| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Pendalaman Materi APP 2012 Keuskupan Agung Jakarta

Dalam masa Prapaskah kali ini, sejalan dengan Tahun Ekaristi, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) mengajak mendalami sebuah tema, yaitu: “Dipersatukan dalam Ekaristi, Diutus untuk Berbagi”.

Tema besar ini dirinci menjadi lima sub-tema untuk lima pertemuan. Berturut-turut sub-tema itu adalah:
  1. Temukan Tuhan yang Hadir (Luk 19: 1-10)
    Tujuan: Menyadari bahwa Yesus selalu hadir dalam hidup kita untuk membawa rahmat keselamatan dan perubahan dalam hidup kita beserta seisi rumah; dan bahwa untuk bertemu dengan Yesus itu diperlukan usaha-usaha nyata mengatasi segala rintangan.
  2. Tuhan Melayani dengan Kasih (Yoh 13: 1-17)
    Tujuan: Meneladani Yesus sebagai Gembala Baik yang berlaku sebagai hamba untuk melayani dengan penuh kasih dalam ketulusan dan kerendahan hati.
  3. Berkorban dan Melayani (Mat 14: 13-21)
    Tujuan: Menyadari bahwa sebagai murid-murid Yesus kita diundang dan ditantang untuk mewujudkan pelayanan murah hati dengan sikap yang selalu siap berkorban dan berbagi.
  4. Syarat Mengikuti Yesus (Mrk 8: 31-38)
    Tujuan: Menjadi murid Yesus yang siap menyangkal diri, memikul salib, dan sungguh-sungguh mengikuti Dia, dengan cara bertekun dalam hidup pelayanan dan berjuang menjalankan ajaran-ajaran Yesus dalam hidup sehari-hari.
  5. Ekaristi: Perayaan Kehidupan (Yoh 6: 48-58).
    Tujuan: Menyadari bahwa Ekaristi bukanlah sekedar perayaan liturgis belaka, melainkan sumber dan puncak kehidupan kristiani; dan karena itu harus menjadi perayaan kehidupan bagi seluruh umat beriman.


Presentasi APP Keuskupan Agung Jakarta 2012


Presentasi oleh : http://kksbarnabas.wordpress.com/

Pengantar APP 2012 - Keuskupan Agung Semarang: “Katolik sejati harus peduli dan berbagi”


Pengantar


Masa prapaskah merupakan masa yang sangat istimewa bagi seluruh warga Gereja baik kaum awam, imam maupun biarawan-biarawati. Masa itu disebut masa yang sangat istimewa karena “masa itu secara lebih intensif mengajak umat beriman untuk mendengarkan sabda Allah dan berdoa dan dengan demikian menyiapkan mereka untuk merayakan misteri Paskah” (SC 109). Seluruh umat beriman diajak merenungkan karya penyelamatan Allah yang berpuncak pada sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Maka dari itu sudah selayaknya umat diajak terus menerus menggali kedalaman misteri Paskah melalui permenungan-permenungan yang telah disediakan.

Bahan permenungan-permenungan di lingkungan-lingkungan selama masa prapaskah (empat puluh hari) merupakan sebuah tawaran serta tuntunan untuk mendalami misteri Allah sendiri yang telah mencurahkan cinta sehabis-habisnya tanpa batas di dalam Yesus Kristus. Cinta kasih Yesus Kristus tersebut dapat dirasakan oleh banyak orang melalui kepedulian kita kepada sesama. Kepedulian kita bersumber dari hidup Yesus yang datang untuk memberikan hidup-Nya supaya setiap orang hidup dalam kelimpahan.

Sadar bahwa sebagai orang beriman ita hidup di tengah-tengah umat dan masyarakat, kita juga ingin peduli dan berbagi kepada siapa saja yang membutuhkan uluran tangan dan cinta yang mengalir dari hati kita. Kepedulian dan keralaan berbagi itu terutama kita lakukan terutama bagi mereka yang lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Dengan demikian semangat kepedulian dan kerelaan berbagi tidak lepas dari iman kita. Sebagai orang-orang beriman ada nilai-nilai yang mesti menjadi prinsip-prinsip hidup kita. Solidaritas (kesetiakawanan) merupakan salah stu ciri hidup umat beriman. Maka dari itu melalui tema APP tahun 2012 ini kita semua diajak untuk menegaskan salah satu ciri sebagai umat katolik. Kalau tahun 2011 yang lalu kita sudah mengolah “Inilah Katolik Sejati”, maka pada tahun 2012 ini kita akan masih melanjutkan tema tersebut. Tema yang diangkat pada tahun 2012 adalah Katolik Sejati Harus Peduli dan Berbagi.

Kita semua berharap semoga melalui pendalaman tema yang diadakan di pertemuan-pertemuan lingkungan, kita semakin dewasa dalam iman, kokoh dalam persaudaraan dan kuat dalam pengharapan. Dan salah satu ciri orang yang dewasa adalah peka terhadap kebutuhan orang lain dan peduli kepada sesama. Jika hati kita sudah peka terhadap orang lain, lebih-lebih yang membutuhkan uluran tangan kita pasti kita pun semakin terdorong untuk berbuat sesuatu dan bertindak. Salah satu wujud solidaritas kita terhadap sesama adalah APP. APP tidak hanya sekedar menyisihkan dana (uang) setiap hari Jumat selama masa prapaskah, namun menjadi gerakan rohani yang berdampak luas bagi masyarakat di sekitar kita. Hal seperti inilah yang ditegaskan oleh Konsili Vatikan II,”Pertobatan selama empat puluh hari itu hendaknya jangan hanya bersifat batin dan perorangan, melainkan hendaknya bersifat lahir dan sosial kemasyarakatan (SC 110)”.

Akhirnya kami berharap semoga renungan-renungan sederhana dalam buku panduan ini semakin mendorong kita untuk peduli dan rela berbagi kepada sesama kita. Selamat ber-APP berkah Dalem.



Semarang, Desember 2011

Alexius Dwi Aryanto, Pr

Ketua Panitia APP KAS

Pertemuan I: Pertemuan APP Prapaskah 2012 - Keuskupan Agung Semarang

Catatan bagi Pemandu APP KAS 2012 :

1. Pertemuan-pertemuan untuk mendalami Tema APP tahun 2012 dengan tema “Katolik sejati harus peduli dan berbagi”! akan dilaksanakan sebanyak 5 (lima) kali.

2. Pertemuan-pertemuan pendalaman tema APP 2012 dilaksanakan di lingkungan dan dihadiri oleh seluruh komponen umat : orang tua, kaum muda, remaja, anak-anak.

3. Para Pemandu APP Paroki bersama dengan panitia APP Paroki bisa menyesuaikan kembali buku panduan ini jika dirasa kurang relevan dengan situasi setempat.

4. Para Pemandu APP paroki diharapkan mempersiapkan sungguh-sungguh bersama dengan Pemandu lain (di tingkat wilayah/stasi, maupun paroki).

PERTEMUAN I

MENGENANG BAPTISAN: GEMBIRA DAN BANGGA MENJADI PENGIKUT KRISTUS

Tujuan pertemuan

· Mengingat-ingat kembali makna baptisan yang telah kita terima di dalam hidup kita

· Semakin menyadari bahwa baptisan yang telah kita terima merupakan tanda iman kita kepada Yesus Kristus yang harus dihidupi dan dikembangkan dalam seluruh hidup kita.

· Semakin menyadari bahwa baptisan menyerupakan kita dengan Yesus Kristus, dalam arti mengambil bagian dalam seluruh hidup Kristus.

· Semakin menyadari bahwa baptisan mendatangkan rahmat pengampunan dosa dan karunia hidup baru sebagai anak-anak Allah.

· Semakin menyadari bahwa baptisan telah mempersatukan kita ke dalam satu tubuh, yakni Gereja.

· Bersyukur kepada Allah melalui baptisan, kita diperkenankan untuk menyambut sakramen-sakramen yang lain di dalam Gereja.

· Mengingat bahwa masa Prapaskah merupakan masa yang penting untuk mengenangkan dan menyiapkan Baptis dan membina pertobatan (bdk. Sacrosanctum Concilium 109).

JALANNYA PERTEMUAN

PEMBUKAAN :

1. Nyanyian Pembuka

2. Tanda Salib dan Salam

P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus

U : Amin

P : Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus, besertamu.

U. : Dan sertamu juga

3. Pengantar oleh Pemandu :

- Syukur kepada Allah karena bisa berkumpul mengawali rangkaian pertemuan masa Prapaskah 2012

- Tema APP KAS 2012 “Katolik Sejati Harus Peduli dan Berbagi” merupakan tema yang berkaitan erat dengan tema APP KAS 2011 yang lalu, yakni “Menjadi Orang Katolik Sejati”. Tema ini menjadi sebuah penegasan atas salah satu kekhasan sebagai orang katolik sejati, yakni sikap peduli dan kerelaan untuk berbagi. Selain itu, tema APP KAS 2012 juga selaras dengan Tema APP Nasional “Panggilan Hidup dan Tanggung Jawab” dan Cita-cita Arah Dasar Umat Allah KAS 2011-2015 untuk ambil bagian dalam mewujudkan kesejahteraan umum.

- Pada Pertemuan I ini, kita mengingat dan mengenang kembali makna baptisan. Dengan baptisan kita menyatakan iman kita akan Kristus. Kita bersyukur karena dengan sakramen baptis kita dipersatukan dengan seluruh hidup Kristus dan Allah Tritunggal, mengangkat kita menjadi anak-anak Allah. Kita juga bersyukur atas rahmat baptisan yang menjadi pintu masuk bagi kita untuk menerima rahmat sakramen-sakramen yang lain di dalam Gereja serta yang telah memasukkan kita ke dalam persekutuan Gereja supaya dengan demikian Gereja pun hidup dan tumbuh di dalam diri kita.

- Saat paling tepat untuk mengenangkan baptisan adalah masa prapaskah, masa puasa dan tobat. Konsili Vatikan II menegaskan dua ciri khas masa “empat puluh hari”, yakni terutama mengenangkan dan menyiapkan Baptis dan membina pertobatan (bdk. Sacrosanctum Concilium 109).

4. Ungkapan Tobat dan Mohon Ampun

(model dan ungkapannya bisa dipilih sendiri)

5. Doa Pembuka :

P : Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau sungguh mengasihi kami dan mengangkat kami menjadi putra dan putri-Mu melalui sakramen baptis yang telah kami terima. Kami mohon rahmat-Mu agar kami sungguh dapat menghidupi sakramen baptis yang telah kami terima di tengah masyarakat kami. Jauhkanlah kami dari segala cobaan dan bahaya yang mengancam iman kami kepada-Mu. Semoga dengan bantuan rahmat-Mu, kami selalu merasa gembira dan bangga menjadi pengikut Kristus. Sebab Dialah Sumber kehidupan kami, yang bersama Dikau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa.
U : Amin.

POKOK PERTEMUAN

(Pemandu mengajak umat untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Mengingat situasi dan kondisi, pemandu juga dapat membuat pertanyaan-pertanyaan sendiri yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan)

Beberapa pertanyaan panduan untuk sharing:


a. Kapan anda dibaptis? Mengapa pada waktu itu anda ingin dibaptis? Apakah karena telah menerima pelajaran sebelum menerima sakramen baptis?

b. Bagi mereka yang dibaptis dewasa, masih ingatkah tahapan-tahapan ritus baptisan yang anda alami? Apa saja?

c. Setelah menerima sakramen baptis, apakah artinya baptisan itu sendiri bagi anda?

d. Baptisan mengangkat kita semua menjadi anak-anak Allah dan mengenakan hidup Kristus. Apakah kita merasa mantap, bangga, dan gembira menjadi pengikut Kristus? Apakah yang membuat kita merasa gembira dan bangga?

e. Apakah ada kesulitan-kesulitan dalam menghidupi iman akan Kristus? Jika menemukan kesulitan, selanjutnya saya harus bagaimana? Meninggalkan Kristus ataukah tetap teguh menjadi pengikut Kristus?

(setelah dianggap cukup diskusinya, pemandu menegaskan beberapa hal pokok mengenai makna baptisan misalnya sebagai berikut)

· Baptisan sebagai tanda iman kepada Kristus dan mempersatukan kita dengan Yesus Kristus. Baptisan mengandaikan orang percaya kepada Kristus dan iman tersebut dihayati dan dikembangkan dalam seluruh hidupnya. Baptisan yang kita terima terjadi dalam nama Yesus Kristus (bdk. Kis 2:28; 10: 48; 19:5). Baptisan mempersatukan kita tidak hanya dengan pribadi Yesus Kristus tetapi dalam seluruh peristiwa Yesus Kristus.

· Baptisan mengaruniakan rahmat pertobatan, karunia Roh Kudus, dan hidup baru. Pengampunan dosa merupakan salah satu makna pokok baptisan (bdk. Kis 2: 38). Baptisan sebagai tanda pertobatan menegaskan bahwa dosa-dosa orang yang dibaptis diampuni dan mereka mendapatkan karunia Roh Kudus yang memungkinkan mereka mengalami Yesus Kristus yang bangkit dan menyelamatkan kita. Rahmat baptisan juga memberikan karunia hidup baru sebagai anak-anak Allah yang harus dihayati dalam gaya hidup dan tindakan sehari-hari.

· Baptisan mempersatukan kita ke dalam persekutuan Gereja. Dengan baptis, kita dimasukkan dalam persekutuan Gereja, diterima sebagai warga Gereja yang memungkinkan kita untuk menerima rahmat sakramen-sakramen yang lain di dalam Gereja. Terkait dengan hal ini, ada dua gerak yang merupakan relasi komunikasi dan perjumpaan, yakni seseorang dimasukkan ke dalam Gereja dan Gereja hidup serta tumbuh dalam diri orang tersebut dalam wujud internalisasi seluruh hidup gereja (baik iman, tradisi, maupun segala bentuk ungkapannya)

· Secara keseluruhan, ada 4 masa pembinaan dan 3 tahap upacara dalam proses baptisan dewasa, yaitu

o Masa I: Masa pra-katekumenat bagi para simpatisan. Pada masa ini, yang penting para simpatisan menjadi semakin mantap untuk menjadi orang kristiani
· Upacara tahap I: pelantikan menjadi katekumen.
o Masa II: Masa katekumenat bagi para katekumen. Pada masa ini, para katekumen menjalani masa pembinaan intensif melalui pelajaran-pelajaran agama.
· Upacara tahap II: upacara pemilihan sebagai calon baptis atau pengukuhan katekumen terpilih
o Masa III: Masa persiapan terakhir untuk para calon baptis. Pada masa ini, para calon baptis dipersiapkan intensif misalnya dengan upacara penyucian (scrutinia), rekoleksi/triduum.
· Upacara tahap III: Perayaan Penerimaan sakramen baptis
o Masa IV: Masa Mistagogi untuk para baptisan baru. Pada masa ini, para baptisan baru diajak untuk memperdalam, memantakan, dan menghayati iman akan misteri Kristus, serta membiasakan diri dengan kebiasan dan tradisi hidup Gereja.
6. Doa Umat Spontan

(Pemandu mengajak umat untuk berdoa menghaturkan puji syukur kepada Allah karena telah diperkenankan untuk menghayati sakramen baptis hingga saat ini)

7. Doa Bapa Kami (Bisa dinyanyikan)

8. Doa Penutup :

P : Ya Allah Bapa yang Maha Murah, kami menghaturkan puji syukur kepada-Mu karena kami umat-Mu sudah diperkenankan untuk merenungkan rahmat-Mu yang telah kami terima dalam rupa sakramen baptis. Semoga sakramen ini menjadi penuntun bagi kami dalam peziarahan hidup kami. Semoga kami selalu merasa gembira dan bangga menjadi pengikut Kristus, melayani Allah dan Gereja kudus. Semoga kami juga selalu menaruh perhatian kepada siapapun juga, peduli dan berbagi berkat untuk kebutuhan sesama. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U : Amin.

PENUTUP

9. Pengumuman

(dapat diadakan kolekte dan sesudah dirasa cukup selanjutnya mempersiapkan hati untuk memohon berkat Tuhan)

10. Mohon Berkat

P. : Tuhan sertamu

U. : Dan sertamu juga

P. : Semoga kita semua diberkati oleh Allah yang mahakuasa

U. : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)

11. Nyanyian Penutup

SUMBER: PANITIA APP KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG 2012

Rabu, 22 Februari 2012 Hari Rabu Abu - Hari Pantang dan Puasa

Pengantar

Hari ini, kita memasuki masa prapaskah. Masa prapaska juga menjadi kesempatan yang sangat istimewa untuk bersyukur kepada Tuhan, karena kita orang yang lemah dan berulang kali jatuh dalam dosa senantiasa dikasihi oleh Tuhan. Oleh karena itu, masa ini menjadi masa yang sangat baik untuk meneliti hidup kita, apakah selaras dengan kehendak Tuhan. Tentu selama ini kita berusaha untuk hidup selaras dengan kehendak Tuhan, untuk selalu mengasihi Tuhan dan sesama. Namun, sebagai manusia lemah, tentu banyak pula hal yang kita pikirkan, kita katakan dan kita lakukan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Inilah kesempatan bagi kita untuk bertobat.



Renungan



Masa prapaskah di awali dengan Rabu Abu, di mana kita ditandai dengan abu pada dahi kita masing-masing. Abu, dalam kehidupan masyarakat sederhana yang belum mengenal aneka macam sabun atau detergent, abu seringkali digunakan untuk mencuci perlatan dapur, lebih-lebih untuk menghilangkan bau amis dan kerak. Jadi, abu mempunyai manfaat untuk membersihkan barang-barang yang kotor. Maka, penandaan dengan abu melambagkan kesediaan kita untk dibersihkan dari segala kekotoran diri kita akibat dosa. Selain itu, abu juga merupakan salah satu benda material yang paling kecil. Maka, penandaan dengan abu juga melambangkan pengakuan diri kita yang begitu kecil, rapuh, lemah dan tidak berdaya.


Selama masa prakaskah, kita diberi kesempatan istimewa untuk merayakan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus yang membawa keselamatan dan kehidupan baru bagi kita. Nah, dalam rangka mempersiapkan diri menyambut kebangkitan Tuhan yang membawa kehidupan baru ini, kiranya makna dari lambang abu tersebut tepat kita gunakan.


Pertama
, abu mempunyai manfaat membersihkan. Kalau kita makan untuk mendapatkan energi kehidupan jasmani, kita pasti membutuhkan piring yang bersih khan, bukan piring kotor. Masak, kita makan makanan yang enak, lezat dan bergizi kok dengan piring kotor. Selera makan kita tentu berkurang. meskipun makanannya yang enak dan bergizi, tapi kalau pirinaya kotor ya menjadi kurang enak, bahkan malah menimbulkan penyakit. Demikianlah kita, kita diajak untuk membersihkan diri kita supaya siap dan pantas menerima kehadiran Tuhan yang memberikan energi hidup, tidak hanya jasmani tetapi juga rohani. Kita diajak untuk memperbarui hidup kita, berdamai kembali dengan Tuhan dan mengoyakkan hati kita – bukan pakaian kita – (Yl 2:13), dan berdamai kembali dengan Allah (1Kor 5:20).

Salah satu usaha nyata yang baik kita lakukan selama masa prapaskah ini, sebagaimana ditegaskan dalam bacaan Injil tadi adalah meningkatkan
amal (sedekah), doa, dan puasa. Puasa (+ pantang) merupakan sarana yang sangat baik untuk melatih pengendalian dan penguasaan diri kita; doa merupakan wujud nyata dari usaha kita untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan; dan amal/sedekah yang dapat kita lakukan melalui derma APP merupakan upaya kita untuk mendekatkan diri dengan sesama, bersolider, memberi perhatian dan pertolongan yang konkret.

Kedua
, abu yang juga melambangkan kerapuhan dan kelemahan kita menggambarkan bahwa tidak mungkin kita bisa berhasil membersihkan diri kita, kalau kita hanya mengandalkan diri pada usaha dan perjuangan kita sendiri. Maka, kita perlu rendah hati, menyadari kelemahan dan kerapuhan kita di hadapan Tuhan agar Tuhan berkarya dalam diri kita dan memampukan kita untuk menghayati dan mewujudkan pertobatan yang sejati. Maka, seraya berusaha terus-menerus, kita juga harus berani berserah kepada Tuhan. Semoga, usaha-usaha pertobatan yang kita wujudkan kita dalam kegiatan amal, doa, dan puasa dapat membuahkan pedamaian kita dengan Tuhan dan sesama.


Rm. Agus Widodo, Pr

Rabu, 22 Februari 2012 Hari Rabu Abu - Hari Pantang dan Puasa -- Pesta Takhta St Petrus, Rasul

Rabu, 22 Februari 2012
Hari Rabu Abu
- Hari Pantang dan Puasa -- Pesta Takhta St Petrus, Rasul

“Dengan kehendak-Nya yang Mahakuasa, Tuhan menyatakan keinginan-Nya agar pertobatan terbuka bagi setiap orang yang dicintai-Nya” (Paus Klemens II)

Antifon Pembuka (Keb 11:24.25.27)

Engkau menaruh belas kasih kepada semua orang, dan tidak membenci ciptaan-Mu, ya Tuhan. Engkau tidak memperhitungkan lagi dosa manusia bila ia bertobat. Engkau sayang akan mereka, sebab Engkaulah Tuhan Allah kami

Doa Renungan

Allah yang berbelas kasih, Kristus Putera-Mu Kauutus untuk mendamaikan hubungan manusia dengan Dikau. Pada hari ini kami memulai puasa suci yang disediakan Gereja. Maka dengan rendah hati kami yang berdosa ini mohon bimbingan dan belas kasih-Mu agar kami dengan sikap dan tindakan penuh tobat berkenan di hadapan-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.


Semua orang cenderung jatuh dalam dosa. Allah ingin agar mereka tetap selamat dan bahagia. Karena itu, Allah selalu mengundang orang untuk bertobat. Nabi Yoel mengajak semua orang untuk mengoyak hati sebagai tanda penyesalan dan pertobatan. Allah pasti melihat pertobatan umat-Nya. Dia akan menarik hukuman-Nya dan diganti dengan belas kasih yang menyelamatkan.

Bacaan dari Kitab Nubuat Yoel (2:12-18)

"Sekarang juga, berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."

“Sekarang,” beginilah sabda Tuhan, “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh.” Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, lalu meninggalkan berkat menjadi kurban sajian dan kurban curahan bagi Tuhan, Allahmu. Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang lanjut usia, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah pengantin laki-laki keluar dari kamarnya, dan pengantin perempuan dari kamar tidurnya. Baiklah para imam, pelayan-pelayan Tuhan, menangis di antara balai depan mezbah, dan berkata, “Sayangilah, ya Tuhan, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa-bangsa: “Di mana Allah mereka?” Maka Tuhan menjadi cemburu karena tanah-Nya dan menaruh belas kasihan kepada umat-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = bes, 4/4, PS 812
Ref. Kasihanilah, ya Tuhan, Kaulah pengampun yang rahim, dan belas kasih-Mu tak terhingga.
atau Kasihanilah kami, ya Allah, karena kami orang berdosa.
Ayat. (Mzm 51:3-6a.12-14.17)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu, hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Sebab aku sadar akan pelanggaranku, dosaku selalu terbayang di hadapanku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sendirilah aku berdosa, yang jahat dalam pandangan-Mu kulakukan.
3. Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baharuilah semangat yang teguh dalam diriku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!
4. Berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu, dan teguhkanlah roh yang rela dalam diriku. Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku mewartakan puji-pujian kepada-Mu!


Segala sesuatu ada waktunya sendiri. Tuhan melaksanakan karya penebusan-Nya juga tepat pada waktunya. Tuhan membuka tangan-Nya untuk semua umat yang bertobat dan kembali ke pangkuan belas kasih-Nya. Rahmat kerahiman Tuhan selalu tercurah kepada orang yang menyesali kesalahan dan dosa-dosanya. Orang beriman hendaknya menggunakan saat istimewa ini.

Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (5:20 - 6:2)

"Berilah dirimu didamaikan dengan Allah, sesungguhnya hari ini adalah hari penyelamatan."

Saudara-saudara, kami ini adalah utusan-utusan Kristus; seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami. Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Kristus yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Sebab teman-teman sekerja, kami menasihati kamu supaya kamu jangan membuat sia-sia kasih karunia Allah yang telah kamu terima. Sebab Allah berfirman, “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” Camkanlah, saat inilah saat perkenanan itu; hari inilah hari penyelamatan itu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Mzm 95:8ab)
Hari ini kalau kamu mendengar suara-Nya janganlah bertegar hati!

Pertobatan selalu diikuti dengan ulah kesalehan: doa, puasa dan amal kasih(sedekah). Orang beriman mesti meningkatkan mutu hidup rohani, puasa dengan benar dan peduli terhadap sesama yang menderita. Semuanya hendaknya dilakukan dengan rendah hati dan tersembunyi. Allah yang Mahatahu akan mengetahui dan menerima persembahan diri kaum beriman.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:1-6.16-18)

"Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan mengganjar engkau."

Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi jika engkau berdoa masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berpuasa janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Hari ini kita memulai masa Prapaskah, dengan merayakan liturgi Rabu Abu. Indahnya, kita dikembalikan pada simbol abu agar menyadari betapa besar karunia Allah. Puasa yang baik memiliki tiga pilar yang saling berkaitan: Sedekah (cinta sesama), berdoa (cinta kepada Tuhan), dan puasa (cinta kepada diri sendiri). Ketiganya mesti kita hayati secara seimbang. Hilang salah satunya, hidup menjadi pincang,

Doa Malam

Allah, Engkaulah akhir dan tujuan hidup kami. Kauberi kami kesempatan setiap saat untuk memperbaiki diri dari hari ke hari. Tuhan, kami sering jatuh dalam dosa, ampunilah dan berilah kekuatan untuk berani dengan segera bangun, menyesali dan memperbaiki diri ke jalan yang benar. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.


RUAH

Rabu, 22 Februari 2012 Hari Rabu Abu - Hari Pantang dan Puasa - Pesta Takhta St Petrus, Rasul

Bacaan Kitab Suci silahkan gunakan bacaan Hari Rabu Abu (klik disini )

Renungan

Pada hari ini Gereja juga merayakan Pesta Takhta St. Petrus, yang sudah dirayakan sejak Abad ke-4. Kita sering mendengar tentang Takhta Suci, yang sekarang merujuk pada kota/negara Vatikan, tempat kedudukan Bapa Suci sebagai Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia. Takhta St. Petrus menunjuk pada kepemimpinan dan kuasa, yang diserahkan Kristus kepadanya dan disimbolkan dengan adanya kursi/takhta di Basilika St. Petrus, Vatikan. ”Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga” (Mat. 16:18–19). Demikian juga di setiap Gereja Katedral terdapat sebuah kursi (cathedra) sebagai simbol kepemimpinan dan kuasa dari Uskup setempat.

Takhta ini mengartikan kepemimpinan dan kuasa menggembalakan dan melayani, bukan mengagungkan jabatan atau kedudukan seorang pemimpin Gereja Katolik. Semangatnya adalah, ”Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri ... hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu” (1Ptr. 5:2–3).

Demikian pesta ini mengingatkan kita akan tugas perutusan untuk memimpin, mengajar, dan menguduskan, yang diserahkan oleh Kristus kepada Petrus dan dilanjutkan secara berkesinambungan sampai kepada Bapa Suci dan para Uskup sekarang ini. Kita merayakan kesatuan Gereja yang tersebar di seluruh penjuru dunia, di bawah kepemimpinan Sri Paus dan para Uskup. Pesta ini juga mengajak seluruh umat untuk membarui ketaatan dan kesetiaannya kepada Kristus—sebagai Pemimpin Agung—dan kepada para pemimpin serta ajaran-ajaran Gereja.


Kristus, Gembala Utama, dampingilah aku untuk menjadi seorang anggota umat-Mu yang taat dan setia. Amin.


Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

Surat Gembala Prapaskah 2012 Keuskupan Surabaya

Surat Gembala PRAPASKAH 2012

Bagi umat Katolik Keuskupan Surabaya

(Hendaknya dibacakan di semua gereja dan kapel di wilayah Keuskupan Surabaya, pada tanggal 18 dan 19 Februari 2012)


Saudara-saudara, Umat Allah yang terkasih,

Pada saat kita dibaptis, kita berjanji untuk menyangkal yang jahat dan memperoleh keselamatan, yaitu pengampunan segala dosa serta anugerah hidup baru.[1] Injil Markus (yang kita dengar hari ini)[2] mengisahkan tentang ada empat orang yang membawa seorang lumpuh kepada Tuhan Yesus untuk disembuhkan. Tuhan Yesus melihat adanya suatu kelumpuhan yang lebih mendasar, lebih dari sekedar kelumpuhan fisik yang perlu disembuhkan, yakni kelumpuhan yang disebabkan oleh dosa. Maka sabda keselamatan dan kesembuhan yang diberikan Tuhan kepadanya adalah SABDA PENGAMPUNAN, “Supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa”. Peristiwa keselamatan tersebut didahului oleh iman para pengantar. Karena Tuhan melihat iman mereka, maka Tuhan bersabda, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni”. Keselamatan dan pengampunan merupakan buah gerakan solidaritas yang didasari oleh iman yang besar. Inilah bentuk pertobatan sejati, yakni perubahan sikap baik secara pribadi maupun gerakan bersama demi keselamatan dan pengampunan.

“Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” inilah seruan yang menyatakan bahwa pertobatan adalah bagian hakiki dalam pewartaan Kerajaan Allah. Maka Gereja terus menerus menjalankan pertobatan dan pembaharuan[3]. Gerakan pertobatan pertama-tama adalah pertobatan batin yang lalu mewujud dalam tanda-tanda kelihatan dalam puasa, matiraga dan karya-karya pertobatan atau biasa kita namai Aksi Puasa Pembangunan (APP). Tanpa pertobatan batin maka yang terjadi adalah ketidakjujuran, tidak berbuah baik dan semu[4]. Tobat batin adalah sikap hati mengarahkan langkah kepada Allah, disertai rasa rindu yang mendalam menata kembali seluruh kehidupan, segenap hati meninggalkan kejahatan, menyadari kembali sebagai anak-anak Allah - seperti anak yang hilang dan dengan segala sesal kembali kepada ayahnya[5] - menemukan kembali kebesaran dan cinta Allah. Tobat batin ini ditandai dengan hati yang tergetar karena diguncangkan oleh Roh yang menyadarkan kejijikan akan dosa dan ketakutan terpisah dari Allah. Roh itu pula yang sekaligus membongkar kedok dosa dan sekaligus juga menolong serta menganugerahkan rahmat penyesalan dan pertobatan.[6]

Di dalam Kitab Suci diceritakan, selama 40 hari Musa berada di puncak Sinai, selama 40 hari Nabi Elia berjalan menuju gunung Allah yang suci, seluruh penduduk kota Niniwe berpuasa selama 40 hari, selama 40 tahun bangsa terpilih keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah terjanji, dan selama 40 hari Tuhan Yesus berpuasa di padang gurun[7]. Demikianlah Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, sejak abad ke-4, menetapkan 40 hari masa puasa sebagai wujud pertobatan batin untuk mempersiapkan diri merayakan sengsara, wafat dan Kebangkitan Tuhan.

Kita semua akan memulai masa prapaskah pada besok hari Rabu Abu, yang jatuh pada tanggal 22 Februari 2012. Pada hari itu kita akan ditandai di dahi dengan abu yang menandakan pertobatan terbuka dan bersama-sama di hadapah Allah dan Gereja untuk memulai perjalanan rohani sebagai seorang pendosa kepada pemurnian jiwa[8]. Maka marilah kita membuka diri bagi Tuhan yang hendak membersihkan dosa-dosa dan menguduskan kita. Tindakan pertobatan ini adalah tindakan Gereja bukan sekedar tindakan individual. Isilah masa prapaskah ini dengan lebih tekun bersama-sama mendengarkan dan merenungkan Sabda Tuhan, lebih rajin berdoa, datang mengaku dosa, berpantang dan berpuasa serta meningkatkan karya amal kasih terhadap mereka yang berkekurangan dan menderita.[9]

Tema APP Nasional tahun ini adalah “Mewujudkan Hidup Sejahtera”. Mengingat Keuskupan Surabaya pada tahun ini mencanangkan Tahun REMAJA dan LITURGI sebagai fokus perhatian pastoral, maka Tema APP di keuskupan Surabaya di kaitkan dengan kesejahteraan yang berakar pada spiritualitas Ekaristi. Sehingga, Tema APP di keuskupan surabaya menjadi “MEWUJUDKAN HIDUP SEJAHTERA YANG EKARISTIS”. Kesejahteraan yang kita rindukan bukanlah buah dari keserakahan yang tidak adil, kemakmuran harta buah ketidakjujuran dan tindakan korupsi sebagaimana akhir-akhir ini terus dibeberkan di berbagai masmedia, namun kesejahteraan yang berakar pada sikap solidaritas sebagaimana dicontohkan Tuhan Yesus dalam Ekaristi, ‘Hidup yang dipecah-pecahkan dan dibagi-bagi’. Kesejahteraan sejati dibangun diatas rasa solider dengan sesama. Dimana ada SOLIDARITAS di sana terbangun kesejahteraan bersama. Karena Ekaristi yang kita makan dan hidupi itu, maka marilah kita menentang segala bentuk korupsi dan egoisme baik di dalam Gereja maupun di hidup kemasyarakatan. Dengan hidup sederhana, murah hati, jujur, transparan, akuntabel serta secara tegas tidak mau ambil bagian dalam korupsi maka kita telah ikut membangun bangsa ini menuju kesejahteraan sejati.

Telah kita ketahui bersama bahwa prioritas-prioritas program serta nilai-nilai yang hendaknya dihayati di 15 bidang strategis reksa pastoral yang direkomendasikan oleh Musayawarah Pastoral 2009 juga merupakan suatu KOMITMEN PERTOBATAN dalam penggembalaan Umat Allah di Keuskupan Surabaya. Di tahun Remaja dan Liturgi ini kita disadarkan akan dua hal penting:

Pertama, tentang para remaja. Kita harus mengakui bahwa sekian lama kita kurang optimal dalam memberikan hati penggembalaan bagi para remaja kita. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa muda/dewasa, merupakan tonggak waktu yang sangat krusial dalam perkembangan kehidupan manusia. Marilah kita bertanya dan berjuang untuk menjawab dalam karya pastoral kita, apakah kita sungguh-sungguh mendampingi pertumbuhan iman remaja kita? Apakah kita menyediakan ruang bagi pengenalan diri dan lingkungan pergaulan yang sehat bagi mereka? Apakah kita telah membimbing mereka untuk mengenali panggilan hidup dan masa depan mereka? Apakah kita merelakan diri menjadi pendamping bagi para remaja? Sungguh, kita semua tidak menginginkan remaja kita kehilangan jati diri, iman dan masa depan. Tantangan hidup mereka ditengah arus teknologi dan pergaulan tidaklah ringan maka bersama seksi remaja di tingkat Paroki ataupun kevikepan berikanlah dukungan nyata bagi pendampingan pastoral remaja.

Kedua, tentang Liturgi. Kita menyadari bahwa seluruh rahasia iman Katolik kita hidupi, doakan dan rayakan dalam Liturgi suci. Apakah kita baik sebagai pelayan tertahbis maupun para petugas liturgi serta seluruh Umat telah melaksanakan secara benar dan layak? Apakah kita terus menerus belajar mendalami kekayaan makna liturgi? Apakah kita meningkatkan jumlah dan mutu pembinaan bagi pelayan dan petugas liturgi? Maka dengan diadakannya katekese pra-misa di seluruh kapel dan gereja di Keuskupan Surabaya sepanjang tahun ini, juga merupakan bentuk pertobatan kita. Sehingga seluruh Umat dan para pelayan serta petugas semakin memahami kekayaan warisan suci dalam liturgi terutama liturgi Ekaristi kita. Marilah kita menjaga kemurnian dan kesakralan liturgi. Jauhkan keagungan Liturgi dari pengaruh religio-tainment’ , yakni upaya upaya memperalat dan mengalahkan makna simbolik dan tata liturgi yang baku demi kepentingan-kepentingan duniawi ataupun tren-tren entertainment.

Secara istimewa dalam masa Prapaskah ini, marilah kita sadari dan sambut rahmat istimewa kerahiman Tuhan dalam Sakramen Pengampunan Dosa. Di paruh terakhir abad ini di sadari bahwa ada suatu tragedi yg memprihatinkan, yang diderita Gereja Katolik, yakni terjadi kecenderungan menghindari anugerah luhur Roh Kudus yang mengalir dari Sakramen Pengampunan Dosa[10]. Padahal ini adalah satu satu mutiara anugerah Allah yang di dunia hanya dimiliki dalam Gereja Katolik. Sudah semestinya, kita putra putri gereja, meminum rahmat ini sehingga buah pembebasan belenggu dosa mengalir melalui setiap penitens menyebar bagi sesama. Kemungkinan merosotnya antusiasme pengakuan dosa ini paling tidak disebabkan oleh dua hal: Kita sendiri kurang mewartakan kekayaan rahmat sakramen pengampunan dalam katekese umat atau juga karena kuatnya virus skeptisme dunia seperti yang menjangkiti para ahli Taurat dalam Injil hari ini, “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah sendiri?”[11]

Semoga Tuhan memberkati pertobatan kita dalam masa Prapaskah ini, sehingga kita memiliki tanah yang subur bagi rahmat Paskah. Marilah kita taburkan buah-buah pertobatan sehingga semua orang mengalami kebangkitan hidup baru bersama Tuhan yang bangkit.

Berkat Tuhan

Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono

Uskup Surabaya


[1] Katekismus Gereja Katolik (KGK) : 1427

[2] Mrk 2:1-12

[3] LG 8. , KGK 1427-1428

[4] KGK 1430

[5] Luk 15:17-21

[6] Bdk. KGK 1431-1433

[7] Kel 34:28 ; 1Raj19:8 ; Yn 3:1-10 ; Mat 4:2 ; Luk 4:2

[8] Bdk. Surat Edaran tentang Perayaan Paskah dan Persiapannya. No. 21

[9] SC 109-110

[10] Sebagaimana terjadi di Barat, di serukan oleh Uskup Agung Cologne Cardinal Joachim Meisner, A tragedy for the Church: the forgotten sacrament of confession, TODAYS n.5-2010. H. 40

Selasa, 21 Februari 2012 Hari Biasa Pekan VII

Selasa, 21 Februari 2012
Hari Biasa Pekan VII

Tuhan menginginkan supaya kita mempersembahkan kurban dalam kesederhanaan dan ketulusan hati --- St Ireneus

Antifon Pembuka (Mzm 55:23)


Serahkanlah bebanmu kepada Tuhan, maka Ia akan menopang Engkau. Tidak untuk selamanya dibiarkan-Nya orang benar goyah.


Doa Pagi


Allah Pencipta alam semesta, kenikmatan duniawi demikian memikat dan menggoda. Dalam kehidupan sehari-hari, kami sering cenderung ingin memuaskan hawa nafsu kami. Ya Allah, ampunilah dan bimbinglah kami, orang yang lemah ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.


Tuhan menciptakan manusia untuk hidup bersama dengan harmonis. Suasana harmonis perlu diciptakan oleh masing-masing orang. Dengan demikian, tiap orang mesti rendah hati dan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Sikap ini jelas akan menghindarkan diri dari pertengkaran dan perpecahan. Hidup bersama menjadi damai dan bahagia.


Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (4:1-10)


Saudara-saudara terkasih, dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu. Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah. Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!" Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita. Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan

Ref. Serahkanlah bebanmu kepada Tuhan, maka Ia akan menopang Engkau.
Ayat. (Mzm 55:7-11a.23)

1. Pikirku, "Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat tenang; aku akan lari jauh-jauh dan bermalam di padang gurun.
2. Aku akan segera mencari tempat perlindungan terhadap angin ribut dan badai." Bingungkanlah mereka, ya Tuhan, kacaukanlah perkataan mereka.
3. Sebab aku melihat kekerasan dan perbantahan di dalam kota! Siang malam mereka mengelilingi kota itu, berjalan di atas tembok-temboknya.
4. Serahkanlah bebanmu kepada Tuhan, maka Ia akan menopang engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang itu goyah.

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (bdk Gal. 6:14)
Tiada yang kubanggakan, selain salib Tuhan. Karenanya dunia tersalib bagiku dan aku bagi dunia.

Keselamatan Allah melalui jalan salib yang terjal. Jalan ini dilalui dengan rendah hati, taat setia dan mengandalkan kekuatan Allah. Tindakan ini menunjukkan sikap orang yang merasa 'kecil' di hadapan Allah. Anak kecil menjadi lambang penyerahan diri yang sejati. Semua orang tidak pantas untuk memegahkan diri. Ia mesti menjadi pelayan bagi sesamanya.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:30-37)


Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya melintasi Galilea. Yesus tidak mau hal itu diketahui orang, sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka, "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia. Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit." Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada Yesus. Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum. Ketika sudah berada di rumah Yesus bertanya kepada para murid itu, "Apa yang kalian perbincangkan tadi di jalan?" Tetapi mereka diam saja, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil keduabelas murid itu. Kata-Nya kepada mereka, "Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan semuanya." Yesus lalu memanggil seorang anak kecil ke tengah-tengah mereka. Kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, "Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku, dia menerima Aku. Dan barangsiapa menerima Aku, sebenarnya bukan Aku yang mereka terima, melainkan Dia yang mengutus Aku."

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Jabatan sering membius banyak orang. Yang dilupakan adalah, bahwa jabatan itu suatu amanah, suatu tugas dari yang di Atas. Maka, pejabat itu sekaligus pelayan, bukan bos masyarakat. Satu lagi, amanah itu membawa penderitaan sekaligus kemuliaan. Apakah kita menyadari dua sisi yang menyertai jabatan, yaitu penderitaan dan kemuliaan? Atau dengan nakal, kita hanya mengambil satu sisinya?


Doa Malam


Yesus Tuhan kami, Engkau mengajarkan agar kami rendah hati dan mau bersikap seperti anak-anak, menerima dan melayani sesama dengan tulus dan jujur. Ampunilah, ya Yesus, bila sepanjang hari ini kami hanya mencari kebesaran dan kekuasaan diri sendiri. Sebab Engkaulah Tuhan, Pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin.


RUAH

Senin, 20 Februari 2012 Hari Biasa Pekan VII

Senin, 20 Februari 2012
Hari Biasa Pekan VII

“Hidup wajib dipulihkan dari apa yang melemahkan atau mencemarkannya, seperti penyakit dan penyalahgunaan alcohol dan obat-obatan terlarang” (Beato Yohanes Paulus II)


Antifon Pembuka (Mzm 19:15)


Semoga Engkau berkenan akan ucapan mulutku, dan akan renungan hatiku di hadapan-Mu, ya Tuhan, gunung batu dan penebusku.


Doa Pagi


Allah Bapa yang Mahabijaksana, ajarilah kami dengan hikmat-Mu agar dalam cara hidup kami bersama dengan orang lain tidak mementingkan diri sendiri, iri hati dan memegahkan diri. Sebaliknya, dengan penuh kasih kami menyatakan kebenaran yang berbuah dalam hidup rukun dan damai. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.


Salomo memohon hikmat kebijaksanaan kepada Tuhan. Ia tidak meminta jabatan, kekayaan atau hal-hal duniawi. Semua hal ini mudah menjerumuskan orang pada kejahatan dan dosa. Sedangkan hikmat kebijaksanaan membuat orang mampu berpikir jernih, mengolah dengan hati dan bertindak dengan bijak. Ia mampu mengendalikan diri dalam menghadapi segala sesuatu.


Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (3:13-18)


Saudara-saudara terkasih, siapakah di antara kalian yang bijak dan berbudi? Baiklah ia menyatakan perbuatannya dengan cara hidup yang baik dan lewat hikmat yang lahir dari kelemah-lembutan. Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia dan dari setan-setan. Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tetapi hikmat yang dari atas itu pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buahan yang baik; tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran itu ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 853

Ref. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah Roh dan kehidupan.
Ayat. (Mzm 19:8.9.10.15)

1. Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang bersahaja.
2. Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata ceria.
3. Takut akan Tuhan itu suci, tetap untuk selama-lamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil selalu.
4. Mudah-mudahan Engkau sudi mendengarkan ucapan mulutku, dan berkenan akan renungan hatiku, ya Tuhan, Gunung Batu dan Penebusku!

Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 963

Ref. Alleluya, allleluya. Alleluya, alleluya.
Setelah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (2Tim 1:10b)
Yesus Kristus, Penebus kita, telah membinasakan maut, dan menerangi hidup dengan Injil.

Doa orang benar sangat besar kuasanya. Doa akan berdaya guna bila juga didoakan dengan baik dan benar. Iman menjadi dasar terkabulnya sebuah doa. Iman berarti penyerahan diri seutuhnya kepada Allah. Segala kekuatan lain tidak mendapat tempat di hati orang beriman. Orang tidak boleh mendikte Allah. Ia mesti mengandalkan sepenuhnya kepada kekuatan-Nya.


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:14-29)


Pada suatu hari Yesus bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes, turun dari gunung, lalu kembali pada murid-murid lain. Mereka melihat orang banyak mengerumuni para murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan mereka. Ketika melihat Yesus, orang banyak itu tercengang-cengang semua, dan bergegas menyambut Dia. Yesus lalu bertanya kepada mereka, “Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?” Kata seorang dari orang banyak itu, “Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Setiap kali roh itu menyerang, anakku dibantingnya ke tanah. Lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan, dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah minta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” Maka kata Yesus kepada mereka, “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu?” Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” Lalu mereka membawanya kepada Yesus. Dan ketika roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya; dan anak itu terpelanting di tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. Kemudian Yesus bertanya kepada ayah anak itu, “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya, “Sejak masa kecilnya! Seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api atau pun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu, jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” Jawab Yesus, “Katamu, ‘jika Engkau dapat?’ Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” Segera ayah anak itu berteriak, “Aku percaya! Tolonglah aku yang kurang percaya ini!” Ketika melihat makin banyak orang yang datang berkerumun, Yesus menegur roh jahat itu dengan keras, kata-Nya, “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau: Keluarlah dari anak ini, dan jangan memasukinya lagi!” Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncangkan anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang mengatakan, “Ia sudah mati.” Tetapi Yesus memegang tangannya dan membangunkannya, lalu ia bangkit berdiri. Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka, “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” Jawab Yesus, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.”

Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan


Peristiwa hari ini mengingatkan kita akan kata-kata Rasul Yakobus, “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yak 5:16). Dengan yakin, juga berarti dengan iman. Yesus menegur dan harus bersabar lebih lama lagi terhadap para murid yang kurang beriman. Jangan-jangan, teguran tersebut mengena juga diri kita. Maka, kita berdoa, “Aku percaya! Tolonglah aku yang kurang percaya ini!”


Doa Malam


Bapa yang berbelas kasih, ampunilah kami yang kurang percaya ini. Kami sering kurang tekun dan bersungguh-sungguh dalam menghayati iman. Ya Bapa, kasihanilah kami. Doa ini kami mohon dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.



RUAH

Pesan Prapaskah Kepausan 2012

PESAN PRAPASKAH KEPAUSAN 2012

"Kita Tidak Boleh Diam Saja terhadap Kejahatan"

"Marilah kita saling memperhatikan
supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik"

(Ibr. 10:24)

Saudara-saudari terkasih,

Masa Prapaska ini sekali lagi memberi kita suatu kesempatan untuk merefleksikan jantung kehidupan kristiani: amal kasih. Masa ini merupakan saat yang tepat untuk memperbarui perjalanan iman kita, baik secara perseorangan maupun sebagai suatu komunitas, dengan bantuan sabda Allah dan sakramen-sakramen. Perjalanan ini adalah perjalanan yang ditandai dengan doa dan saling berbagi, dengan keheningan dan puasa, sebagai antisipasi dari kegembiraan Paska.

Pada tahun ini saya ingin mengedepankan beberapa gagasan dalam terang sebuah kutipan singkat dari Alkitab yang diambil dari Surat kepada Orang Ibrani: "Marilah kita saling memperhatikan, supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik". Kata-kata ini adalah bagian dari sebuah perikop di mana Penulis Kudus menasehati kita untuk menaruh kepercayaan kepada Yesus Kristus, sebagai Sang Imam Agung, yang telah memperolehkan bagi kita pengampunan dan membuka jalan menuju Allah. Memeluk Kristus menghasilkan buah dalam suatu kehidupan yang didasarkan atas tiga keutamaan ilahi: hal itu berarti mendekat kepada Tuhan "dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh" (ay. 22), sambil tetap "teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan" (ay. 23), sambil tetap memperhatikan untuk menghayati suatu kehidupan "dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (ay. 24), bersama-sama dengan saudara dan saudari kita. Penulis surat itu menegaskan, bahwa untuk mempertahankan hidup ini tetap terbentuk oleh Injil, pentinglah mengambil bagian dalam liturgi dan doa bersama, sambil tetap mengingat tujuan eskatalogis yakni persekutuan penuh dengan Allah (ay. 25). Di sini saya ingin merenungkan ay. 24 yang memberikan kepada kita sebuah ajaran singkat, berharga dan tepat waktu tentang tiga aspek dalam kehidupan kristiani: perhatian kepada orang lain, saling membantu dan kekudusan pribadi.

1. "Marilah kita saling memperhatikan": tanggungjawab terhadap saudara dan saudari kita.

Aspek yang pertama ini adalah sebuah ajakan untuk "memperhatikan": kata Yunani yang dipergunakan di sini adalah katanoein, yang berarti ‘menyelidiki', ‘menaruh perhatian', ‘memperhatikan dengan cermat' dan ‘memperhitungkan sesuatu'. Kita menjumpai kata ini di alam Injil ketika Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk "memperhatikan" burung-burung gagak yang, meskipun tidak berusaha, tetap berada di pusat perhatian dan pemeliharaan Penyelenggaraan Ilahi (bdk. Luk. 12:24), dan untuk "memperhatikan" balok di mata kita sendiri sebelum kita melihat selumbar yang ada di mata saudara kita (bdk. Luk. 6:41). Dalam sebuah ayat lain dari Surat kepada orang Ibrani ini kita mendapatkan anjuran untuk "memandang Yesus, Rasul dan Imam Besar yang kita akui" (3:1). Demikianlah kata-kerja yang mengantar ajakan kita ini mengatakan kepada kita untuk melihat orang lain, pertama-tama kepada Yesus, untuk memperhatikan satu sama lain, dan untuk tidak tinggal terasing dan acuh-tak-acuh terhadap nasib saudara-saudari kita. Namun demikian, sangat sering sikap kita justru yang sebaliknya: suatu sikap auch-tak-acuh dan tidak ada perhatian karena perasaan egoisme dan diberi topeng sebagai penghormatan terhadap privasi. Dewasa ini pun suara Tuhan meminta kita untuk menjadi "penjaga" bagi saudara dan saudari kita (Kej, 4:9), untuk membangun relasi yang didasarkan atas saling mengingat dan saling menaruh perhatian kepada kesejahteraan, kesejahteraan yang integral dari orang lain. Perintah agung untuk saling mengasihi satu sama lain menuntut bahwa kita mengakui tanggungjawab kita terhadap mereka yang, seperti diri kita sendiri, adalah ciptaan dan anak-anak Allah. Menjadi saudara dan saudari dalam kemanusiaan, dan sering juga malah sebagai saudara-saudari dalam iman, seharusnya membantu kita untuk mengenal di dalam diri sesama kita suatu "saya yang lain" (alter ego), yang juga dikasihi Tuhan secara tidak terhingga. Apabila kita memupuk cara pandang seperti ini terhadap saudara dan saudari kita itu, maka solidaritas, keadilan, belas-kasihan dan bela-rasa akan dengan sendirinya memancar dari dalam hati kita. Hamba Allah Paus Paulus VI menegaskan, bahwa dunia kita dewasa ini sedang menderita terutama kekurangan rasa persaudaraan: "Masyarakat manusia sedang menderita sakit keras. Penyebabnya bukan pertama-tama karena menipisnya sumber-sumber daya alam, bukan pula karena pengaturannya yang dilaksanakan secara monopoli oleh segelntir orang-orang yang diistimewakan saja, tetapi terutama karena semakin melemahnya ikatan persaudaraan manusiawi di antara pribadi-pribadi dan bangsa-bangsa" (Populorum Progressio, 66).

Memperhatikan sesama berarti juga menghendaki yang baik bagi mereka itu dalam segala bidang: bidang jasmani, bidang moril dan bidang rohani. Budaya kontemporer kita ini sepertinya sudah kehilangan rasa terhadap yang baik dan yang jahat, kendatipun ada suatu kebutuhan yang nyata untuk menegaskan kembali, bahwa kebaikan sungguh ada dan akan menang, karena Allah "murah hati dan bertindak dengan murah hati juga" (Mzm. 119:68). Kebaikan adalah apa saja yang memberi, melindungi dan mengembangkan kehidupan, persaudaraan dan persekutuan. Maka tanggungjawab terhadap sesama berarti menghendaki dan bekerja bagi kebaikan orang lain, dengan harapan, bahwa merekapun akan suka menerima kebaikan itu bersama dengan tuntutan-tuntutannya. Memperhatikan orang lain berarti menyadari kebutuhan-kebutuhannya. Kitab Suci mengingatkan kita akan bahaya, bahwa hati kita akan dikeraskan oleh semacam "anestesi rohani", yang membuat kita mati-rasa terhadap penderitaan orang lain. Penginjil Lukas mengisahkan dua dari perumpamana-perumpamaan Yesus sebagai contohnya.

Dalam perumpaan tentang seorang Samaria yang baik, imam dan orang Lewi itu "melewati dari seberang jalan" dengan sikap acuh-tak-acuh terhadap kehadiran orang yang dirampok habis-habisan dan dipukuli oleh penyamun (lih. Luk. 10:30-32). Dan dalam perumpamaan tentang Orang Kaya dan Lazarus, si kaya itu tidak mengindahkan kemiskinan Lazarus yang hampir mati kelaparan tepat di depan pintu rumahnya (lih.Luk. 16:19). Kedua perumpamaan itu menunjukkan contoh yang sebaliknya dari "menaruh perhatian", sambil melihat orang lain dengan kasih dan bela-rasa. Lalu apa yang menghalangi kita memandang saudara-saudari kita dengan pandangan kemanusiaan dan penuh kasih itu? Sering penyebabnya adalah memiliki banyak kekayaan material dan rasa ketercukupan, akan tetapi bisa juga kecenderungan untuk menempatkan kepentingan dan masalah kita sendiri di atas semua yang lain. Kita tidak pernah boleh merasa tidak mampu "menunjukkan belas-kasih" kepada mereka yang menderita. Hati kita tidak pernah boleh tertutup oleh urusan dan masalah-masalah kita sendiri sedemikian, sehingga tidak mampu mendengarkan jeritan kaum papa. Kerendahan hati serta pengalaman pribadi sendiri atas penderitaan dapat membangkitkan di dalam diri kita perasaan bela-rasa dan simpati, "Orang benar mengetahui hak orang lemah, tetapi orang fasik tidak mengertinya" (Ams. 29:7). Maka kita bisa memahami sabda bahagia bagi mereka "yang berduka-cita" (Mat 5:4), mereka yang pada akhirnya mampu melihat lebih jauh dari pada dirinya sendiri serta memiliki bela-rasa terhadap penderitaan sesamanya. Mengulurkan tangan kepada orang lain dan membuka hati kita terhadap kebutuhan mereka dapat menjadi kesempatan untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan.

"Memperhatikan satu sama lain" juga berarti menaruh perhatian kepada kesejahteraan rohani mereka. Di sini saya ingin menyebut salah satu aspek dari hidup kristiani, yang saya yakin telah cukup dilupakan: menegur secara persaudaraan dalam kaitan dengan keselamatan kekal. Dewasa ini, pada umumnya, kita merasa sangat peka terhadap gagasan tentang kasih dan pelayanan terhadap kesejahteraan jasmani dan material orang lain, tetapi kita hampir terdiam seribu bahasa mengenai tanggungjawab rohani kita terhadap saudara dan saudari kita. Padahal tidak demikian dengan Gereja Perdana atau dengan komunitas-komunitas yang sungguh-sungguh matang di dalam iman, mereka yang prihatin bukan saja terhadap kesehatan jasmani dari saudara dan saudari mereka, tetapi juga terhadap kesehatan rohani mereka serta terhadap tujuan akhir hidup mereka. Kitab Suci mengatakan kepada kita: "Kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya; berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak; ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah (Ams. 9:8ss). Kristus sendiri memerintahkan kita untuk menegur saudara kita yang berdosa (lih. Mat. 18:15). Kata-kerja yang dipergunakan untuk melukiskan teguran persaudaraan itu „Ÿelenchein„Ÿ adalah kata yang sama yang dipergunakan untuk menyatakan tugas perutusan kenabian seorang kristiani untuk berbicara melawan suatu angkatan yang melakukan kejahatan (lih, Ef. 5:11). Tradisi Gereja telah memasukkan juga "hal menegur para pendosa" ini di antara perbuatan-perbuatan kasih yang bersifat spiritual. Pentinglah memulihkan kembali dimensi kasih kristiani ini. Kita tidak boleh diam saja terhadap kejahatan. Saya ingat akan semua orang kristiani yang, hanya karena pertimbangan manusiawi atau hanya karena kecocokan dengan selera pribadi lebih mengadaptasi mentalitas yang sedang berlaku umum dari pada menegur saudara dan saudarinya untuk menentang cara berpikir dan bertindak yang bertentangan dengan kebenaran dan yang tidak mengikuti jalan kebaikan.

Teguran secara kristiani, dari pihaknya, tidak pernah dimotivasi oleh semangat menuduh atau menyalahkan. Selalulah dia digerakkan oleh cinta dan belas-kasih dan memancar keluar dari perhatian yang tulus bagi kebaikan orang lain. Seperti dikataan oleh Rasul Paulus: "Kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan" (Gal. 6:1). Dalam dunia yang dilanda dengan individualisme seperti ini, adalah sangat mendasar untuk menemukan kembali pentingnya menegur secara persaudaraan, agar supaya kita, bersama-sama dapat menempuh jalan menuju ke kesucian. Kitab Suci sendiri menyebutkan, bahwa bahkan sampai "tujuh kali orang benar jatuh" (Ams. 24:16); memang kita semua ini lemah dan tidak sempurna (lih. 1Yoh. 1:8). Oleh karena itu, sungguh merupakan suatu pelayanan yang besar membantu orang lain dan membiarkan mereka memnatu kita, sehingga kita dapat terbuka terhadap seluruh kebenran tentang diri kta sendiri, meningkatkan hidup kita dan berjalan dengan lebih tegak di jalan Tuhan. Pastilah akan senantiasa dibutuhkan adanya suatu pandangan yang mengasihi dan mengingatkan, yang memahami dan mengerti, yang penuh keprihatinan dan pengampunan (bdk. Luk. 22:61), sebagaimana Allah sendiri telah bertindak dan akan senantiasa bertindak sedemikian dengan masing-masing kita semua.

2. "Saling memperhatikan": anugerah sikap timbal-balik (resiprositas).

"Menjaga" orang lain seperti ini sungguh sangat bertentangan dengan mentalitas yang, dengan menurunkan nilai hidup secara terbatas hanya sampai pada dimensi duniawi saja, gagal untuk bisa melihatnya dalam perspektif eskatalogis dan bisa menerima pilihan moril manapun dengan mengatas-namakan kebebasan pribadi. Suatu masyarakat, seperti masyarakat kita ini, dapat menjadi buta terhadap penderitaan jasmani dan terhadap tuntutan-tuntutan yang besifat spiritual dan moral dari hidup itu. Yang seperti ini tidak boleh terjadi dalam suatu komunitas kristiani! Rasul Paulus mendorong kita untuk mengejar "apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun" (Rom. 14:19), demi kesejahteraan sesama kita "untuk membangunnya" (15"2), sambil mengupayakan, bukan keuntungan pribadi, melainkan "berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, supaya mereka beroleh selamat" (1Kor 10:33). Saling menegur dan mendorong seperti ini di dalam semangat kerendahan hati dan kasih, haruslah menjadi bagian dari hidup Komunitas Kristiani.

Murid-murid Tuhan, diperstukan dengan Dia melalui Ekaristi, hidup dalam persekutuan yang mengikat mereka satu sama lain sebagai anggota dari tubuh yang satu dan sama. Ini berarti bahwa orang lain adalah juga bagian dari saya, dan bahwa hidupnya, keselamatannya juga menyangkut hidup dan keselamatan saya sendiri. Di sini kita menyentuh suatu aspek yang mendalam dari persekutuan: keberadaan kita berkaitan dengan keberadaan orang lain, yang bisa membawa kebaikan, tetapi juga keburukan. Baik dosa-dosa kita maupun perbuatan-perbuatan kasih kita memiliki dimensi sosial. Saling keterikatan ini dapat dilihat di dalam Gereja, tubuh mistik Kristus: Komunitas ini senantiasa melakukan pertobatan dan mohon pengampunan bagi dosa anggota-anggotanya, tetapi juga secara jitu bersukacita di dalam contoh-contoh keutamaan dan kasih yang ada di tengah-tengahnya. Seperti dikatakan oleh Santo Paulus: "Supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan" (1Kor. 12:25), karena kita semua membentuk satu tubuh.

Perbuatan kasih terhadap saudara dan saudari kita, „Ÿseperti terungkap misalnya dalam memberi sedekah, suatu praktek yang bersama dengan doa dan puasa, mencirikhaskan masa Prapaskah„Ÿ berakar dalam hal persekutuan bersama ini. Umat kristiani dapat juga mengungkapkan keanggotaan mereka di dalam satu tubuh yang adalah Gereja itu dengan menaruh perhatian secara konkrit kepada yang termiskin dari yang mskin. Begitu juga halnya, perhatian satu sama lain ini berarti juga pengakuan terhadap kebaikan yang diperbuat oleh Tuhan kepada sesama kita itu dan juga merupakan ucapan syukur atas mukjijat-mukjijat rakhmat yang di dalam kebaikan-Nya tetap dikerjakan oleh Allah yang Mahakuasa itu di dalam diri anak-anak-Nya. Apabila seorang kristiani melihat Roh Kudus berkarya di dalam diri orang-orang lain, mereka tidak dapat bertindak lain kecuali bersukacita dan memuliakan Bapa yang di surga itu (bdk. Mat. 5:16).

3. ‘Supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik": berjalan bersama dalam kekudusan.

Kata-kata dari Surat kepada Orang Ibrani ini (10:24) mendorong kita untuk ber-refleksi tentang panggilan kepada semua orang untuk kekudusan, yakni perjalanan yang terus-menerus dari kehidupan rohani, sementara kita mengharapkan anugerah-anugerah rohani yang lebih besar dan pada kasih yang senantiasa lebih luhur dan menghasilkan buah (bdk. 1Kor. 12:31 - 13:13). Sikap memperhatikan satu sama lain ini seharusnya memacu kita untuk semakin lama semakin mengefektifkan kasih, yang "seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari" (Ams. 4:18), membuat kita menghayati setiap hari dalam hidup kita ini sebagai antisipasi dari hari keabadian yang sedang menantikan kita di dalam Allah.

Waktu yang diberikan Allah kepada kita dalam hidup ini sungguh berharga untuk menentukan dan melaksanakan perbuatan baik dalam kasih Allah. Dengan cara demikian Gereja sendiri senantiasa berkembang menuju ke kedewasaan Kristus secara penuh (bdk. Ef. 4:13). Nasehat-nasehat yang kita berikan untuk saling mendorong satu sama lain untuk mendapatkan kepenuhan kasih dan perbuatan baik itu ditempatkan di dalam dinamika perkembangan ke masa depan.

Sayangnya, selalu saja ada godaan untuk menjadi suam-suam kuku, untuk memadamkan Roh, untuk menolak menanamkan sebagai modal talenta yang kita terima, bagi kebaikan kita sendiri dan bagi kebaikan orang lain (bdk. Mat. 25:25ss.). Kita semua telah menerima kekayaan rohani dan jasmani yang dimaksudkan untuk dipergunakan bagi pemenuhan rencana Allah, bagi kebaikan Gereja dan bagi keselamatan kita sendiri secara pribadi (bdk Luk. 12:21b.; 1Tim. 6:18). Para pakar kehidupan rohani mengingatkan kita, bahwa di dalam kehidupan beriman, mereka yang tidak mengalami kemajuan, secara tak terelakkan sama dengan mengalami kemunduran.

Saudara-saudari terkasih, marilah kita terima ajakan, hari ini adalah hari yang paling tepat tiada duanya, untuk mencapai "standard yang tinggi dari hidup kristiani yang biasa itu" (Novo Millennio Ineunte, 31). Kebijaksanaan Gereja dalam mengakui dan memaklumkan orang-orang Kristiani tertentu yang menonjol sebagai Beato dan Santo juga dimaksudkan untuk memberi ilham kepada orang-orang lain untuk meneladan keutamaan-keutamaan mereka. Kepada kita Santo Paulus menasehatkan "untuk saling mendahului dalam memberi hormat" (Rom, 12:10).

Dalam dunia yang menuntut dari orang-orang Kristiani sebuah kesaksian yang terbarui akan kasih dan kesetiaan kepada Tuhan, kiranya kita semua ini merasakan mendesaknya kebutuhan untuk saling mendahului dalam amal-kasih, pelayanan dan perbuatan baik (bdk. Ibr. 6:10), Tuntutan ini secara khusus sungguh mendesak dalam masa kudus untuk mempersiapkan Paskah ini. Sambil mempersembahkan dalam doa harapan saya agar masa Prapaskah ini menjadi masa yang terberkati dan berbuah limpah, saya menyerahkan kalian semua dalam pengantaraan Bunda Maria tetap Perawan dan dengan tulus hati saya berikan kepada kalian semua Berkat Apostolik saya.

Dari Vatikan, 3 November 2011

Benediktus XVI, Paus




http://mirifica.net/artDetail.php?aid=7383

Surat Gembala Prapaskah 2012 Keuskupan Agung Jakarta

“DIPERSATUKAN DALAM EKARISTI, DIUTUS UNTUK BERBAGI”

Para Ibu dan Bapak,
Suster, Bruder, Frater,
Kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus,

1. Bersama – sama dengan seluruh Gereja, pada hari Rabu yang akan datang kita memasuki masa Prapaskah. Rupanya pada tahun ini masa Prapaskah tiba amat cepat. Masa Natal yang lalu juga terasa amat singkat, lebih singkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Mungkinkah ini merupakan isyarat bagi kita semua,untuk membaharui semangat dan gaya hidup kita : dari semangat dan gaya hidup yang ditandai pesta-pesta (=masa Natal yang pendek) menuju semangat dan gaya hidup yang semakin terlibat, berbelarasa dan rela bermati raga (=masa Prapaskah yang cepat tiba) demi sekian banyak Saudari-saudara kita sebangsa setanah air yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir?

Saudari-saudara kita ini karena berbagai macam alas an terpaksa hidup tidak sesuai dengan martabatnya sebagai pribadi manusia, citra Allah. Suatu pertanyaan yang menantang kita semua sebagai murid-murid Yesus Kristus untuk kita jawab secara pribadi, dalam keluarga, komunitas dan bersama-sama sebagai warga Keuskupan Agung Jakarta.

2. Melalui nabi Yesaya Tuhan bersabda, “Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh … Umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku” (Yes 43:19.20). Sabda ini ditujukan kepada umat Allah Perjanjian Lama yang berada dalam pembuangan. Mereka berada jauh dari tanah air mereka, sangat menderita lahir dan batin. Dalam keadaan terbuang, sebagian dari mereka berpikir tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan karena ternyata Dia tidak bisa membela Umat-Nya terhadap musuh yang telah mengalahkan mereka. Selain itu tidak sedikit dari antara mereka yang merasa dosa mereka terhadap Tuhan sudah terlalu besar, sehingga Tuhan tidak akan memberika kesempatan baru lagi. Namun dalam perjalanan waktu ternyata banyak dari antara mereka yang berhasil merebut kedudukan dalam kehidupan politik, social maupun ekonomi. Keberhasilan ini membuat mereka lupa atau tidak mau mengingat lagi bahwa mereka adalah umat terpilih yang seharusnya hidup berdasarkan janji Allah. Secara sederhana bisa dikatakan, ketika mereka mempunyai segala-galanya, mereka kehilangan jati diri dan cita-cita sebgai umat terpilih.

3. Namun tidak semua warga Umat Allah Perjanjian Lama seperti itu. Dari antara mereka ada sekelompok kecil yang bertahan, dan kendati menderita, iman mereka tidak goyah. Dengan sengaja mereka tidak mengejar keberhasilan lahiriah di tanah pembuangan. Mereka terus membangun hidup di atas dasar janji-janji Allah. Mereka inilah yang disebut “sisa Israel”. Kelompok ini mempunyai sejarah yang panjang,. Ketika umat Allah Perjanjian Lama berpaling dari Tuhan dan menyembah berhala, mereka tetap setia (1 Raj 19:10.14.18). Ketika mereka diijinkan kembali dari pembuangan – sementara sebagian besar tidak mau menggunakan kesempatan ini karena sudah nyaman tinggal di negeri asing – mereka kembali ke tanah terjanji untuk membangun kembali masa depan mereka di atas puing-puing kehancuran. Kelompok mereka kecil – maka disebut “sisa Israel” – namun mereka yakin bahwa jati diri mereka sebagai umat yang dipanggil secara istimewa oleh Allah, tidak terletak pada penampilan lahiriah, melainkan pada cita-cita dan harapan yang mereka sandarkan pada janji Allah. Mereka ini bagaikan tunggul dan sebagaimana dikatakan oleh Nabi Yesaya, “ Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah” (11:1; 53:2). Mereka inilah yang akan menghidupkan kembali harapan baru yang oleh nabi Yesaya disebut dengan kiasan sebagai “jalan di padang gurun … sungai-sungai di padang belantara” (43:19). Mereka ini pulalah yang disebut umat yang “Kubentuk bagi-Ku yang akan memberitakan kemasyhuran-Ku” (Yes 43:21). Dalam suratnya kepada jemaat Roma Rasul Paulus menegaskan keberadaan kelompok ini : “ Demikian juga pada waktu ini tinggal satu sisa, menurut pilihan kasih karunia” (11:15). Dalam bahasa sehari-hari kita sekarang, mereka disebut “komunitas kontras” atau “komunitas alternatif”.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

4 Sebagai murid-murid Kristus, sebagai warga Gereja Katolik, kita pun mempunyai jati diri yang sangat istimewa dan khusus. Jati diri kita adalah Ekaristi, yang kita imani sebagai sumber dan puncak hidup Kristiani (bdk LG 11). Maksudnya, sebagaimana roti Ekaristi diambil, diberkati, dipecah-pecah dan dibagi-bagi, kita pun adalah pribadi-pribadi yang dipilih oleh Allah, diberkati agar dapat dipecah-pecah yang dibagi-bagi bagi dunia. Inilah jati diri kita. Atas dasar keyakinan inilah dirumuskan tema Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Agung Jakarta 2012 : “Dipersatukan Dalam Ekaristi – Diutus Untuk Berbagi”. Dengan pedoman tema Aksi Puasa Pembangunan ini, kita bersama-sama ingin mewujudkan atau mengaktualisasikan jati diri kita.

5. Perayaan Ekaristi terdiri dari empat bagian. Bagian pembuka mengajak kita menyadari bahwa kita adalah bagian dari umat manusia yang terpecah-pecah karena dosa. Maka kita mengawali Perayaan Ekaristi dengan mengakui dosa-dosa kita – bukan hanya dosa pribadi kita, melainkan dosa umat manusia. Ibadat Sabda memberi kesempatan penuh rahmat kepada kita yang berhimpun untuk membaca dan mengartikan keadaan hidup kita itu dalam terang Sabda Allah. Sabda Allah yang kita dengarkan bukanlah sekedar informasi yang diteruskan (=informatif), melainkan kekuatan yang membangun dan mempersatukan (=informatif dan transformatif). Dengan memasuki Liturgi Ekaristi, kita diikutsertakan dalam karya penyelamatan Allah yang memulihkan segala sesuatu dalam sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Bagian ini bermuara pada komuni – dari kata communio yang secara harafiah berarti persatuan. Itulah buah utama karya penyelamatan Allah, yaitu bahwa kita dipersatukan kembali : yang terpisah dihimpun kembali. Setelah dipulihkan dan dipersatukan, menyusul perutusan, yang merupakan bagian terakhir dari Perayaan Ekaristi. Kita diutus untuk berbagi kehidupan.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

6. Bersama-sama dengan para imam, saya pribadi sangat bersyukur karena boleh melayani umat Keuskupan Agung Jakarta ini. Amat sangat banyak kisah mengenai kerelaan berbagi dan kemurahan hati umat Keuskupan Agung Jakarta dalam berbagai wujudnya : baik yang ditulis maupun tidak ditulis, baik yang diceritakan ataupun tidak diceritakan, baik yang yang ditujukan kepada umat sendiri ataupun masyarakat yang lebih luas, baik untuk keperluan-keperluan di Keuskupan Agung Jakarta sendiri maupun bagi wilayah-wilayah gerejawi yang lain yang tersebar di seluruh nusantara, baik yang dijalankan bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Peranan para Ibu / Bapak / Suster / Bruder / Frater / adik-adik kaum muda, anak-anak dan remaja dalam hal ini ikut menetukan wajah Gereja Keuskupan Agung Jakarta : Gereja yang memancarkan kasih, kebaikan dan kemurahan hati Allah. Terima kasih tak terhingga atas kebaikan, kemurahan hati dan kerelaan Anda sekalian untuk berbagi kehidupan.

7. Sementara itu kita semua tahu bahwa peran seperti ini tidak akan pernah selesai kita jalankan dan menantang kita semua untuk semakin kreatif mencari bersama-sama bentuk-bentuknya yang baru. Semoga semangat Ekaristi yang kita gali dan dalami selama Tahun Ekaristi ini memberikan inspirasi dan kekuatan kepada kita semua untuk membangun jati diri kita sebagai “ komunitas Ekaristi”, “komunitas alternatif” atau “komunitas kontras” yang terus berkembang karena dipersatukan dalam Ekaristi dan diutus untuk berbagi. Semoga dengan demikian kita sungguh menjadi umat yang selalu memberitakan kebaikan dan kasih Allah (bdk.Yes 43:21). Semoga berkat kekuatan Allah kita berkembang dalam kemurahan hati dan kerelaan berbagi yang – siapa tahu – membuat orang lain akan berkata, “Yang begini belum pernah kita lihat” (Mrk 2:12). Salam dan semoga Anda semua, keluarga-keluarga dan komunitas Anda selalu dilimpahi berkat, perlindungan dan damai sejahtera.



Jakarta, Februari 2012





+ I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy