumbuh dalam iman akan Yesus, Tuhan dan Juruselamat kami, yang hidup dan bersatu dengan Engkau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

Rasul Paulus menegur dengan keras mereka yang plin-plan dalam menghayati imannya. Iman akan Yesus Kristus adalah hal yang utama, apalagi Roh Kudus membimbing hidup kita. Apalagi yang kurang?

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia (3:1-5)

"Adakah kalian menerima Roh karena melakukan hukum atau karena percaya akan pewartaan Injil?"

Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah memesona kalian? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan jelas di depanmu? Hanya ini yang ingin kuketahui dari padamu: Adakah kalian menerima Roh karena melakukan hukum Taurat? Atau karena percaya akan pewartaan Injil? Adakah kalian sebodoh itu? Kalian telah mulai dengan Roh, maukah kalian sekarang mengakhirinya dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kalian alami sebanyak itu? Masakah sia-sia! Jadi bagaimana sekarang? Tuhan telah menganugerahi kalian Roh dengan berlimpah-limpah dan Ia telah melakukan mukjizat di antara kalian; adakah Ia berbuat demikian karena kalian melakukan hukum Taurat, atau karena kalian percaya akan pewartaan Injil?
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Terpujilah Tuhan Allah Israel, sebab Ia mengunjungi umat-Nya.
Ayat. (Luk 1:69-70.71-72.73-75)
1. Tuhan menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya; seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus.
2. Ia melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus.
3. Sumpah telah diucapkan-Nya kepada Abraham bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita supaya kita terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Tuhan, bukalah hati kami, supaya kami memperhatikan sabda Anak-Mu.

Jangan malu meminta sesuatu.Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk berani bersikap rendah hati. Bapa di surga akan memberikan apa pun yang kita minta pada-Nya. Hanya Allah yang mampu memenuhi kebutuhan hidup kita.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:5-13)

"Mintalah, maka kalian akan diberi."

Pada waktu itu, sesudah mengajar para murid berdoa, Yesus bersabda kepada mereka, “Jika di antara kalian ada yang tengah malam pergi ke rumah seorang sahabat dan berkata kepadanya, ‘Saudara, pinjamilah aku tiga buah roti, sebab seorang sahabatku dalam perjalanan singgah di rumahku, dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya’, masakah ia yang di dalam rumah itu akan menjawab, ‘Jangan mengganggu aku; pintu sudah tertutup, dan aku serta anak-anakku sudah tidur. Aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepadamu’. Aku berkata kepadamu: Sekalipun dia tidak mau bangun dan tidak mau memberikan sesuatu meskipun ia itu sahabatnya, namun karena sikap sahabatnya yang tidak malu-malu itu, pasti ia akan bangun dan memberikan apa yang dia perlukan. Oleh karena itu Aku berkata kepadamu, mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, akan menerima; setiap orang yang mencari, akan mendapat, dan setiap orang yang mengetuk, akan dibukakan pintu. Bapa manakah di antara kalian, yang memberi anaknya sebuah batu, kalau anak itu minta roti? Atau seekor ular, kalau anaknya minta ikan? Atau kalajengking, kalau yang diminta telur? Jika kalian yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu, betapa pula Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada siapa pun yang meminta kepada-Nya.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Hidup orang Kristen mesti selalu penuh harapan. Kita tidak boleh mudah putus asa dalam menghadapi segala sesuatu. Kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda. Tuhan selalu memberikan kesempatan kita untuk bangkit dan berkembang. Mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Sabda Tuhan ini meneguhkan perjuangan hidup kita. Mari kita berjuang di jalan kasih dan pengorbanan!

Doa Malam

Allah yang Maharahim, Engkau tidak pernah meninggalkan aku. Justru akulah yang sering lupa dan menjauh dari-Mu. Aku sering malas berbuat baik dan menutup diri terhadap kesusahan orang lain. Sanggupkanlah aku untuk menolong sesama. Dengan pengantaraan Kristus Putra-Mu yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.

RUAH

Melalui Radio Publik: Sambutan Uskup Agung Semarang pada pembukaan Tahun Iman, 11 Oktober 2012


Saudari dan saudaraku terkasih dalam Tuhan,
marilah kita bergembira dalam beriman, bergairah dalam pewartaan!

Patut kita syukuri bersama, bahwa Tuhan kita Yesus Kristus telah diimani oleh ratusan juta orang di dunia ini sejak para rasul. Ia kita imani sebagai jalan, kebenaran dan kehidupan. Iman akan Yesus Kristus itu setiap kali dibarui dalam Syahadat para rasul, dirayakan dalam Ekaristi, diwujudkan dalam tindakan dan akhirnya diperdalam terus-menerus melalui doa. 
Sebagai rasa syukur atas iman yang berkembang itu, Bapa Suci Paus Benedictus XVI mencanangkan Tahun Iman,  11 Oktober 2012 - 24 November 2013.
Agar Tahun Iman memiliki makna bagi kita, saya mengharapkan paroki-paroki, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas bahkan keluarga-keluarga  mengadakan kegiatan - kegiatan yang mengembangkan iman dan meneguhkan perutusan di tengah dunia.
Kita ingin menjadi seperti Wanita Samaria, seperti dikatakan oleh Bapa Suci Paus Benediktus  XVI dalam surat apostolik Porta Fidei (Pintu Kepada Iman).  Wanita Samaria adalah orang yang bertemu Yesus di pinggir sumur, dan menimba sumber air hidup yang memancar keluar dari diri Yesus. Berkat perjumpaannya dengan Yesus Wanita Samaria itu menemukan kegembiraan dalam beriman dan kegairahan dalam meng-komunikasi-kan imannya kepada orang lain.
Pengalaman Wanita Samaria itu bukan pengalaman sesaat, tetapi pengalaman yang dipupuk dari waktu ke waktu dan diasah oleh pergulatan hidup yang keras di padang gurun. Maka untuk zaman sekarang, untuk menjadi seperti Wanita Samaria, kita juga harus pergi ke sumur, tidak hanya sekali tetapi berkali-kali untuk berjumpa dengan Yesus yang siap mengajar dan menawarkan air hidup kepada kita. Sumur itu adalah dokumen-dokumen ajaran Gereja dan peristiwa-peristiwa yang menyimpan kekayaan iman kita. Dokumen-dokumen Ajaran Gereja itu diantaranya Kitab Suci, Konsili Vatikan II, Katekismus Gereja Katolik dan ajaran-ajaran iman lainnya.  Sedangkan peristiwa-peristiwa iman diantaranya adalah perayaan-perayaan liturgi, devosi dan doa yang  menjadi saat penuh rahmat untuk mengenal dan mengalami kehadiran Yesus yang menyapa dan meneguhkan.
Di Tahun Iman ini kita semua ingin menjadikan iman sebagai peristiwa hidup, artinya menjadi suatu kesibukan pertama dan utama dalam kehidupan menggereja. Dengan demikian kita semakin bergembira dalam beriman, bergairah dalam pewartaan.

Saya berterimakasih kepada semua saja yang dengan sepenuh hati, tanpa pamrih, tanpa lelah, telah dan akan, dengan caranya masing-masing melibatkan diri dalam pengembangan iman dan peneguhan hidup umat di Keuskupan Agung Semarang.
Semoga Tahun Iman ini menjadikan semua gerak kita bermakna bagi semakin banyak orang dalam peziarahan menuju Bapa.

Tahun Iman ini hati penuh rasa syukur
atas rahmat iman rahmat bagi sluruh umat
Bahagia, hidup suci, penuh sukacita
dalam karya pelayanan kasih setiap hari

        Semoga kita semua dilindungi dan diberkati oleh Allah yang mahakuasa: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Amin.

+ Johannes Pujasumarta
Uskup Agung Semarang

 

Surat Gembala Tahun Iman Bagi Umat Katolik Keuskupan Surabaya

   Surat Gembala Tahun Iman
   Bagi Umat Katolik Keuskupan Surabaya
(Dibacakan di semua gereja dan kapel di seluruh wilayah Keuskupan Surabaya, tanggal 6-7  atau 13/14 Oktober 2012)
================================================
Para saudara terkasih,
          Bapa Suci Paus Benediktus XVI melalui Surat Apostolik dengan judul “Porta Fidei” (Pintu Kepada Iman) telah mengumumkan Tahun Iman, yang akan dimulai pada tanggal 11 Oktober 2012, dan akan ditutup pada Hari Raya Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam pada tanggal 24 November 2013. Perayaan Tahun Iman ini berkaitan dengan peringatan 50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II dan 20 tahun sejak terbit buku Katekismus Gereja Katolik. Untuk di Keuskupan Surabaya, saya akan membukanya dengan perayaan Ekaristi pada tanggal 18 Oktober 2012 di Gua Maria Lourdes Puhsarang- Kediri pukul 23.00 wib.
           Dalam Surat Apostolik tersebut Bapa Suci mengharapkan agar karunia iman yang telah kita peroleh berkat sakramen baptis sungguh dapat memberikan kekuatan dan pembaharuan nyata dalam hidup. Oleh karena itu melalui Surat Gembala ini saya ingin  menyapa para imam, biarawan-biarawati, katekis, para pengurus Gereja dan seluruh umat Allah di Keuskupan Surabaya ini, agar memberi perhatian khusus akan pentingnya iman bagi kehidupan, dan agar mengisi Tahun Iman ini dengan pelbagai kegiatan yang diadakan di tempat masing-masing di tingkat kevikepan, paroki, wilayah, lingkungan, stasi, maupun juga di kelompok-kelompok kategorial.
           Tahun Iman akan sungguh menjadi saat berahmat, bila kita mengisi tahun ini dengan: memperdalam, mempelajari, merayakan dan menghayati iman yang benar dalam kehidupan nyata. Sumber iman kita adalah Kitab Suci dan Tradisi penerusan iman oleh kuasa mengajar Gereja (Magisterium). Dalam hal ini, Bapa Suci mengingatkan bahwa Katekismus Gereja Katolik merupakan salah satu buah dari Konsili Vatikan II sebagai sumber pengajaran iman yang resmi dan benar.
           Iman adalah tanggapan pribadi dan perjumpaan dengan Allah yang mewahyukan diri dalam pribadi Yesus Kristus yang sudah bangkit. Dari perjumpaan pribadi tersebut kita didorong untuk memahami isi pengakuan iman-kepercayaan yang benar dan meneruskannya kepada generasi yang akan datang .
           Saat ini kita menghadapi dua krisis dalam hal iman: kehilangan identitas kekatolikan dan selanjutnya bahaya kehilangan iman. Ditandai dengan maraknya tren 'jajan rohani' di tengah aneka aliran kerohanian serta relativisme keyakinan yang bisa mengaburkan identitas dan otentisitas iman Katolik sebagaimana diwariskan para Rasul.
           Gereja Katolik kaya dengan kekayaan kebenaran ilahi namun kita kurang menggali dan menyantap citarasa sedapnya Sabda Allah dan khazanah Ajaran Gereja. Maka tepatlah seruan Paus, bahwa di jaman kita ini, “iman adalah anugerah yang perlu ditemukan kembali, dipelihara dan dinyatakan dalam kesaksian”.  Jikalau tidak demikian, kita ada dalam bahaya kehilangan iman.
           Manusia dibenarkan karena iman (Rm 3:28) namun iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (bdk. Yak 2:20.24).  Iman membuat kita menjadi tanda yang nyata akan kehadiran Tuhan yang menyelamatkan jikalau diwujudkan dalam kesaksian hidup. Orang  zaman sekarang membutuhkan kesaksian yang dapat dipercaya dari orang-orang yang mendapatkan pencerahan di dalam budi dan hatinya oleh sabda Tuhan, sekaligus mampu membuka hati dan budi banyak orang untuk merindukan Allah serta kehidupan yang sejati.  
           Untuk menghidupkan, memperdalam dan menguatkan iman agar menjadi subur dan menghasilkan buah berlimpah, perlu pendalaman Kitab Suci dan ajaran Gereja, perayaan liturgi serta kesaksian hidup nyata. Pengakuan iman diikuti oleh penerimaan kehidupan sakramental di mana Kristus hadir, bertindak dan terus membangun Gereja-Nya. Tanpa liturgi dan sakramen-sakramen, pengakuan iman akan kehilangan daya gunanya, sebab ia akan kehilangan rahmat yang mendukung kesaksian Kristiani. Dalam hal ini, katekese memiliki peran yang sentral.
           Sarana katekese yang tak tergantikan untuk sampai pada pemahaman yang sistematis pada iman yang benar adalah Katekismus Gereja Katolik. Apakah kita sudah cukup mengenal dan mendalami Katekismus Gereja Katolik ini, sekurang-kurangnya ringkasannya dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik? Apakah kita sudah memelihara anugerah iman ini dan mewartakannya?
           Konsili Vatikan II telah membangkitkan kesadaran baru tentang arti dan peran Kitab Suci dalam kehidupan iman Gereja. Gereja telah melihat kembali dirinya melalui Kitab Suci. Demikianlah, Sabda Allah itu menjadi “penopang dan keteguhan Gereja” serta “kekuatan iman, santapan jiwa, sumber murni dan abadi dari hidup rohani bagi putera-puteri Gereja” (DV 21). Sabda Allah merupakan sarana untuk memupuk iman, sehingga iman kita tumbuh, berkembang, dan berbuah, dan kita dapat bertahan dalam iman sampai akhir (lih. KGK no. 162).
           Sungguh relevan bagi kita, bertepatan dengan fokus pastoral Keuskupan Surabaya di tahun 2013 adalah Kitab Suci dan Orang Muda Katolik (OMK). Kita melihat bahwa Sabda Allah adalah sumber iman, sedangkan Orang  Muda adalah penerus iman.
            Dalam konteks orang muda sebagai penerus iman, perlulah kita memberi kesempatan kepada Orang Muda Katolik untuk mengalami kegembiraan yang berasal dari iman kepada Yesus Kristus dalam persekutuan dengan seluruh Gereja Katolik. Kita perlu mengusahakan pertemuan katekese untuk Orang Muda Katolik, sehingga mereka menemukan kebanggaan beriman Katolik dan menjadi saksi iman ditengah masyarakat.
           Umat Allah yang terkasih, pada kesempatan ini, saya mengajak Anda untuk juga memberikan perhatian pada sekolah dan perguruan Katolik. Ditempat inilah kekayaan iman Gereja hadir secara nyata di tengah masyarakat. Maka hendaklah kita memelihara iman insan Katolik di dalamnya dengan menggunakan Katekismus Gereja Katolik sebagai referensi utama pengajaran iman.
          Saya berharap agar seluruh umat Allah di keuskupan Surabaya  sungguh terlibat dalam mengisi Tahun Iman ini. Hendaknya para imam, biarawan-biarawati, katekis, guru agama, pengurus DPP-BGKP, kelompok-kelompok kategorial menjadikan Tahun Iman ini sebagai gerakan bersama. Kita semua mengambil bagian secara aktif, memperdalam pengetahuan tentang dokumen Konsili Vatikan II dan Katekismus Gereja Katolik, menyegarkan kembali akan tugas dan tanggung jawab serta ketrampilan dalam berkatekese dan membangun kesadaran sebagai saksi iman yang sejati. Secara khusus saya mengingatkan para imam untuk mengajar katekumen, memberikan pendalaman iman bagi umat,  lebih intensif dalam pelayanan sakramen serta mendalami dokumen-dokumen Ajaran Gereja.
           Akhirnya marilah kita mempercayakan saat berahmat ini kepada Bunda Maria, yang diwartakan sebagai yang berbahagia karena telah percaya (Luk 1:45). Semoga melalui doa dan perlindungannya kita sampai pada kepenuhan hidup iman.
           Surabaya, 1 Oktober 2012
           Pesta St. Theresia dari kanak-kanak Yesus
           Berkat Tuhan,
           Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono
           Uskup Keuskupan Surabaya

Rabu, 10 Oktober 2012 Hari Biasa Pekan XXVII

Rabu, 10 Oktober 2012
Hari Biasa Pekan XXVII

Kesetiaan umat yang dibaptis adalah satu prasyarat yang menentukan untuk pewartaan Injil dan untuk perutusan Gereja di dunia. Supaya berita keselamatan dapat menunjukkan kepada manusia kekuatan kebenaran dan kekuatan sinarnya, ia harus disahkan oleh kesaksian hidup orang Kristen "Kesaksian hidup kristiani sendiri beserta amal baik yang dijalankan dengan semangat adikodrati, mempunyai daya kekuatan untuk menarik orang-orang kepada iman dan kepada Allah" (AA 6). -- Katekismus Gereja Katolik, 2044


Antifon Pembuka (Luk 11:1)

Tuhan, ajarilah kami berdoa, sebagaimana yang diajarkan Yohanes kepada murid-murid-Nya.

Doa Pagi


Ya Allah, Putra-Mu telah memperkenalkan Engkau sebagai Bapa Kami. Ia juga mengajari kami bagaimana caranya berdoa. Semoga kami semakin menjadi pendoa yang tekun. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.


Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia (2:1-2.7-14)

"Mereka melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku."

Saudara-saudara, empat belas tahun setelah dipilih Tuhan, aku pergi ke Yerusalem bersama dengan Barnabas, dan Titus pun kubawa serta. Aku pergi ke sana berdasarkan suatu pernyataan. Di sana aku membentangkan Injil yang kuberitahukan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, jangan sampai dengan percuma aku telah berusaha. Pada kesempatan itu aku berbicara tersendiri dengan orang-orang yang terpandang. Mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil bagi orang-orang tak bersunat, sama seperti kepada Petrus bagi orang-orang bersunat; maka mereka menjadi yakin. Sebab sebagaimana Tuhan telah memberi Petrus kekuatan untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, demikian pula Ia memberi aku kekuatan untuk menjadi rasul bagi orang-orang yang tak bersunat. Mereka pun menjadi yakin mengenai kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku. Maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan daku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan. Semua setuju bahwa kami pergi kepada orang-orang yang tak bersunat, sedangkan mereka kepada orang-orang yang bersunat. Mereka hanya minta agar kami tetap mengingat orang-orang miskin; dan hal itu sungguh-sungguh kuusahakan. Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku terus terang menentang dia, karena ia salah. Sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat. Tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. Juga orang-orang Yahudi lain ikut berlaku munafik seperti dia, sehingga Barnabas sendiri terseret oleh kemunafikan mereka. Aku melihat, bahw kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil. Maka aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua, "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?"

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = f, 4/4, PS 827.
Ref. Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil!
Ayat. (Mzm 117:1bc.2)
1. Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
2. Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Kalian akan menerima roh pengangkatan menjadi anak; dalam roh itu kita akan berseru, 'Abba, ya Bapa.'

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:1-4)

"Tuhan, ajarilah kami berdoa."

Pada waktu itu Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya, "Tuhan, ajarlah kami berdoa sebagaimana Yohanes telah mengajar murid-muridnya." Maka Yesus berkata kepada mereka, "Bila kalian berdoa, katakanlah: 'Bapa, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu. Berilah kami setiap hari makanan yang yang secukupnya, dan ampunilah dosa kami sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
 
 
Pendahuluan

Ingatan saya melayang ke tahun-tahun yang silam, ketika saya masih bergabung dalam kegiatan mudika. Dalam kegiatan mudika waktu itu, kelihatannya tak banyak orang yang dengan suka cita mau menawarkan diri untuk memimpin doa. Kebanyakan, harus ditanya dahulu, dan jawabannya tak jarang yang seperti ini, “Kamu saja, ah, aku masih belum berani….” Semoga saja tidak demikian keadaannya sekarang, setelah semakin banyaknya kegiatan di paroki yang melibatkan perkembangan spiritualitas umat, termasuk para mudika dan OMK. Harus diakui, kita semua harus menyadari bahwa doa adalah nafas iman, dan karenanya kita harus menjadikan doa sebagai bagian yang terpenting dalam kehidupan kita. Maka sekarang pertanyaan yang sering muncul di benak kita adalah, “Jadi, bagaimana seharusnya kita berdoa?” Nah, kita tak perlu berkecil hati, karena ternyata para rasul juga pernah bertanya hal yang serupa kepada Kristus, “Tuhan, ajarlah kami berdoa…” (Luk 11:1), dan Tuhan Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya, sebuah doa yang terindah: Doa Bapa Kami. Namun sayangnya, karena mungkin kita terlalu menghafalnya di kepala, maka malah makna perkataannya tidak turun sampai ke hati….


Doa yang sempurna yang harus didukung sikap batin


Doa Bapa kami merupakan salah satu warisan yang paling berharga, yang Tuhan Yesus berikan kepada kita. Melalui doa ini kita diajak oleh Kristus untuk memanggil Allah sebagai Bapa, sebab kita telah diangkat menjadi anak-anak Allah. Doa ini mengandung tujuh permohonan yang terbagi mejadi dua bagian, yang pertama untuk memuliakan Tuhan (6:9-10) sedangkan bagian kedua untuk kebutuhan kita yang berdoa (6:11-13).[1]. Doa ini mengandung pujian/ penyembahan kepada Allah, penyerahan diri kita kepada-Nya, pertobatan dan permohonan.

Namun, betapapun indahnya suatu doa, yang terpenting adalah bagaimana kita meresapkannya, sehingga kata-kata yang diucapkan bukan hanya sekedar hafalan tetapi sungguh-sungguh yang keluar dari hati. St. Teresa dari Avila memberikan satu tips yang sangat berharga, “Arahkanlah matamu ke dalam batin dan lihatlah di dalam dirimu…. Engkau akan menemukan Tuhanmu.”[2]. Maka sebelum kita mengucapkan doa apapun, kita harus mempersiapkan batin terlebih dahulu, supaya kita sadar kepada Siapa kita akan mengajukan doa kita, dan betapa Mahabesar dan MahaKasih-nya Dia, sehingga kita dapat menempatkan diri kita dengan layak. Sepantasnya kita menyadari betapa kecil, lemah, dan berdosa-nya kita, namun juga betapa besarnya kita dikasihi oleh Allah, di dalam Kristus Yesus.

Doa Bapa Kami


(berdasarkan Mat 6:9-13)
Bapa Kami, yang ada di surga,
dimuliakanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu,
Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga
Berilah kami rejeki pada hari ini,
dan ampunilah kesalahan kami
seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami
Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan
Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin.

Bapa Kami

Bapa
, atau “Abba” (lih. Mk 14:36, Rom 8:15; Gal 4:6) dalam bahasa Aramaic adalah panggilan yang erat seorang anak kepada ayahnya. Oleh kasih-Nya kepada kita, Yesus mengizinkan kita memanggil Allah sebagai Bapa kita, karena Yesus mengangkat kita menjadi saudara- saudari angkatNya. Ya, setiap kita mengucapkan kata “Bapa”, selayaknya kita mengingat bahwa kita ini telah diangkat oleh Allah Bapa menjadi anak-anak-Nya oleh jasa Kristus Tuhan kita. Allah yang begitu agung dan mulia, Ia yang begitu besar dan berkuasa, dapat kita panggil sebagai “Bapa”. St. Teresa dari Avila pernah mengatakan bahwa dalam kesehariannya saat merenungkan Doa Bapa Kami ini, tak jarang ia hanya berhenti pada kata “Bapa” saja, dan Tuhan sudah berkenan memberikan karunia sukacita kontemplatif yang tak terkira. Mari kita belajar dari St. Teresa, bahwa saat kita mengucapkan kata “Bapa”, kita sungguh meresapkannya dalam hati kita: ya, kita manusia yang lemah ini, boleh memanggil Dia, Bapa, karena kasih-Nya yang tak terbatas kepada kita. Saat kita katakan, “Bapa”…. resapkanlah bahwa kita berada dalam hadirat Allah yang Maha Mulia, namun juga yang Maha Pengasih. Ia yang lebih dahulu rindu kepada kita, sehingga kita diberikan kerinduan untuk berdoa, dan memanggil nama-Nya.

Bapa Kami: Perkataan “kami” di sini mengingatkan kita bahwa kita dapat memanggil Allah sebagai “Bapa” karena Kristus. Alangkah baiknya, jika dalam mengucapkan doa ini kita membayangkan bahwa kita berada di antara para rasul pada saat pertama kali Yesus mengajarkan doa ini kepada mereka. Bayangkan bahwa kita memandang Kristus yang mengajar kita untuk memanggil Allah sebagai Bapa kami, karena Kristus tidak hanya mengangkat “saya saja” menjadi saudara angkat-Nya, tetapi juga orang-orang lain yang dipilih-Nya, yaitu anggota-anggota Gereja. Oleh karena itu, Doa Bapa Kami ini merupakan doa Gereja,[3], doa yang ditujukan kepada Allah Bapa yang mengangkat kita semua menjadi anak-anak-Nya. Dan, mari kita renungkan juga, betapa besar harga yang telah dibayar oleh Kristus Sang Putera untuk mengangkat kita semua untuk menjadi anggota keluarga Allah! Sebab di kayu salib-lah Kristus telah menumpahkan Darah-Nya, Darah Perjanjian Baru dan Kekal, sehingga Darah itulah yang mengikat kita semua menjadi satu saudara.

Yang ada di surga: Ya, kita mempunyai seorang Bapa di surga, yang mengasihi kita sedemikian rupa, sehingga tak menyayangkan Anak-Nya sendiri untuk wafat bagi kita, supaya dosa-dosa kita diampuni dan kita dapat mengambil bagian dalam kehidupan ilahi-Nya.[4]

Dimuliakanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu: : Ini merupakan kerinduan kita agar semakin banyak orang dapat mengenal Allah yang mulia dan kudus.[5] Dan ini juga seharusnya disertai dengan keinginan kita untuk dipakai Allah sebagai alat-Nya untuk memuliakan nama-Nya. “Dimuliakanlah nama-Mu, ya Tuhan, dalam keluargaku, pekerjaanku, perkataanku, segala sikapku….; Jadilah Engkau Raja dalam rumahku, pekerjaanku, studiku, dalam pikiran dan perbuatanku.” Ini mengingatkan kita agar kita jangan mencari dan mengejar kemuliaan diri sendiri dalam segala sesuatu, karena segala sesuatu yang ada pada diri kita sesungguhnya adalah milik Tuhan dan harus kita gunakan untuk kemuliaan nama Tuhan. Dan agar dalam setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil, kita dapat menomorsatukan Tuhan, kiranya, keputusan/ tindakan apa yang terbaik yang bisa kulakukan untuk lebih memuliakan Tuhan?

Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga: Ketaatan dan penyerahan diri pada kehendak orang lain mensyaratkan kerendahan hati, demikian pula penyerahan diri yang total kepada Tuhan. Sering manusia berkeras dalam memohon sesuatu kepada Allah, namun di sini kita melihat, Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kepada kita untuk berserah kepada Allah Bapa. Sebab Bapa yang Maha Pengasih mengetahui apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik bagi kita, bukan saja untuk hidup kita di dunia, tetapi untuk hidup kita yang ilahi di surga kelak. Ungkapan penyerahan diri yang total ini mengingatkan kita akan doa Yesus di Taman Getsemani, “… tetapi bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Luk 22:42). Karena ketaatan Yesus pada kehendak Bapa inilah, maka Ia menggenapi rencana keselamatan Allah Bapa, dengan wafat-Nya di salib dan kebangkitan-Nya. Semoga kitapun bisa taat dan menyerahkan diri kita secara total kepada Allah, sehingga kita dapat mengambil bagian dalam rencana keselamatan Allah bagi umat manusia.

Berilah kami rejeki pada hari ini: Yesus sangat mengasihi kita dan peduli pada kita, sehingga Ia mengajarkan kepada kita permohonan ini. Ia mengingatkan kepada kita bahwa rejeki dan nafkah kita, “our daily bread“, adalah berkat dari Tuhan. Tuhanlah yang mengizinkan kita mendapatkan rejeki hari ini, memiliki kesehatan dan hidup sampai pada saat ini, sehingga dapat menikmati rejeki yang Tuhan berikan. “Berilah padaku rejeki hari ini, ya Tuhan, dan ingatkanlah aku bahwa semua rejeki yang kuterima adalah semata-mata berkat-Mu, dan bukan milikku sendiri.” Maka kitapun harus teringat pada orang lain, terutama mereka yang berkekurangan, agar merekapun beroleh berkat Tuhan. Selanjutnya, para Bapa Gereja, terutama St. Agustinus mengkaitkan “our daily Bread” dengan Ekaristi,[6] yang menjadi berkat/ rejeki rohani kita. Ini mengingatkan kepada kita agar kita tidak semata-mata mencari rejeki duniawi, tetapi juga berkat rohani. Bagi kita, berkat rohani yang tertinggi maknanya adalah Ekaristi, saat kita boleh menerima Kristus Sang Roti Hidup. Di sini kita diingatkan oleh para Bapa Gereja untuk memohon kehadiran Yesus, Sang Roti Hidup, di dalam hidup kita setiap hari. Dan jika “setiap hari” ini diucapkan setiap hari, maka artinya adalah selama-lamanya. “Semoga Tuhan Yesus, Sang Roti Hidup itu, sungguh menguatkanku dan menyembuhkanku hari ini, dan selama-lamanya.

Dan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami: Dikatakan di sini bukan “ampunilah kami, seperti kami akan mengampuni yang bersalah kepada kami.” Maka seharusnya, pada saat kita mengucapkan doa ini, kita sudah harus mengampuni orang yang telah bersalah kepada kita atau yang menyakiti hati kita. Mari kita renungkan, kalimat yang sederhana ini namun sangat dalam artinya: Bahwa Tuhan akan mengampuni kita kalau kita terlebih dahulu mengampuni orang lain. Jadi artinya, kalau kita tidak mengampuni maka kitapun tidak beroleh ampun dari Tuhan. Betapa sulitnya perkataan ini kita ucapkan pada saat kita mengalami sakit hati yang dalam oleh karena sikap sesama, terutama jika itu disebabkan oleh mereka yang terdekat dengan kita. Namun Tuhan menghendaki kita mengampuni mereka, agar kitapun dapat diampuni oleh-Nya. Maka mengampuni orang lain sesungguhnya bukan saja demi orang itu, tetapi sebaliknya, demi kebaikan diri kita sendiri: supaya kita-pun diampuni oleh Tuhan.

Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat: Mari kita sadari bahwa kita ini manusia yang lemah dan mudah jatuh ke dalam dosa dan kesalahan. Kita belum sampai pada tingkat di mana kita benar- benar terbebas dari segala godaan dan pencobaan. Pencobaan itu bisa bermacam- macam: ketakutan menghadapi masa depan, sakit penyakit, masalah keluarga dan pekerjaan, dst, namun bisa juga merupakan ‘pencobaan rohani’, terutama godaan untuk menjadi sombong, karena merasa telah diberkati dengan aneka karunia dan kebajikan. Untuk yang terakhir ini, St. Teresa, mengingatkan bahwa kita harus selalu rendah hati, tidak boleh terlalu yakin bahwa kita tidak akan jatuh ke dalam dosa. Jangan sampai kita bermegah akan suatu kebajikan. St Teresa mengambil contoh, bahwa kita tidak boleh terlalu cepat menganggap diri sabar, sebab akan ada saatnya bila seseorang hanya sedikit saja menyinggung hati kita, namun langsung kesabaran kita itu hilang. Maka sikap yang terbaik adalah selalu berjaga-jaga, menimba kekuatan dari Tuhan, dan menyadari bahwa kita sungguh tergantung kepada-Nya.

Ada banyak cara untuk meresapkan perkataan dalam doa Bapa Kami. Kita dapat berhenti sejenak, setelah kita mengucapkan satu kalimat, dan merenungkannya, atau kita dapat memilih satu bagian kalimat dalam doa Bapa Kami itu dan kita renungkan berulang kali sepanjang hari. Kedua cara ini dapat menghantar kita pada pemahaman yang lebih mendalam setiap kali kita mengulangi doa Bapa Kami di kemudian hari.
Contohnya, pada saat mengucapkan doa Bapa Kami, kita dapat meresapkannya demikian,

Bapa Kami yang ada di surga, …………………………………………… Betapa bersyukurnya aku boleh menyebut Engkau, “Bapa”
Dimuliakanlah nama-Mu, Datanglah kerajaan-Mu ………………… Biarlah nama-Mu dimuliakan di dalam hidupku
Jadilah kehendak-Mu, di atas bumi seperti di dalam surga …….. Aku mau taat dan menjadikan kehendakMu yang terutama
Berilah kami rejeki pada hari ini ……………………………………….. terutama rejeki rohani, yaitu Kristus Sang Roti Hidup
Dan ampunilah kesalahan kami ………………………………………… Kasihanilah aku, yang berdosa ini
seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami …….. Berilah aku kekuatan untuk mengampuni sesama
Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan ……………… Sebab aku mengakui kelemahanku
tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat …………………………….. terutama terhadap kesombongan dan ketinggian hati


Kesimpulan

Maka jika kita perhatikan, walaupun singkat dan sederhana, sesungguhnya makna doa Bapa Kami sangatlah dalam. Jika kita belum melihatnya demikian, maka sudah saatnya kita mohon ampun kepada Tuhan, dan memohon kepada Roh Kudus untuk membantu kita untuk meresapkan doa ini. Sebab, jika kita perhatikan, doa spontan yang baik sesungguhnya mengambil sumber dari doa Bapa Kami ini. Misalnya: “Tuhan, aku bersyukur dan memuji Engkau (=Dimuliakanlah nama-Mu), karena Engkau sungguh baik (“Bapa”). Aku rindu menyenangkan-Mu, ya Tuhan, dan ingin melayani Engkau (Datanglah Kerajaan-Mu). Namun seringkali aku jatuh, dan melukai-Mu dengan dosa-dosaku. Kasihanilah aku ya Tuhan (Ampunilah kesalahan kami). Maka, kumohon ya Tuhan, dampingilah aku, supaya aku bisa memperbaiki diri, dan hidup lebih baik dari hari kemarin (Janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan). Dan kumohon juga dari-Mu, berkat jasmani dan rohani agar aku dapat menjalani hari ini dengan baik (Berilah kami rejeki pada hari ini). Engkaulah Tuhan dan Allahku, kepada-Mulah aku berserah… (Jadilah kehendak-Mu, di atas bumi seperti di dalam surga). Amin.

Dengan demikian, dengan meresapkan doa Bapa Kami, kitapun dapat menilai, apakah doa-doa kita selama ini sudah cukup baik. Selanjutnya, mari kita menilik hati kita masing-masing, apakah kita sudah meresapkan doa Bapa Kami, setiap kali kita mendaraskannya. Doa ini adalah doa yang diajarkan oleh Yesus, oleh karena itu selayaknya kita hayati dan kita resapkan di dalam hati. Jangan sampai kita kita hanya menghafalkan kata-katanya saja, tanpa menjadikan kata-kata itu ungkapan hati. Atau sebaliknya, kita tidak lagi rajin mengucapkannya, karena lebih menyukai doa- doa dengan perkataan kita sendiri. Alangkah baiknya, jika di samping doa- doa spontan maupun doa hening, kita tetap mengucapkan doa Bapa Kami ini dengan sikap batin yang baik. Sebab doa Bapa Kami adalah doa yang sempurna yang berasal dari Allah sendiri, dan karenanya marilah kita mengucapkannya dengan kasih yang besar kepada Dia yang telah mengajarkan-Nya kepada kita!


  1. Dua versi Bapa Kami menurut Matius dan Lukas: Mat 6:9-13 dan Lukas 11:2-4 memberikan pengajaran akan doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Beberapa ahli Kitab Suci mengatakan bahwa dua teks ini mungkin adalah kejadian yang berbeda. Namun text lengkap doa Bapa Kami adalah berdasarkan dari text menurut Injil Matius.
  2. Ada dua manuskrip menurut Matius 6:9-13: Text pertama yang ditemukan dalam ayat ke 13 ada yang memuat “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.” dan satu text di ayat ke 13 tidak memuat kalimat tersebut. Dan disinilah perlunya “textual criticism”. Dan dari metode ini, Gereja Katolik dan juga sebagian gereja protestan mengambil ayat ke-13 tanpa “text tersebut”. Kalau kita perhatikan, kitab suci King James Version memuat text tersebut, RSV, Vulgate Bible tidak memuatnya, LAI, NAB memuat text tersebut di dalam tanda kurung. Nanti kalau ada waktu saya coba buat perbandingan beberapa versi Kitab Suci.
  3. Dalam didakhe: Bab 8. Puasa dan Berdoa (Doa Bapa Kami). Tapi janganlah puasamu seperti orang orang munafik (farisi), karena mereka hanya berpuasa pada hari kedua dan kelima dalam satu minggu. Sebaliknya, berpuasalah pada hari keempat dan pada hari Persiapan (Jumat). Jangan berdoa seperti orang orang munafik (farisi), sebaliknya seperti yang diperintahkan Tuhan dalam GerejaNya, seperti ini : Bapa Kami yang berada di dalam surga, dimuliakanlah nama Mu. Datanglah kerajaan Mu. Jadilah kehendak Mu diatas bumi, seperti didalam surga. Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah membawa kami kepada pencobaan, tapi jauhkanlah kami dari yang jahat; karena segala Kekuasaan dan Kemuliaan adalah milikmu untuk selama lamanya.
    Didakhe adalah doktrin dari dua belas rasul. Dan dokumen ini yang menjadi pegangan bagi jemaat perdana. Di dalam pengajaran ini dituliskan juga doa Bapa Kami yang mengambil text dari Matius 6:9-13 dengan adanya text “segala kekuasaan dan kemuliaan adalah milikmu untuk selama-lamanya”. Namun Gereja Katolik mempercayai bahwa dalam Didakhe, text tersebut bukanlah bagian asli dari Injil Matius, namun ditambahkan kemudian di sekitar abad pertama atau kedua masehi.
  4. Di dalam Perjamuan Ekaristi Kudus, kita sering mengucapkan doa Bapa Kami, dan sering disusul dengan perkataan/nyanyian “Sebab Engkaulah Raja, yang mulia dan berkuasa, untuk selama-lamanya”, yang dikenal dengan nama embolisme.
  5. Jadi kita dapat simpulkan bahwa Gereja Katolik memberikan doa Bapa Kami sesuai dengan apa yang ditulis di Alkitab.
Namun yang terpenting disini adalah Doa Bapa Kami adalah doa yang sempurna, yang diajarkan oleh Yesus Sendiri, yang terdiri dari tujuh hal.


CATATAN KAKI:

  1. Lihat KGK 2765, 2781
  2. St. Teresa of Avila, The Way of Perfection, Text prepared by Kieran Kavanaugh OCD, (Washington DC: ICS Publication, 2000), p. 317
  3. KGK 2768
  4. 2 Pet 1:4; 1 Yoh 3:1; KGK 2766, 2780
  5. Mzm 111:9; Luk 1:49
  6. Letters of St. Augustine to Proba, CXXX, chap. XI- 21


Sumber: http://katolisitas.org/2102/doa-bapa...-yang-sempurna
http://katolisitas.org/1960/dua-versi-doa-bapa-kami

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy