| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 11 April 2011 Hari Biasa Pekan V Prapaskah

Senin, 11 April 2011
Hari Biasa Pekan V Prapaskah
St. Stanislaus dari Krakow, St George Gervase

MELIHAT DIRI SENDIRI

Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau --- Yes 43:1.4

Doa Renungan

Allah Bapa yang kekal dan kebenaran abadi, berilah aku iman yang hidup, harapan yang kuat dan kasih yang melimpah dalam menjalani hidupku. Dengan demikian aku dapat hidup dengan benar dan tidak melawan kehendak-Mu. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.

Kisah ini mau menolong orang beriman agar berani membela kebenaran dan tidak ragu-ragu membasmi kuasa kejahatan. Dalam situasi terjepit dan bahkan tidak ada harapan lagi, ternyata masih ada kekuatan yang dapat diandalkan, yakni kekuatan Allah.

Pembacaan dari Kitab Nubuat Daniel (Singkat: 13:41c-62)

"Sungguh, aku rela mati, meskipun aku tidak melakukan suatu pun dari yang mereka tuduhkan."

Pada waktu itu Susana dijatuhi hukuman mati atas tuduhan berbuat serong. Maka berserulah Susana dengan suara nyaring, “Allah yang kekal, yang mengetahui apa yang tersembunyi, dan mengenal sesuatu sebelum terjadi, Engkau pun tahu, bahwa mereka itu memberikan kesaksian palsu terhadap aku. Sungguh, aku mati, meskipun aku tidak melakukan sesuatu pun dari yang mereka dustakan tentang aku.” Maka Tuhan mendengarkan suaranya. Ketika Susana dibawa ke luar untuk dihabisi nyawanya, Allah membangkitkan roh suci dalam diri seorang anak muda, Daniel namanya. Anak muda itu berseru dengan suara nyaring, “Aku tidak bersalah terhadap darah perempuan itu!” Maka segenap rakyat berpaling kepada Daniel, katanya, “Apa maksudnya kata-katamu itu?” Daniel pun lalu berdiri di tengah-tengah mereka. Katanya, “Demikian bodohkah kamu, hai orang Israel? Adakah kamu menghukum seorang puteri Israel tanpa pemeriksaan dan tanpa bukti? Kembalilah ke tempat pengadilan, sebab kedua orang itu memberikan kesaksian palsu terhadap perempuan ini!” Maka bergegaslah rakyat kembali ke tempat pengadilan. Orang tua-tua berkata kepada Daniel, “Kemarilah, duduklah di tengah-tengah kami dan beritahulah kami sebab Allah telah menganugerahkan kepadamu martabat orang tua-tua.” Lalu kata Daniel kepada orang yang ada di situ, “Pisahkanlah kedua orang tua-tua tadi jauh-jauh, maka mereka akan diperiksa.” Setelah mereka dipisahkan satu sama lain, Daniel memanggil seorang di antara mereka dan berkata kepadanya, “Hai engkau yang sudah beruban dalam kejahatan, sekarang engkau ditimpa dosa-dosa yang dahulu telah kauperbuat dengan menjatuhkan keputusan-keputusan yang tidak adil, dengan menghukum orang yang tidak bersalah dan melepaskan orang yang bersalah, meskipun Tuhan telah berfirman: Orang yang tak bersalah dan orang benar janganlah kaubunuh. Oleh sebab itu, jikalau engkau sungguh-sungguh melihat dia, katakanlah: Di bawah pohon apakah telah kaulihat mereka bercampur?” Sahut orang tua-tua itu, “Di bawah pohon mesui!” Kembali Daniel berkata, “Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri! Sebab malaikat Allah telah menerima firman dari Allah untuk membela engkau!” Setelah orang itu disuruh pergi, Daniel pun lalu menyuruh bawa yang lain kepadanya. Kemudian berkatalah Daniel kepada orang itu, “Hai keturunan Kanaan dan bukan keturunan Yehuda, kecantikan telah menyesatkan engkau dan nafsu birahi telah membengkokkan hatimu. Kamu sudah biasa berbuat begitu dengan puteri-puteri Israel, dan mereka pun terpaksa menuruti kehendakmu karena takut. Tetapi puteri Yehuda ini tidak mau mendukung kefasikanmu! Oleh sebab itu katakanlah kepadaku: Di bawah pohon apakah telah kaudapati mereka bercampur? Sahut orang tua-tua itu, “Di bawah pohon berangan!” Kembali Daniel berkata, “Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri. Sebab malaikat Allah sudah menunggu-nunggu dengan pedang terhunus untuk membahan engkau, supaya engkau binasa!” Maka berserulah seluruh himpunan itu dengan suara nyaring. Mereka memuji Allah yang menyelamatkan siapa saja yang berharap kepada-Nya. Serentak mereka bangkit melawan kedua orang tua-tua itu, sebab Daniel telah membuktikan dengan mulut mereka sendiri bahwa mereka telah memberikan kesaksian palsu. Lalu mereka diperlakukan sebagaimana mereka sendiri mau mencelakakan sesamanya. Sesuai dengan Taurat Musa kedua orang itu dibunuh. Demikian pada hari itu diselamatkan darah yang tak bersalah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2/4, PS 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ayat. (Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6; Ul: lih 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan:
'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang.
'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.

2. Sekalipun aku harus berjalan berjalan di lembah yang kelam,
aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku;
sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.

3. Kau siapkan hidangan bagiku dihadapan lawanku,
Kauurapi kepalaku dengan minyak, dan pialaku melimpah.

4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi,
mengiringi langkahku selalu, sepanjang umur hidupku,
aku akan diam di rumah Tuhan, sekarang dan senantiasa.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan kepada pertobatannyalah Aku berkenan, supaya ia hidup.

Menyalahkan orang lain itu mudah. Akan tetapi, menyadari kelemahan sendiri sehingga kita mampu memperlakukan orang lain dengan tepat nampaknya perlu sebuah pertobatan tersendiri. Yesus adalah orang yang paling kritis terhadap orang-orang yang tidak menyadari akan kekurangannya sendiri.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (8:1-11)

"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini."

Sekali peristiwa Yesus pergi ke bukit Zaitun. Dan pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Yesus duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada Yesus seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah, lalu berkata kepada Yesus, “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari dengan batu perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapatmu tentang hal ini?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Yesus, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis di tanah dengan jari-Nya. Dan ketika mereka terus menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Yesus membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu, yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya, “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya, “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus

Renungan

Kita mudah mengamati, menilai, menyalahkan dan menghakimi orang lain. Kita merasa diri sebagai orang yang paling baik dan benar. Kita begitu sombong dan congkak, sehingga kadang orang lain menjadi kurban. Padahal, kita semua tentu pernah berbuat salah dan dosa. Kita semua tidak ada yang sempurna di hadapan Tuhan. Karena itu, tidak sepantasnya kita mudah menyalahkan dan menghakimi orang lain. Karena yang berhak menghakimi adalah Allah sendiri.

Doa Malam

Aku bersyukur dan berterimakasih atas hari ini dan atas pengampunan yang Engkau berikan kepada perempuan yang berbuat zinah. Bantulah aku agar aku pun mudah mengampuni orang lain dan mampu memperbaiki kesalahanku. Amin.


RUAH

Minggu, 10 April 2011 Hari Minggu Prapaskah V

Minggu, 10 April 2011
Hari Minggu Prapaskah V


Antifon Pembuka

Jatuhkanlah keputusan adil bagiku, ya Allah, dan belalah perkaraku terhadap orang jahat. Luputkanlah aku dari orang curang dan penipu. Engkaulah Allah pelindungku. (Mzm 42:1.2)

Doa Renungan


Allah Bapa kami maha pengasih, karena cinta kasih Putra kesayangan-Mu telah menyerahkan diri untuk wafat demi keselamatan kami. Perkenankanlah kami hidup dalam cinta kasih-Nya dan menempuh jalan yang dilalui-Nya dengan gembira karena yakin akan bantuan-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.

Pembacaan dari Nubuat Yehezkiel (37:12-14)

"Aku akan memberikan Roh-Ku kepadamu, sehingga kamu hidup."

Beginilah firman Tuhan Allah, “Sungguh, Aku akan membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu dari dalamnya, hai umat-Ku. Dan Aku akan membawa kamu ke tanah Israel. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu dari dalamnya. Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalam dirimu, sehingga kamu hidup kembali, dan Aku akan menempatkan kamu di tanahmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Aku, Tuhan, yang me-ngatakannya dan membuatnya.”
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do=f, Kanon 2 Suara 2/4, PS 814
Ref: Pada Tuhan ada kasih setia dan penebusan berlimpah.
Ayat. (
Mzm 130:1-2.3-4.5-6b.7b-8; Ul:lh.7)
Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan!
Tuhan, dengarkanlah suaraku!
Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian,
Kepada suara permohonanku.

Jika Engkau mengingat-ingat kesalahan, ya Tuhan,
Siapakah yang dapat tahan?
Tetapi pada-Mu ada pengampunan,
Maka orang-orang bertakwa kepada-Mu.
Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nanti,
Dan aku mengharapkan firman-Nya.
Jiwaku mengharapkan Tuhan,
lebih daripada pengawal mengharapkan pagi.

Sebab pada Tuhan ada kasih setia,
dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan.
Dialah yang akan membebaskan Israel,
dari segala kesalahannya.

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (Rm 8:8-11)

"Roh Allah yang membangkitan Yesus dari antara orang mati diam di dalam dirimu."

Saudara-saudara, mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan pada Allah. Tetapi kamu tidak hidup di dalam daging, melainkan dalam Roh, kalau Roh Allah memang tingal di dalam dirimu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, maka ia bukanlah milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada dalam dirimu, maka tubuhmu memang mati kerena dosa, tetapi rohmu hidup karena kebenaran. Dan jika Roh Allah, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, diam dalam dirimu, maka Ia yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana oleh Roh-Nya yang diam dalam dirimu.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, Mzm 95:8ab, do=bes, 4/4, PS 965
Reff : Ter-pu- ji- lah Kris-tus Tu-han, Ra-ja mu-li- a dan ke-kal.
Ayat. (Yoh 11:25a.26)
Akulah kebangkitan dan hidup, sabda Tuhan;
setiap orang yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (Yoh 11:1-45)

"Akulah kebangkitan dan hidup."

Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. Maria adalah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus, “Tuhan, dia yang Engkau, kasihi sakit.” Mendengar kabar itu Yesus berkata, “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya serta Lazarus. Namun, setelah didengar-Nya bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat di mana Ia berada; tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Mari kita kembali lagi ke Yudea.” Murid-murid itu berkata kepada-Nya, “Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencobai melempari Engkau, masihkah Engkau mau kembali ke sana?” Jawab Yesus, Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya.” Demikianlah perkataan-Nya dan sesudah itu Yesus berkata kepada mereka, “Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.” Maka kata murid-murid itu kepada-Nya, “Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.” Tetapi maksud Yesus adalah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. Karena itu Yesus berkata dengan terus terang, “Lazarus sudah mati. Tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah sekarang kita pergi kepadanya!” Lalu Tomas yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain, “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.” Ketika Yesus tiba di Betania, didapati-Nya Lazarus telah empat hari terbaring di dalam kubur. Betania itu tidak jauh dari Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya. Di situ banyak orang Yahudi telah datang untuk menghibur Marta dan Maria berhubung dengan kematian saudaranya. Ketika Marta mendengar bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” Kata Yesus kepada Marta, “Saudaramu akan bangkit.” Kata Marta kepada-Nya, “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Jawab Yesus, “Akulah kebangkitan dan hidup. Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun sudah mati; dan setiap orang yang hidup serta percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Jawab Marta, “Ya Tuhan, aku percaya bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” Sesudah berkata demikian, Marta pergi memanggil saudaranya Maria, dan berbisik kepadanya, “Guru ada di sana, dan Ia memanggil Engkau.” Mendengar itu, Maria segera bangkit, lalu pergi mendapatkan Yesus. Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai-Nya. Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama Maria tiba di rumah untuk menghiburnya melihat Maria tiba-tiba bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ. Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah Maria di depan kaki Yesus dan berkata kepada-Nya, “Tuhan, sekiranya Engkau ada disini, saudaraku pasti tidak mati.” Ketika Yesus melihat Maria menangis, dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama Dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata, “Di manakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka, “Tuhan, marilah dan lihatlah!” Maka menangislah Yesus. Kata orang-orang Yahudi, “Lihatlah, betapa besar kasih-Nya kepadanya!” Tetapi beberapa orang di antaranya berkata, “Ia memelekkan mata orang buta, tidak mampukah Ia bertindak sehingga orang ini tidak mati?” Makin masygullah hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu, Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. Kata Yesus, “Angkatlah batu itu!” Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada Yesus, “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati.” Jawab Yesus, “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalah engkau percaya, engkau akan melihat kemuliaan Allah?” Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata, “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau mendengarkan Aku. Aku tahu bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku. Tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri mengelilingi Aku ini, Aku me-ngatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras, “Lazarus, marilah ke luar!” Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kafan, dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka, “Bukalah kain-kain itu, dan biarkan ia pergi.” Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.

Antifon Komuni

Siapa pun yang hidup dan percaya kepada-Ku takkan mati selama-lamanya.



Renungan


Akulah kebangkitan dan hidup

I. Iman kita kepada Kristus yang bangkit dapat membangkitkan.

Kitab Kejadian menggambarkan hukuman akibat ketidaktaatan Adam dan Hawa, yaitu ketika Tuhan berkata “
Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” (Kej 3:19) Dari sini kita melihat bahwa kematian merupakan konsekuensi dari dosa. Gereja Katolik menegaskan hal yang sama, bahwa kematian adalah akibat dari dosa (KGK, 1008; GS, 18). Drama kematian inilah yang terjadi pada peristiwa kematian Lazarus. Namun, di dalam Kristus tidak ada kematian, melainkan orang yang percaya akan dibangkitkan. Dan pada drama kebangkitan Lazarus inilah, Yesus secara tidak langsung membuktikan bahwa Diri-Nya adalah Tuhan, yang berkuasa atas hidup dan mati, karena Ia adalah Kebangkitan dan Hidup (lih. Yoh 11:25). Paus Benediktus pada surat gembala Prapaskah kepausan 2011 menuliskan:
Pada Hari Minggu Kelima, ketika diwartakan pembangkitan Lazarus, kita diperhadapkan kepada misteri terakhir dari keberadaan kita: “Akulah kebangkitan dan kehidupan … Percayakan engkau akan hal itu?” (Yoh. 11:25-26). Bagi Komunitas Umat Beriman Kristiani inilah saatnya untuk dengan tulus-ikhlas,─bersama dengan Martha,─ menaruhkan segenap harapannya kepada Yesus dari Nazaret itu: “Ya, Tuhan, saya percaya, bahwa engkaulah Kristus, Putra Allah, yang datang ke dalam dunia ini” (Yoh. 11:27). Persekutuan dengan Kristus di dalam hidup ini, mempersiapkan kita untuk dapat mengatasi batas-batas kematian, sehingga kita masuk ke dalam hidup abadi bersama dengan Dia. Iman kepercayaan kepada kebangkitan orang mati dan harapan akan kehidupan kekal itu membuka mata kita kepada arti makna yang terdalam dari keberadaan kita: Allah menciptakan laki-laki dan perempuan untuk kebangkitan dan kehidupan, dan kebenaran ini memberikan arti yang otentik dan pasti kepada sejarah manusia, kepada kehidupan pribadi dan sosial laki-laki dan perempuan, kepada budaya, politik dan ekonomi. Tanpa terang iman itu, segenap jagat-raya akan berakhir, tertutup dalam liang kubur dan tidak akan ada lagi masa depannya, tidak akan ada lagi harapannya.
Dalam terang iman Kristen inilah, maka kita memperoleh pengharapan akan kehidupan yang baru bersama Kristus. Cerita Lazarus yang dibangkitkan oleh Kristus, yang adalah kebangkitan dan hidup, yang kemudian bangkit dari antara orang mati, menjadikan iman kita tidaklah sia-sia (lih. 1Kor 15:14). Sama seperti Lazarus, kita juga sering mati karena dosa. Dan pembebasan dari kematian akibat dosa hanya mungkin kalau Kristus memberikan rahmat-Nya dan pada saat yang bersamaan, kita mau keluar dari kegelapan dosa menuju terang.

II. Bacaan minggu ke-lima masa Prapaskah


Pada bacaan minggu ke-lima masa Prapaskah, kalender Gereja Katolik memberikan bacaan dari Yeh 37:12-14; Maz 13-:1-8; Rom 8:8-11; Yoh 11:1-45 atau Yoh 11:3-7,17,20-27,33-45. Berikut ini adalah bacaan dari Yoh 11:1-45:
(1) Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. (2) Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya.
(3) Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” (4) Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” (5) Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus.
(6) Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; (7) tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Mari kita kembali lagi ke Yudea.” (8) Murid-murid itu berkata kepada-Nya: “Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?” (9) Jawab Yesus: “Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. (10) Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya.”
(11) Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: “Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.” (12) Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: “Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.” (13) Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. (14) Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: “Lazarus sudah mati; (15) tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya.” (16) Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.”
(17) Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. (18) Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya. (19) Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya.
(20) Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. (21) Maka kata Marta kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. (22) Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” (23) Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkit.” (24) Kata Marta kepada-Nya: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” (25) Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (27) Jawab Marta: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.”
(28) Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: “Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau.” (29) Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus. (30) Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia. (31) Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ. (32) Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” (33) Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: (34) “Di manakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!” (35) Maka menangislah Yesus.
(36) Kata orang-orang Yahudi: “Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!” (37) Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: “Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?” (38) Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu.
(39) Kata Yesus: “Angkat batu itu!” Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati.” (40) Jawab Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” (41) Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. (42) Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (43) Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah ke luar!” (44) Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.” (45) Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.


III. Telaah ayat Yoh 11:1-45

a. (Ayat 1- 5) Latar belakang perikop:
Menceritakan tentang Lazarus, orang yang dikasihi Yesus sedang sakit. Lazarus ini adalah saudara dari Marta, adik dari Maria – yang pernah meminyaki kaki Yesus dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Maria dan Marta kemudian mengirimkan berita kepada Yesus, bahwa Lazarus sakit. Setelah Yesus mendengar bahwa orang yang dikasihi-Nya – Lazarus – sakit, maka Yesus sengaja tinggal dua hari lagi di tempat di mana Dia berada. Dia menegaskan bahwa penyakit yang diderita Lazarus tidak akan mendatangkan kematian, namun akan mendatangkan kemuliaan.

b. (ayat 6-10) Yesus mengajak para murid untuk mengunjungi Lazarus di Betania: Setelah Yesus memutuskan untuk tinggal dua hari lamanya, maka Yesus kemudian mengajak para rasul untuk mengunjungi Lazarus di Betania. Yesus yang tadinya menyingkir dari Yudea ke daerah sungai Yordan, kemudian mengajak para rasul ke Betania, sekitar 2 mil (sekitar 3 km) dari Yerusalem. Pernah mengalami akan dilempari batu, maka murid mencoba memperingatkan Yesus untuk tidak kembali ke daerah Yudea.

c. (ayat 11-16) Percakapan Yesus dengan murid-Nya: Pada bagian ini, Yesus menjelaskan bahwa Lazarus telah tertidur atau mati. Dan sekali lagi, Yesus menyatakan bahwa kematian Lazarus dapat berguna, sehingga para murid dan banyak orang akan semakin percaya.

d. (ayat 17-27) Percakapan Yesus dengan Marta: Ketika Yesus dan para rasul tiba di Betania, maka Lazarus telah empat hari berada di dalam kubur. Mendengar bahwa Yesus telah tiba, maka Marta bergegas menemui Yesus. Maria mengatakan bahwa kalau Yesus datang sebelumnya, maka Lazarus pasti tidak akan mati. Namun, Marta tetap menyatakan kepercayaannya kepada Yesus, Anak Allah (lih. ay.27). Dalam percakapan inilah Yesus menyatakan, bahwa Dia adalah kebangkitan dan hidup (ay.25), dan menyatakan bahwa Lazarus akan bangkit. Namun, Marta tidak menangkap dengan jelas, apakah Yesus akan membangkitkan Lazarus sekarang atau pada saat kebangkitan badan.

e. (ayat 28-35) Percakapan Yesus dengan Maria: Marta kemudian memberitahu Maria bahwa Yesus datang. Dengan bergegas Maria bertemu dengan Yesus, tersungkur di bawah kaki-Nya dan mengatakan hal yang sama bahwa kalau seandainya Yesus ada di situ, maka Lazarus tidak akan mati. Terdorong oleh perasaan kasih, maka Yesus turut menangis.

f. (ayat 36-38) Orang banyak berkomentar: Orang banyak yang menyaksikan Yesus menangis, mengatakan bahwa Yesus sungguh mencintai Maria dan saudara-saudaranya. Namun, orang banyak ini kemudian mempertanyakan mengapa Yesus yang telah melakukan begitu banyak mukjizat tidak dapat membangkitkan Lazarus dari mati.

g. (ayat 39-45) Yesus membangkitkan Lazarus: Kemudian Yesus pergi ke kubur, dan setelah berdoa, Yesus berbicara langsung dengan Lazarus untuk keluar dari kubur. Melihat mukjizat ini, maka banyak orang yang percaya kepada Yesus.

IV. Tafsir ayat Yohanes 11:1-41


a. (ayat 1-5) Sahabat-sahabat Yesus mengalami penderitaan


Perikop ini terjadi setelah orang-orang Yahudi ingin menangkap dan melempari Yesus dengan batu, karena mengatakan bahwa Dia dan Bapa adalah satu (lih. Yoh 10:30). Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya menyingkir ke seberang Yordan, tempat Yohanes Pemandi membaptis (lih. Yoh 1:28), mungkin di Bethabara (
the house of confidence atau rumah yang penuh keyakinan). Ketika berada di tempat inilah, maka datang utusan dari Maria dan Marta memberitahu Yesus, bahwa Lazarus, saudara Maria dan Marta, yang tinggal di Betania sedang sakit parah.

Betania, yang terletak sekitar 3 km dari Yerusalem, artinya adalah rumah penderitaan (the house of suffering) . Yesus juga beberapa kali tinggal di rumah Lazarus (lih. Yoh 12:1; Mt 21:17; Mk 11:1; Mk 11:11-12). Betania juga menjadi tempat tinggal Simon si kusta (lih. Mt 26:6; Mk 14:3).

Ada perdebatan di antara para ahli Alkitab, apakah Maria, saudara Lazarus adalah Maria Magdalena, atau Maria yang mengurapi kaki Yesus. Ada yang mengatakan sama, namun ada juga yang mengatakan bahwa ketiganya adalah tiga wanita yang berbeda. Tradisi Gereja Katolik mengatakan bahwa ketiga wanita ini mengacu kepada orang yang sama.[1]

Maria Magdalena
: Magdala adalah salah satu kota di pinggiran danau Galilea, antara Tiberias dan Kapernaum. Yesus telah mengusir tujuh roh jahat dari Maria Magdalena (lih. Mk 16:9; Lk 8:2). Kita juga tahu bahwa dia adalah salah satu perempuan yang melayani rombongan Yesus (lih. Lk 8:2), yang juga salah seorang saksi mata dari penyaliban Kristus (lih. Mt 27:56; Mk 15:40; Yoh 19:25), penguburan Yesus (lih. Mt 27:61; Mk 15:47) dan juga saksi dari kubur yang kosong (lih. Mt 28:1-10; Mk 16:1-8; Lk 24:10), serta dia juga disebutkan secara spesifik dan sendiri dalam penampakan Yesus. (lih. Mk 16:9; Jn 20:1-18). Tradisi mengidentifikasikan Maria Magdalena dengan perempuan berdosa yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak (lih. Lk 7:36-50). Maria Magdalena ini adalah juga Maria, saudara Lazarus dan Marta dari Betania: yang dipuji oleh Yesus, yang memilih untuk bersimpuh diam di dekat kaki Yesus dan mendengarkan Yesus (lih. Lk 10:39-42). Dia menyaksikan kebangkitan Lazarus (lih. Yoh 11) dan juga adalah perempuan yang mengurapi kaki Yesus di Betania (lih. Yoh 12:3-8).

Dari latar belakang ini, kita dapat melihat bahwa Yesus memang mempunyai hubungan yang istimewa dengan Lazarus, Maria dan Marta. Itulah sebabnya, Maria dan Marta mengirimkan utusan bahwa orang yang Yesus kasihi – Lazarus – sedang sakit parah. Sungguh suatu pesan yang mempunyai konotasi suatu kepercayaan yang begitu besar. Pesan itu seolah-olah ingin mengatakan “Sudahlah cukup kalau Engkau mengetahui bahwa orang yang Engkau kasihi (Lazarus) sedang sakit. Dan kami percaya akan tindakan-Mu.” Dan dalam perikop ini juga ditegaskan bahwa Yesus memang mengasihi Maria, Marta dan Lazarus (ay.5)

Apakah kita juga mempunyai sikap yang percaya seperti Maria dan Marta, yang mempercayakan semua keputusan di tangan Yesus atau apakah kita mempunyai sikap yang memaksa bahwa Yesus harus melakukan apapun yang kita inginkan? Dalam hubungan yang berdasarkan kasih, maka sikap seperti Maria dan Marta inilah yang tepat, karena kasih senantiasa menginginkan yang baik bagi orang yang dikasihinya. Oleh sebab itu, kalau mereka percaya bahwa Yesus mengasihi mereka, maka juga percaya bahwa Yesus akan melakukan yang terbaik untuk Lazarus.

Akankah kita yang mungkin sedang berada di Betania atau rumah penderitaan dapat menemukan Yesus yang berada di Bathabara, yang menjadi rumah yang penuh kepercayaan? Sahabat-sahabat Yesus telah membuktikan bahwa menaruh kepercayaan kepada Yesus pada saat menderita tidaklah sia-sia. Bagaimana dengan anda?

b. (ayat 6-10) Kasih menanggung segalanya.


Namun, apa yang dilakukan oleh Kristus yang mengasihi Lazarus yang sedang sakit? Bukannya cepat-cepat datang ke rumah Lazarus di Betania, namun, Dia justru seolah-olah menunda kedatangan, dengan tinggal di daerah itu selama dua hari lamanya (ay.6). Setelah dua hari, baru Yesus mengatakan bahwa Dia ingin kembali ke Yudea. Kalau Yesus mengasihi Lazarus, mengapa Dia seolah-olah menunda? Jawabannya adalah agar para murid percaya (ay.15), agar Marta mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah (ay.27), supaya semua orang percaya kepada Yesus (45). Penundaan ini menjadi penting, karena Yesus ingin membuktikan bahwa Dia, yang adalah Allah benar-benar mampu membangkitkan Lazarus yang benar-benar telah mati. Kalau Yesus langsung datang, mungkin orang dapat memberikan argumentasi, bahwa Lazarus sebenarnya belum benar-benar mati. Namun, kalau telah empat hari (ay.39) Lazarus wafat dan telah mengeluarkan bau, maka tidak ada lagi orang yang dapat menyangkal bahwa Yesus membangkitkan orang yang telah mati. Dengan demikian, kemuliaan Allah dapat dinyatakan dengan sempurna (ay.40).

Selain ingin menyatakan kemuliaan Allah, Yesus yang mengasihi Lazarus tidak membiarkan orang yang dikasihi-Nya menderita. Oleh karena itu, Yesus mengatakan kepada para rasul “Mari kita kembali lagi ke Yudea.” (ay.7) Namun, para murid mengingatkan Yesus, bahwa sebelumnya orang-orang Yahudi telah hendak menangkap (lih. Yoh 10:39) dan melempari Yesus dengan batu (lih. Yoh 10:30). Mungkin para murid juga ketakutan, bahwa mereka juga akan ditangkap dan juga dilempari batu.

Dan kemudian Yesus meyakinkan para murid, bahwa yang terpenting adalah berjalan bersama Yesus. Mungkin dalam ketakutannya, para murid lupa bahwa Yesus adalah terang dunia, dan barang siapa mengikuti Yesus tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan akan mempunyai terang hidup. (lih. Jn 8:12) Selama seseorang berjalan dalam terang, atau lebih tepatnya bersama dengan Sang Terang, maka kakinya tidak akan terantuk (ay.9).

c. (ayat 11-16) Penderitaan mendatangkan kemuliaan

Setelah menyatakan niat-Nya untuk kembali ke Yudea, Yesus kemudian menjelaskan bahwa Dia bukan kembali ke Yerusalem, namun ingin pergi ke Betania. Yesus mengatakan bahwa Dia ingin membangunan Lazarus yang tertidur. Para murid tidak mengerti mengapa Yesus ingin membangunkan orang yang tertidur biasa (lih. ay12-13), sehingga Yesus mengatakannya dengan lebih jelas, bahwa Lazarus telah meninggal (ay.15). St. Agustinus menekankan bahwa memang benar bagi para murid – yang tidak bisa membangunkan orang mati – maka Lazarus adalah mati. Namun, bagi Yesus, yang sungguh Allah dan penguasa kehidupan, maka Lazarus hanyalah tertidur. Sebagian dari orang tertidur mempunyai mimpi buruk dan sebagian lagi mempunyai mimpi indah. Demikian juga pada saatnya kita meninggal, setiap orang tertidur dan dibangkitkan harus mempertanggungjawabkan apa yang diperbuatnya.


Yesus mengatakan “tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya” (ay.15). Hal ini sama saja dengan mengatakan kalau beberapa hari yang lalu aku hadir di rumah Lazarus, maka aku akan menyembuhkan orang yang sakit. Namun, karena waktu itu Aku tidak hadir dan Lazarus telah mati, maka Aku dapat membangkitkannya dari kematian. Dan peristiwa yang luar biasa ini menjadi salah satu bukti bahwa Yesus adalah sungguh Allah, yang berkuasa terhadap kematian. Kemudian, Tomas atau Didimus mengajak teman-temannya untuk bersedia mati bersama Yesus (ay.16). Kita juga dipanggil seperti Tomas, yang mau melakukan apa saja bersama Yesus. Dan kita mengingat apa yang dikatakan oleh Yesus: “Barangsiapa hendak mengikut Aku, maka ia harus menyangkal dirinya, memanggul salibnya dan mengikut Aku” (Mt 16:24).

d. (ayat 17-27): Yesus adalah kebangkitan dan hidup

Ketika Yesus tiba di kota Betania, maka Lazarus telah meninggal selama empat hari (ay.17). Mungkin satu hari diperlukan untuk menemukan Yesus, dan Yesus tinggal dua hari di seberang sungai Yordan (Bathabara), serta satu hari lagi perjalanan dari Bathabara ke Betania. Namun, yang jelas, Lazarus benar-benar telah meninggal. Dikatakan bahwa banyak orang Yahudi yang datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka. Dan dalam tradisi Yahudi, maka upacara kematian akan ada pemain musik dan orang-orang yang ramai menangis dengan keras dan bahkan mereka sering menggunakan orang yang pekerjaannya adalah menangis. Di tengah-tengah situasi inilah, Marta mendengar kedatangan Yesus dan dengan bergegas, Marta kemudian menemui Yesus (ay.20).

Marta menyatakan bahwa seandainya Yesus ada di situ, Lazarus pasti tidak akan mati, dan bahkan sekarangpun Allah akan memberikan segala sesuatu yang Yesus minta (ay.21). Dan Yesus menjawab “Saudaramu akan bangkit” (ay.22). Namun, jawaban Yesus dirasakan tidak terlalu tegas atau dapat mempunyai beberapa arti, karena Yesus tidak menyatakan kapan Lazarus akan dibangkitkan – apakah sekarang atau nanti. Kita juga sering mengalami hal seperti ini pada saat kita menuntut Yesus untuk memberikan jawaban yang jelas bagi kita, seperti: kapan, sekarang, nanti, bagaimana, dll. Namun Yesus tidak memberikan jawaban yang lengkap dalam menyatakan rencana-Nya. Dia akan memberikan jawaban tahap demi tahap sesuai dengan kondisi kehidupan kita. Pada saat kita menjalankan perintah-Nya, maka Dia kemudian akan memberikan pernyataan yang lain, sehingga lama-kelamaan kita masuk dalam kepenuhan rencana-Nya. Di sinilah perlunya iman, sehingga kita dapat percaya akan segala sesuatu yang Dia nyatakan, terutama dalam perintah-perintah-Nya, yang telah dinyatakan di dalam Kitab Suci maupun oleh Gereja Katolik.
Marta yang percaya akan kebangkitan badan, kemudian menjawab “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.“ (ay.24). Kemudian, Yesus mempertegas identitas-Nya, yaitu sebagai kebangkitan dan hidup. Yesus mengatakan “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Di ayat 25-26 ini, Yesus memberikan tiga pernyataan dan satu pertanyaan:

(a) Yesus adalah kebangkitan dan hidup. Berarti Dialah yang berkuasa untuk membangkitkan dan menghidupkan. Yesus bukan mengatakan bahwa Dia dapat membangkitkan, namun kebangkitan dihubungkan dengan Diri-Nya, di mana tanpa Diri-Nya maka tidak terjadi kebangkitan bagi semua orang. Katekismus Gereja Katolik (KGK, 994) menuliskan “Yesus menghubungkan iman akan kebangkitan itu dengan pribadi-Nya: “Akulah kebangkitan dan hidup” (Yoh 11:25). Pada hari kiamat Yesus sendiri akan membangkitkan mereka, yang percaya kepada-Nya (Bdk. Yoh 5:24-25; 6:40.) yang telah makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya (Bdk. Yoh 6:54.). Dalam kehidupan-Nya di dunia ini Yesus telah memberikan tanda dan jaminan untuk itu, waktu Ia membangkitkan beberapa orang mati (Bdk. Mrk 5:21-42; Luk 7:11-17; Yoh 11.) dan dengan demikian mengumumkan kebangkitan-Nya sendiri, tetapi yang termasuk dalam tatanan yang lain. Kejadian yang sangat khusus ini Ia bicarakan sebagai “tanda nabi Yunus” (Mat 12:39), tanda kanisah (Bdk. Yoh 2:19-22.): Ia mengumumkan bahwa Ia akan dibunuh, tetapi akan bangkit lagi pada hari ketiga (Bdk. Mrk 10:34.)

(b) Yang percaya akan hidup walaupun sudah mati. Pernyataan ini berkaitan erat dengan mukjizat yang akan dilakukan oleh Yesus, yaitu kepada Lazarus. Yesus menyatakan bahwa Lazarus yang telah percaya kepada-Nya akan dibangkitkan. Namun, pernyataan ini juga berhubungan dengan orang percaya yang telah mengalami kematian, karena semua orang percaya akan mendapatkan kehidupan abadi di dalam Kerajaan Sorga.

(c) Yang percaya dan hidup tidak akan mati untuk selamanya. Pernyataan ini berkaitan erat dengan Maria, Marta, para rasul dan orang-orang yang percaya kepada Kristus pada waktu itu. Mereka yang hidup dan percaya kepada Kristus tidak akan mati untuk selama-lamanya. Yesus bersabda, “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia… Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman… Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” (Yoh 6:51-58)

(d) Percayakah engkau? Setelah memberikan tiga pernyataan tersebut, maka Yesus bertanya kepada Marta dan juga kita semua, apakah kita percaya akan pernyataan Yesus? Dan sudah seharusnya kita mengikuti jawaban dari Marta “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” (ay.27). Dengan jawaban ini, maka iman Marta telah disempurnakan oleh Kristus. Dia yang tadinya mungkin hanya melihat Kristus sebagai orang yang mampu membuat mukjizat, sekarang dia percaya bahwa Kristus adalah Sang Mesias, Anak Allah, sumber dari segala kehidupan, karena Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup (lih. Yoh 14:6).

Tanya jawab antara Yesus dan Marta menggambarkan bahwa seseorang di dalam penderitaan sering mempertanyakan dengan akal budinya tentang penderitaannya. Dan penderitaannya hanya dapat diterimanya dengan penuh kepercayaan dan tidak putus pengharapan dengan mengaitkannya dengan Kristus. Hanya dengan berfokus pada Kristus yang terlebih dahulu menderita, maka kita akan mempunyai perspektif yang berbeda dalam menghadapi penderitaan. Penderitaan menjadi suatu cara untuk membuat seseorang dapat bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih. Rasul Paulus justru bermegah dalam kesengsaraannya, karena kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (lih. Rm 5:3-5)

e. (ayat 28-35) Tersungkur di depan kaki Yesus

Setelah Marta bertemu dengan Yesus dan dikuatkan imannya, maka dia kemudian pergi menemui Maria yang masih berada di dalam kampung. Maria berkata bahwa Sang Guru memanggil Marta (ay.28). Rasul Yohanes tidak mengatakan bagaimana dan kapan Yesus memanggil Maria. Namun, yang jelas, begitu Maria mendengar kabar sukacita itu, bahwa Sang Guru yang dinantikannya telah datang, maka dia bergegas menemui Yesus, yang masih berada di tempat perjumpaan-Nya dengan Marta (ay.30). Bisa dibayangkan betapa Maria merasakan suatu sukacita yang mendalam mendengar bahwa Sang Guru yang dinantikannya telah datang. Maka dengan kabar ini, Maria bangkit dan mendapatkan Yesus. Dan orang-orang Yahudi yang berada di sana yang sedang menghibur keluarga yang sedang bersedih, kemudian mengikuti Maria, karena berfikir bahwa Maria akan pergi ke makam Lazarus. Dan tanpa disadari, mereka nanti akan menjadi saksi-saksi akan mukjizat yang akan dilakukan oleh Kristus. Menurut adat Yahudi, makam biasanya terletak di luar kampung.


Dan ketika Maria melihat Yesus, dia tersungkur dan mengucapkan kata yang sama dengan apa yang diucapkan Marta “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” (ay.32). Karena Maria dan Marta adalah saudara yang mempunyai iman yang sama, kesedihan yang sama, maka mereka mengucapkan kata-kata yang sama. Namun, tidak seperti Marta, Maria tersungkur di depan kaki Yesus. Maria, yang dipenuhi dengan kesedihan dan sekaligus kegembiraan melihat Gurunya datang, dia tidak memperdulikan orang-orang di sekitarnya dan kemudian langsung tersungkur.
Dan melihat tangisan Maria dan orang-orang yang berada di sekitarnya, maka masygullah (RSV = deeply moved in spirit; KJV = groaned in the spirit) dan terharulah (RSV, KJV= troubled) hati Yesus. Ayat ini membuktikan bahwa Yesus juga mempunyai perasaan seperti manusia. Dia mengerti kesedihan dan kegalauan hati kita dalam derajat yang sempurna, karena Kristus adalah manusia yang sempurna. (lih. KGK, 472-473)
KGK, 472 Jiwa manusiawi ini, yang diterima Putera Allah, benar benar dilengkapi dengan kemampuan untuk mengetahui secara manusiawi. Kemampuan ini sebenarnya tidak mungkin tanpa batas: is bertindak dalam kondisi historis keberadaannya dalam ruang dan waktu. Karena itu, Putera Allah, ketika Ia menjadi manusia, hendak bertambah pula dalam kebijaksanaan dan usia dan rahmat” (Luk 2:52). Ia hendak menanyakan apa yang seorang manusia harus belajar dari pengalaman. Dan ini sesuai dengan kenyataan bahwa dengan sukarela Ia mengambil “rupa seorang hamba” (Flp 2:7).
KGK, 473 Tetapi pada waktu yang sama, dalam pengetahuan manusiawi yang sesungguhnya dari Putera Allah, nyata pula kehidupan ilahi pribadi-Nya. “Kodrat manusiawi Putera Allah mengenal dan menyatakan dalam diri-Nya bukan dari diri sendiri, melainkan berdasarkan hubungan-Nya dengan Sabda segala sesuatu, yang dimiliki Allah” (Maksimus Pengaku Iman, qu. dub. 66). Itu berlaku pada tempat pertama mengenai pengetahuan langsung dan batin, yang Putera Allah terjelma miliki tentang Bapa. Dalam pengetahuan manusiawi-Nya Putera juga menunjukkan pengetahuan ilahi tentang pikiran hati manusia yang rahasia.

Tergerak oleh belas kasihan, maka Yesus bertanya “Di manakah dia kamu baringkan?” (ay.34) Kristus bukannya tidak tahu di mana Lazarus dibaringkan, namun Dia bertanya untuk menarik perhatian mereka, iman dan pengharapan mereka. Dan mereka kemudian mengantar Yesus ke tempat penguburan Lazarus. Kemudian dikatakan Kristus menangis (wept) (ay.35). Kata menangis di sini menggunakan (Yun = dakrúō), yang sebenarnya berarti meneteskan air mata, tanpa perlu untuk mengeluarkan suara. Sedangkan Maria dan Marta menangis dengan menggunakan kata (Yun = klaíō) yang menjadi tangisan yang keras, jeritan, sebagai suatu reaksi akan kematian. Yesus hanya meneteskan air mata ketika sahabat-Nya meninggal, namun Yesus menangisi Yerusalem (Yun = klaíō), yang penuh dosa dan tidak mau bertobat (lih. Lk 19:41). Bukan kematian fisik yang membuat Yesus sampai menangis, namun dosa. Dosa inilah yang memang membawa penderitaan dan tetesan keringat darah, serta kematian Kristus. Namun, dengan kuasa-Nya, Kristus bangkit dan naik ke Sorga, dan memberikan rahmat demi rahmat kepada umat-Nya. Bagi Kristus, kematian fisik adalah sesuatu yang bersifat sementara, namun kematian spiritual adalah bersifat kekal, yang dapat memisahkan manusia dengan Tuhan untuk selamanya.

f. (ayat 36-38) – Banyak orang di luar Kristus tidak percaya.


Menyaksikan Yesus meneteskan air mata, maka orang-orang Yahudi berkata “
Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!” (ay.36) Mereka tahu bahwa Yesus mengasihi sahabat-sahabat-Nya, namun mereka tidak mempercayai bahwa Yesus dapat membangkitkan orang mati, sehingga mereka berkata “Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?” (ay.37) Mereka berkata “tidak sanggup” kepada Yesus. Inilah yang membedakan antara orang-orang yang menjadi sahabat Kristus dan orang-orang di luar Kristus. Sahabat-sahabat Kristus mempunyai kesempatan untuk mendengarkan Kristus, bertanya dan kemudian mendapatkan jawaban pasti dari Kristus, seperti pernyataan bahwa kematian Lazarus akan membawa kemuliaan Tuhan (ay.4) dan membuat banyak orang percaya (ay.15), serta pernyataan bahwa Kristus adalah kebangkitan dan hidup (ay.25).

Sama seperti umat Gereja Katolik, maka kita semua yang telah dibaptis dan disatukan dalam Tubuh Mistik Kristus mendapatkan suatu keistimewaan. Keistimewaan ini terletak pada kedekatan dengan Kristus dan Gereja yang didirikan-Nya, sehingga kebenaran dapat diterima dalam kepenuhannya. Hanya ada di dalam Gereja Katolik, Gereja yang didirikan Kristus, maka seseorang akan mendapatkan kebenaran yang penuh, cara yang penuh, sehingga dapat sampai kepada tujuan akhir, yaitu Sorga. Dengan kata lain, keanggotaan di dalam Gereja Katolik membuat kita mempunyai akses terhadap semua kepenuhan kebenaran yang dinyatakan oleh Kristus yang secara konsisten dan murni diwariskan oleh Gereja Katolik dari satu generasi ke generasi yang lain.

g. (ayat 39-45) – Kebangkitan dan pembebasan

Bagian ini menceritakan bagaimana Yesus membangkitkan Lazarus. Yang pertama kali dilakukan oleh Yesus adalah menyuruh mereka untuk mengangkat batu penutup makam. Menurut adat istiadat Yahudi, rakyat kebanyakan dan orang-orang miskin biasanya dikuburkan dalam kuburan umum (lih. Yer 26:23; 2Raj 23:6). Sedangkan orang-orang yang kaya biasanya dikuburkan di dalam gua (lih. Yes 22:16; Mt 27:60), yang kemudian ditutup dengan batu yang dilabur warna putih (lih. Mt 23:27). Dikatakan di ayat Mt 23:27 “
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” Untuk membangkitkan orang mati, maka tahap pertama yang dilakukan oleh Yesus adalah membuka penutup yang terlihat bersih dan memperlihatkan seluruh kejelekan dan seluruh kotoran yang mungkin ada di dalamnya. Cara ini adalah sama untuk membawa seseorang pada pertobatan. Seseorang harus membiarkan Kristus membuka hatinya, dan membawa seluruh apa yang ada di dalam kegelapan kepada terang, sehingga hal-hal buruk yang tidak terlihat jelas dapat terlihat sangat jelas. Kesadaran akan keburukan yang terpampang di depan mata, membuat seseorang menyadari dosa-dosanya dan memperoleh kesembuhan.
Marta yang tahu bahwa saudaranya telah meninggal selama empat hari, mengatakan bahwa saudaranya, Lazarus, telah mengeluarkan bau (ay.39). Demikian juga dengan dosa, semakin lama dipupuk, maka dia akan mengeluarkan bau busuk yang sulit hilang. Namun, untuk menghilangkan dosa tidak ada cara lain kecuali membawanya ke tempat terang, sehingga terjadi pertobatan. Pertobatan pertama atau perjalanan menuju ke tempat terang pertama adalah terjadi pada saat kita dibaptis, dimana rasul Paulus menegaskan bahwa barang siapa dibaptis, dia mati bersama Kristus dan kemudian bangkit bersama Kristus (lih. Rm 6:4). Pertobatan kedua atau perjalanan menuju terang yang kedua adalah terjadi secara terus menerus di dalam kehidupan umat beriman. Pertobatan ini dapat terjadi dalam Sakramen Tobat – untuk dosa-dosa berat – dan Sakramen Ekaristi dan doa-doa pribadi – untuk dosa-dosa ringan.
Kalau seseorang menolak untuk dibawa ke tempat terang, seperti pernyataan Marta, maka Kristus mengingatkan kepada kita semua “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” (ay.40). Atau dengan kata lain, Kristus telah mengatakan bahwa Dialah kebangkitan dan hidup, dan di dalam Dia tidak ada kegelapan, sehingga orang yang percaya kepadanya akan hidup dan tidak akan pernah berjalan dalam kegelapan. Jadi mengapa engkau meragukannya? Kadang mungkin cobaan yang dialami seseorang terlihat dan terasa terlalu berat, sehingga seseorang kurang percaya akan penyelenggaraan ilahi, melupakan bahwa Kristus lebih besar dari semua percobaan.

Setelah mereka mengangkat batu itu, maka Yesus menengadah ke langit dan berdoa, mengucap syukur dan mengatakan bahwa Bapa senantiasa mendengarkan Sang Putera. Dalam Trinitas, walaupun ada Tiga Pribadi, namun mereka mempunyai satu hakekat (essence), sehingga kehendak mereka adalah satu. Kita mengingat apa yang dikatakan oleh Yesus “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (lih. Yoh 4:34). Mengapa Yesus berdoa sebelum melakukan mukjizat? Dari ayat 42, maka kita melihat bahwa apapun yang dilakukan oleh Kristus adalah untuk memberikan instruksi kepada umat Allah.

Apa yang dilakukan oleh Yesus juga mengungkapkan bahwa doa memegang peranan penting untuk membawa seseorang yang telah mati terhadap dosa untuk menuju kepada terang atau pada pertobatan. Doa memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat mengubah kebiasaan buruk. Inilah yang terjadi pada pertobatan St. Agustinus. Dia telah mencoba berubah dengan kekuatan sendiri selama bertahun-tahun, namun tidak berhasil. Setelah dia mempunyai penyerahan kepada Tuhan, maka rahmat Tuhan menjadi berdayaguna (efficacious) dan dapat benar-benar membawa perubahan.

Setelah penyerahan di dalam doa, maka Yesus berseru dengan suara keras “Lazarus, kemarilah keluar!” (ay.43). Seruan keras dari Yesus, seolah-olah ingin mendobrak dan mengalahkan kematian, juga untuk mengalahkan kegelapan dosa, karena kematian adalah akibat dari dosa. St. Agustinus mengaitkan hal ini dengan Kristus yang mengalahkan dosa yang telah menjadi kebiasaan (habitual sin). St. Agustinus dalam bukunya “On the Sermon of the Lord on the Mount” mengatakan bahwa ada tiga perbedaan dosa: di hati, di perbuatan, dan di kebiasaan, sehingga mengakibatkan seolah-olah ada tiga kematian. Satu adalah di rumah, yaitu saat hati memberikan persetujuan akan keinginan; kedua, ketika keinginan tersebut dibawa keluar rumah atau dituruti dalam perbuatan; ketiga, ketika perbuatan dosa tersebut menjadi kebiasaan, sehingga seolah-olah menarik pendosa tersebut ke kubur dan sulit untuk melepaskan diri. Inilah sebabnya, Kristus juga membangkitkan tiga orang yang telah mati dengan perkataan yang berbeda-beda: (a) Talita Kum / Hai Anak, bangunlah! (Mrk 5:41; Luk 8:54); (b) Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah! (Luk 7:14); (c) Lazarus, kemarilah keluar! (Yoh 11:43). Diperlukan Kristus yang berseru dengan suaru keras atau diperlukan rahmat Allah yang luar biasa untuk dapat melepaskan kita dari dosa yang telah menjadi kebiasaan. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK, 1865. Dosa menciptakan kecondongan kepada dosa; pengulangan perbuatan-perbuatan jahat yang sama mengakibatkan kebiasaan buruk. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kecenderungan yang salah, menggelapkan hati nurani dan menghambat keputusan konkret mengenai yang baik dan yang buruk. Dosa cenderung terulang lagi dan diperkuat, namun ia tidak dapat menghancurkan seluruh perasaan moral.
KGK, 1866. Kebiasaan buruk dapat digolongkan menurut kebajikan yang merupakan lawannya, atau juga dapat dihubungkan dengan dosa-dosa pokok yang dibedakan dalam pengalaman Kristen menurut ajaran santo Yohanes Kasianus dan santo Gregorius Agung (Bdk. mor 31,45.). Mereka dinamakan dosa-dosa pokok, karena mengakibatkan dosa-dosa lain dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang lain. Dosa-dosa pokok adalah kesombongan, ketamakan, kedengkian, kemurkaan, percabulan, kerakusan, kelambanan, atau kejemuan [acedia]
.
Dan dosa-dosa pokok ini, yang telah menjadi kebiasaan harus dilawan dengan kebajikan, yang merupakan kebiasaan baik dari jiwa, sebagai contoh: a) kesombongan yang merupakan kesalahan menilai diri sendiri harus dilawan dengan kerendahan hati; b) ketidakmurnian yang merupakan penyimpangan keinginan-keinginan daging harus dilawan dengan kemurnian, dll.

Firman yang keluar dari mulut Allah tidak akan pernah kembali dengan sia-sia. Demikian juga, seruan lantang dari Yesus membuat Lazarus yang telah mati selama empat hari datang keluar dengan kaki dan tangan terikat oleh kain kafan dan muka tertutup dengan kain peluh (ay.44). Firman yang sama seharusnya memberikan kepada kita efek yang sama, yaitu membuat kita semua keluar dari kegelapan dosa dan kemudian terbebas dari dosa, sama seperti Yesus mengatakan “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.” (ay.44). Biarkan pendosa yang bertobat pergi atau mendapatkan kebebasan. Kebebasan ini hanya mungkin di dapat kalau seseorang memegang kebenaran, bahwa Yesus adalah Anak Allah yang sanggup membangkitkan dan memberikan kehidupan, sehingga orang yang percaya kepada-Nya akan hidup walaupun dia telah mati. Ini juga memberikan pengharapan baru kepada seluruh umat Allah, karena kita tidak akan pernah mati melainkan memperoleh hidup bahagia untuk selama-lamanya bersama dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga. Harapan baru yang membebaskan ini akan membantu banyak orang untuk percaya kepada Kristus, Sang Kebangkitan dan Hidup (ay.45)

V. Percaya dan mengikuti Kristus memberikan kehidupan yang kekal.


Dari perikop ini kita belajar bagaimana kita harus percaya kepada Kristus, Sang Kebangkitan dan Hidup, karena di dalam Kristus tidak ada kematian. Selama kita percaya kepada Kristus dan hidup menurut perintah-perintah-Nya, maka kita tidak akan hidup walaupun kita sudah mati, karena bagi Kristus, kematian bukanlah akhir dari segalanya, namun merupakan awal kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan yang memungkinkan kita melihat Allah muka dengan muka. Hanya dengan percaya kepada Kristus, maka orang yang hidup tidak akan mati dan yang mati akan tetap hidup. Kita yang tadinya hidup dalam kegelapan dan melalui pembaptisan telah dibawa oleh Kristus kepada terang, harus tetap hidup sebagai anak-anak terang (lih. Ef 5:8). Apa yang telah kita mulai dengan Roh, janganlah kita mengakhirinya di dalam daging (lih. Gal 3:3).


Catatan: Artikel ini dipakai untuk pendalaman Kitab Suci di Paroki Regina Caeli – Pantai Indah Kapuk, tanggal 6 April 2011.


CATATAN KAKI:
  1. Scott Hahn, Catholic Bible Dictionary (New York: Doubleday Religion, 2009), p.588-589 [↩]
ditulis oleh Stefanus Tay, www.katolisitas.org


Sabtu, 09 April 2011 Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

Sabtu, 09 April 2011
Hari Biasa Pekan IV Prapaskah
Sta. Kasilda; St. Thomas OFM, dkk: Demetrius, Petrus, dan Yakobus

"Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia" (Yoh 7:43)

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahapengasih, penolakan bangsa Israel terhadap Putra-Mu Kaujadikan lambang cinta kasih-Mu kepada kami. Kami mohon semoga hari ini hati kami terbuka dan bersedia menerima dan mendengarkan Kristus yang menjadi utusan-Mu yang sejati, serta berusaha hidup menyerupai dia, sebab Engkaulah Allah yang benar dan berkuasa selama-lamanya. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yeremia (11:18-20)

"Aku seperti anak domba jinak yang dibawa untuk disembelih."

Nabi berkata: Tuhan memberitahukan ancaman-ancaman yang dirancang orang terhadapku; maka aku mengetahuinya. Pada waktu itu Engkau, ya Tuhan, memperlihatkan ancaman mereka kepadaku. Dulunya aku seperti anak domba jinak yang dibawa untuk disembelih; aku tidak tahu bahwa mereka mengadakan persepakatan jahat terhadap aku dengan berkata, "Marilah kita binasakan pohon ini dengan buah-buahnya! Marilah kita melenyapkan dari negeri orang-orang yang hidup, sehingga namanya tidak diingat orang lagi!" Tetapi, Tuhan semesta alam, yang menghakimi dengan adil, yang menguji batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Ya Tuhan, Allahku, pada-Mu aku berlindung.
Ayat. (Mzm 7:2-3.9bc-10.11-12; R:2a)
1. Ya Tuhan, Allahku, pada-Mu aku berlindung; selamatkanlah aku dari semua orang yang mengejar aku, dan lepaskanlah aku, supaya jangan mereka seperti singa menerkam aku dan menyeret aku, dengan tidak ada yang melepaskan.
2. Hakimilah aku, Tuhan, apakah aku benar, dan apakah aku tulus ikhlas. Biarlah berakhir kejahatan orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang benar, Engkau, yang menguji hati dan batin orang, ya Allah yang adil.
3. Perisaiku adalah Allah, yang menyelamatkan orang-orang yang tulus hati; Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Orang yang mendengarkan firman Tuhan, dan menyimpannya dalam hati yang baik, akan menghasilkan buah dalam ketekunan.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (7:40-53)

"Apakah Engkau juga orang Galilea?"

Sekali peristiwa Yesus mengajar di Yerusalem. Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkata itu, berkata: "Dia ini benar-benar nabi yang akan datang." Yang lain berkata: "Ia ini Mesias." Tetapi yang lain lagi berkata: "Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal." Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia. Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani menyentuh-Nya. Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak membawa-Nya?" Jawab penjaga-penjaga itu: "Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!" Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: "Adakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!" Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka: "Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?" Jawab mereka: "Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea." Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya,
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.


Renungan

Menemui seseorang dengan pandangan dan pendekatan stereotip menghambat kita memperoleh makna terdalam setiap pertemuan. Kita membiarkan diri dipasung oleh praduga yang belum dibuktikan. Kita terhalang melihat apa yang harus kita lihat, menemukan apa yang mesti ditemukan.

Penampilan fisik orang tentu dapat berpengaruh. Informasi dan pengalaman yang terlalu singkat sangat ikut membatasi. Jangan pernah mengambil kesimpulan atau keputusan secara tergesa-gesa. Daerah asal dan kelompok, tidak sendirinya membuat orang otomatis jitu atau loyo. Lihat, dengar, dan cermati, baru ambil kesimpulan. Penilaian kita mestilah kita ambil berdasarkan pengamatan dan kedalaman jiwa.

Jangan-jangan sesungguhnya yang salah adalah kita. Jangan pernah membiarkan prasangka menguasai diri. Faktalah yang mesti kita kaji dan kedalaman yang mesti kita temukan.

Tuhan, berilah aku semangat dan keberanian berubah agar semakin melihat kebaikan-Mu dalam diri orang lain dan dalam diriku. Amin.

Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian.

Lazarus - Yang Mahakuasa Menolong!

Minggu, 10 April 2011
Hari Minggu Prapaskah V

LAZARUS - "YANG MAHAKUASA MENOLONG!"

Rekan-rekan yang baik!

Kisah pembangkitan Lazarus (Yoh 11:1-45, Injil Minggu Prapaskah V tahun A) bisa membantu mengenali siapa Yesus yang akan dirayakan pada hari Paskah nanti. Kisah ini sederhana tapi sarat dengan makna. Yesus waktu itu sedang di seberang sungai Yordan, di luar wilayah Yudea, karena menyingkiri orang-orang yang mau merajamnya di wilayah Bait Allah (lihat Yoh 10:31). Dari Betania dekat Yerusalem datanglah kabar mengenai Lazarus yang sedang sakit. Orang ini saudara Maria dan Marta, kenalan baik dan murid Yesus dari kalangan yang lebih luas. Dua hari kemudian Yesus mengajak murid-muridnya ke Yudea, tentunya dalam perkiraan mereka, untuk melayat Lazarus. Kembali ke Yudea? Risiko! Tapi Yesus tetap mau ke sana. Tapi dia itu kan terang yang dibutuhkan agar orang tetap lurus berjalan, tanpa dia orang akan tersandung jatuh di kegelapan (ay. 9-10).

Iman kepercayaan tumbuh perlahan-lahan dan bersandar pada macam-macam hal yang tak terduga. Dalam kisah pembangkitan Lazarus ini kita akan belajar banyak dari orang-orang yang berperan dalam peristiwa itu: Marta, Maria, Lazarus, orang-orang Yahudi yang ada di situ, dan dari Yesus juga.

Sebelum itu mari kita tengok bacaan pertama (Yeh 37:12-14). Di situ disampaikan pengalaman batin Nabi Yehezkiel (lihat pula ayat 1-8) yang dibawa Roh Tuhan ke sebuah lembah yang dipenuhi tulang-tulang kering. Di sana ia ditanyai apakah tulang-tulang itu dapat hidup kembali. Nabi menjawab hanya Tuhan-lah yang tahu. Tuhan pun menegaskan Dia-lah yang memberi nafas - roh - hidup sehingga tulang-tulang itu hidup kembali. Maka Nabi disuruhNya bernubuat demikian. Yehezkiel pun melakukan perintah itu. Tulang-tulang itu melambangkan hidup umat yang mengering binasa. Tetapi kini Tuhan kehidupan sendiri datang memberi mereka RohNya sehingga mereka hidup kembali dan tinggal di negeri mereka. Ini terjadi agar diketahui benar-benar bahwa sabda dari Yang Mahakuasa jadi nyata. Dalam pengalaman batin sang nabi, jelas Tuhan sendirilah yang kini mendatangi umat yang mengering, menjadi tulang-tulang yang terserak-serak, tanpa kehidupan lagi. Tapi Roh-Nya akan memberi mereka urat, daging, kulit, dan nafas hidup. Hidup mereka akan seirama dengan Tuhan. Ini penglihatan batin sang nabi yang mengajak orang mengerti betapa Yang Mahakuasa tetap dapat dan bersedia berbagi nafas kehidupan dengan umat-Nya. Namun ada satu hal yang amat penting. Ini semua dinubuatkan atas perintah-Nya sendiri. Dan baru sungguh terjadi bila diterima dengan tulus. Itulah iman.

Dalam kisah Lazarus yang disampaikan Yohanes kali ini akan dapat diikuti bagaimana ketulusan iman seperti itu bertumbuh.

SAATNYA KE YUDEA

Ketika mendengar bahwa Yesus tiba di Betania, Marta pergi menyongsongnya. Terjadilah pembicaraan yang mengharukan (ay. 21-27). Marta percaya, bila Yesus ada di situ ketika Lazarus sedang sakit, pasti ia tidak akan mati. Tapi sayang ia ada di tempat lain. Memang Yesus masih menunggu dua hari di seberang Yordan setelah mendengar berita mengenai sakitnya Lazarus (ay. 6). Kasep!

Mengapa Yesus sengaja berlama-lama di seberang Yordan? Hendak membiarkan Lazarus mati dulu agar ia bisa bermukjizat? Penjelasan seperti ini tidak klop dengan akal sehat, juga tidak cocok dengan cara Yohanes menggambarkan Yesus. Di Kana dulu, kita ingat, ketika ibunya mengatakan persediaan anggur habis, Yesus malah menenangkannya (Yoh 2:4) dan mengatakan bahwa saatnya belum tiba. Kini ketika mendengar berita mengenai sakitnya Lazarus, Yesus menunggu saat yang tepat baginya. Kita boleh sedikit menengok ke depan: di kayu salib pada saat terakhir (Yoh 19:30) ia berseru: "Sudah tercapai!" harfiahnya "Sudah selesai!" dan ia menundukkan kepala dan menyerahkan nyawanya. Jelas, tinggal dua hari lebih lanjut di seberang Yordan itu untuk menanti saat yang tepat mengajak murid-murid ke Yudea. Terbayang pribadi orang bertindak sesuai dengan saat Yang Ilahi sendiri bertindak dan dengan demikian dapat menjadi tanda kehadiran-Nya di dunia ini. Penting disadari juga bahwa tujuan utama perjalanannya ialah "ke Yudea", bukan pertama-tama untuk mendatangi Lazarus yang akrab dengannya sekalipun. Dan arti ke Yudea jelas: menyongsong hari-hari ia ditolak, ditangkap, disalibkan, tapi juga dibangkitkan oleh Bapanya. Dalam rangka itulah Yesus pergi mendapati sahabatnya yang telah meninggal.

MARTA DAN MARIA

Baik Marta maupun Maria berkata bahwa seandainya Yesus ada di situ pastilah saudara mereka tidak mati (ay. 21 dan 32). Ini ungkapan kepercayaan yang tebal tanpa meremehkan perasaan menyesalkan kenapa kok dia tak ada di situ di saat-saat orang membutuhkannya.

Pendengar Injil kini boleh merasa siap ikut di dalam pembicaraan mereka. Tak ada yang meragukan bahwa Lazarus itu orang yang berjalan bersama dengan Yesus - sang terang sendiri. Lazarus orang yang dikasihi Yesus. Artinya, bukan sahabat akrab semata-mata. Bukan sisi itulah yang ditekankan. Orang yang dikasihi artinya dia yang rela menerima janji Yesus dan dengan demikian Yesus bertanggung jawab mengenai dia di hadapan Yang Mahakuasa, yakni Bapanya. Karena itu, Yesus mengatakan kepada Marta bahwa Lazarus akan bangkit (ay. 23). Yesus sendiri akan membawa hal ini ke hadapan BapaNya seperti dilakukannya nanti (ay. 41-42). Marta tidak segera menangkap. Yesus kembali menegaskan bahwa dia sendirilah kebangkitan (ay. 25). Baru dengan demikian Marta berani mempercayainya. Ia menegaskan (ay. 27) bahwa Yesus itu "Mesias, Anak Allah, dan dia yang akan datang ke dalam dunia." Maksudnya, dia itu orang yang diberi kuasa ilahi dan amat dekat dengan Allah sendiri, dan akan selalu hadir di antara manusia dengan segala suka dukanya. Tiga gelar itu mengungkapkan kesadaran akan siapa Yesus yang masih ada dalam ingatan orang beriman awal.

Arti nyata dari kata-kata Marta itu ditunjukkan kepada kita oleh Maria. Dalam ay. 32, Maria yang bertemu Yesus langsung bersujud di depan kakinya. Tindakan ini membadankan pernyataan Marta. Sujudnya Maria itu pengakuan bahwa Yesus itu dia yang diberi kuasa datang di tengah-tengah manusia di dunia ini dan menyertainya mendekat kepada Bapanya seperti Yesus sendiri dekat kepadaNya. Sekali lagi, pembaca diajak Yohanes memandangi kedua perempuan itu dan belajar dari mereka.

LAZARUS

Sudah empat hari Lazarus mati. Marta berkata, ia sudah membusuk (ay. 39). Terlambat untuk bangkit kembali! Tapi Yesus membuat Marta dan kita-kita ini ingat, bila kita percaya maka kita akan melihat kemuliaan Allah (ay. 40). Maksudnya, bila Marta atau siapa saja mau memasrahkan urusan yang toh tidak dapat kita tangani sendiri kepada dia yang diberi kuasa ilahi, kebesaran ilahi akan bisa dialami, entah apa bentuknya. Akhir peristiwa ini dapat diikuti dari Injil sendiri. Lazarus dipanggil keluar. Bahkan orang yang sudah mati empat hari dan membusuk itu masih taat kepada dia yang mendapat kuasa ilahi (Mesias) untuk membawa ke dekat kehadiran ilahi, yakni dirinya sendiri (Anak Allah) dan mendatangi dunia yang gelap di dalam kubur tadi. Maklum, dalam Injil Yohanes pengertian "dunia" dipakai dalam arti tempat gelap yang butuh diterangi kehadiran ilahi.

Orang yang sudah mati pun menaati kata-katanya! Peristiwa ini hebat. Tetapi makin didalami makin tak perlu membuat heran. Lazarus kan orang yang dikasihi, artinya, orang yang telah berjanji mau pasrah kepadanya dan menerima janji akan dilindungi. Orang seperti itu selalu dan tetap mendengarkan dia yang bersabda, tidak akan terhalang apapun, juga tidak oleh kematian. Inilah kenyataan yang tak kasat mata jasmani dan tak tecerna pikiran tapi bisa dicerap indra batin dan kepekaan iman. Yohanes juga mengajak kita belajar dari Lazarus si orang mati itu. Kematian tidak menutup pendengarannya bagi sabda ilahi.

Seperti Marta dan Maria, Lazarus pun mengungkapkan kepercayaan kepada Yesus dengan caranya sendiri: ia berjalan keluar dari kubur, menembus tabir maut, mendekat kepada dia yang memanggilnya. Dan ia pun kembali berada di tengah-tengah orang hidup.

Nama "Lazarus" berasal dari nama Ibrani yang bentuk utuhnya ialah Eliezer, El artinya Tuhan Allah, dan 'ezer ialah pertolongan; jadi nama itu mau mengatakan bahwa dari Tuhan Allah-lah datang pertolongan karena Dia sendirilah menolong orang-orangnya.

YESUS

Ketika melihat Maria menangis dan ratapan orang-orang yang ada di situ, Yesus jadi sedih hatinya dan sangat terharu (ay. 33). Ungkapan-ungkapan ini amat manusiawi. Termasuk juga rasa frustrasi, marah, karena merasa tak bisa langsung berbuat sesuatu. Yohanes menyelami yang dirasakan Yesus dan mengungkapkannya kembali bagi kita. Yesus bukan manusia yang di atas perasaan dan bisa membuat mukjizat begitu saja. Waktu itu ia betul-betul merasa tak berdaya menolong orang-orang yang mempercayainya. Karena itu ia pilu, geram, apa sajalah yang keluar dari lubuk hati ketika melihat orang menderita tanpa bisa berbuat banyak. Hanya bisa ikut merasakan kepedihan. Bahkan pada ay. 35 Yohanes menyebut Yesus menangis. Orang-orang Yahudi melihat dan bersimpati (ay 36-37) tapi juga menyangsikan apakah ia yang beberapa waktu sebelumnya bisa membuka mata orang buta kini akan dapat berbuat sesuatu. Memang Yesus merasa tidak dapat berbuat banyak. Dengan perasaan campur aduk ia cuma mau mendekat melihat sahabat yang sudah mendahului itu.

Di depan kubur orang yang telah menaruh kepercayaan kepadanya itu ia berseru kepada Bapa yang mengutusnya ke dunia. Ia memandang ke atas (ay. 41) dan mengucap doa syukur kepada Bapanya bahwa ada orang masih mau percaya bahwa ia sungguh utusan-Nya (ay. 41b-42). Kemudian ia berseru keras-keras memanggil keluar Lazarus - memanggil "Lazarus". (Nama Lazarus berasal dari nama Ibrani yang bentuk utuhnya ialah Eliezer, El artinya Tuhan Allah, dan 'ezer ialah pertolongan; jadi nama itu mau mengatakan bahwa dari Tuhan Allah-lah datang pertolongan karena Dia sendirilah menolong orang-orangnya.) Seruan itu dua arahnya: pertama, seruan kepada Lazarus agar keluar dari tempat orang mati dan kedua, seruan kepada Allah sendiri yang menolong itu. Diseru oleh orang yang diberi-Nya sendiri kuasa, maka Allah tidak tinggal diam. Pembaca boleh bolak balik mendalami dua arah seruan ini dan merasa-rasakan daya yang menggumpal di dalam kata-kata Injil itu. Pada akhir petikan hari ini disebutkan, banyak orang yang menyaksikan peristiwa itu menjadi percaya. Itulah hikmat Injil.

BETUL TERJADI BEGITU? DUA JAWABAN

Pertanyaan seperti ini tak jarang muncul dalam benak. Betulkah Yesus berkuasa menghidupkan kembali mayat Lazarus? Ada dua macam jawaban.

Jawaban pertama: Ya tentu begitu, kan ini Injil, ini kan sabdanya Kitab Suci. Tapi jawaban ini sebetulnya menutup segala pembicaraan. Tak bisa ada diskusi lagi. Kitab Suci dan Injil malah jadi kurang menarik.

Jawaban kedua: Nanti, nanti dulu, soal apa begitu kejadiannya belum tentu perkara yang mau diceritakan. Yang hendak dikisahkan ialah besarnya iman orang-orang yang mempercayai Yesus, bukan terutama kekuaaran Yesus menghidupkan orang mati. Bila begini maka kisah Lazarus bisa menjadi kisah bagi siapa saja. Kita bisa membicarakan kepercayaan kita akan Yesus dengan orang-orang yang ada dalam kisah itu. Dengan mudid-muridnya, dengan Maria dan Marta, dengan Lazarus sendiri, dan akhirnya dengan Yesus yang ditampilkan Yohanes penginjil sendiri.

Salam hangat,
A. Gianto

Kesaksian Kitab Suci tentang Pewahyuan Allah

Kitab Suci menjadi pewartaan dan penerusan wahyu secara tertulis. Kitab Suci menjadi ungkapan iman umat beriman. Allah yang mewahyukan diri ditanggapi oleh umat beriman di dalam bentuk tulisan. Jadi isi Kitab Suci adalah pergulatan iman umat beriman dalam usaha menanggapi wahyu Allah. Dalam Kitab Suci dapat dilihat Wahyu Allah yang ingin menyelamatkan manusia, yang sudah dimulai sejak Perjanjian Lama dan wahyu Allah itu berpuncak dalam diri Yesus yang tertuang dalam Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama diungkapkan pergulatan iman Bangsa Israel sebagai umat pilihan yang menjadi jalan rencana keselamatan Allah. Dalam Perjanjian Baru diungkapkan pergulatan iman Gereja Perdana dalam menanggapi Sang Wahyu itu sendiri, yaitu Yesus Kristus. Bangsa Israel dan Gereja Perdana menjadi saksi akan karya keselamatan Allah. Kesaksian inilah yang diungkapkan dalam Kitab Suci. Oleh karena itu, dapat dikatakan Kitab Suci adalah kitab kesaksian akan kasih Allah yang ingin menyelamatkan umat manusia.

Yang menjadi kekhasan dari Kitab Suci adalah Sabda Allah sendiri. Kitab Suci disebut sebagai Sabda Allah karena ada unsur inspirasi ilahinya. Namun hal ini tidak dapat dipahami sebagai Allah sendiri yang menulis Kitab Suci atau Allah yang mendiktekan kepada penulis. Dengan bantuan Roh Kudus (DV, art. 11), Allah memberikan ilham kepada penulis Kitab Suci, sehingga penulisan Kitab Suci menjadi sungguh-sungguh penulisan Sabda Allah sendiri, bukan pikiran penulis sendiri. Oleh karena itu Kitab Suci juga dijamin kebenarannya, tidak dapat sesat, karena dijamin oleh inspirasi ilahi. Kitab Suci menjadi wahyu Allah yang tertulis, agar ada dasar tertulis yang bisa menjadi dasar dan tiang iman umat beriman. Pengalaman Para Rasul ketika bersama Yesus diabadikan oleh Gereja Perdana dalam Perjanjian Baru sehingga bisa menjadi dasar pula bagi perkembangan Tradisi selanjutnya. Kitab suci merupakan jalan masuk untuk sampai kepada wahyu asali. Kitab Suci menjadi dasar dan sumber bagi perkembangan tradisi.

Jumat, 08 April 2011 Hari Biasa Pekan IV Prapaskah, Hari Pantang

Jumat, 08 April 2011
Hari Biasa Pekan IV Prapaskah, Hari Pantang

Menjadi seorang Kristen berarti mengatakan ‘ya’ kepada Yesus Kristus. Hal itu mencakup penyerahan diri kepada Firman Tuhan dan ketergantungan kepada Firman-Nya, dan usaha untuk mencapai pengertian yang lebih baik dan mendalam akan arti dari Firman ini. - Paus Yohanes Paulus II

Doa Renungan

Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah tanda dan pribadi yang mengenal Allah secara unggul dan benar. Bantulah kami mengenal kehadiran-Mu dalam diri kami sendiri maupun dalam diri sesama dan lingkungan hidup kami. Semoga hari ini kami juga dapat menjadi tanda kehadiran-Mu yang nyata dalam perjumpaan kami dengan saudara-saudari kami. Sebab Engkaulah Tuhan, Pengantara kami. Amin.

Kitab Kebijaksanaan ditulis pada waktu yang sangat dekat dengan zaman Yesus, mungkin hanya 50 tahun sebelum Kristus. Kitab itu menghadirkan kepada kita keseluruhan sejarah hubungan manusia dengan sesamanya. Kejahatan membutakan mata banyak orang. Itulah sebabnya mereka tidak mampu memahami rahasia-rahasia Allah dan tidak yakin akan ganjaran kesucian.

Pembacaan dari Kitab Kebijaksanaan (2:1a.12-22)

"Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati yang keji terhadapnya."

Orang-orang fasik berkata satu sama lain, karena angan-angannya tidak tepat "Marilah kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita iamenjadi gangguan serta menentang pekerjaan kita. Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkannya kepada kita, dan kepada kita dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita. Ia membanggakan mempunyai pengetahuan tentang Allah, dan menyebut dirinya anak Tuhan. Bagi kita ia merupakan celaan atas anggapan kita, hanya melihat dia saja sudah berat rasanya bagi kita. Sebab hidupnya sungguh berlainan dari kehidupan orang lain, dan lain dari lainlah langkah lakunya. Kita dianggap olehnya sebagai orang yang tidak sejati, dan langkah laku kita dijauhinya seolah-olah najis adanya. Akhir hidup orang benar dipujinya bahagia, dan ia bermegah-megah bahwa bapanya ialah Allah. Coba kita lihat apakah perkataannya benar dan ujilah apa yang terjadi waktu ia berpulang. Jika orang yang benar itu sungguh anak Allah, niscaya Ia akan menolong dia serta melepaskannya dari tangan para lawannya. Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji kesabaran hatinya. Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati keji terhadapnya, sebab menurut katanya ia pasti mendapat pertolongan." Demikianlah mereka berangan-angan, tapi mereka sesat, karena telah dibutakan oleh kejahatan mereka. Maka mereka tidak tahu akan rahasia-rahasia Allah, tidak yakin akan ganjaran kesucian, dan tidak menghargakan kemuliaan bagi jiwa yang murni.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati.
Ayat. (Mzm 34:17-18.19-20.21.23)
1. Wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan akan mereka dari muka bumi. Apabila orang benar itu berseru-seru, Tuhan mendengarkan; dari segala kesesakannya mereka Ia lepaskan.
2. Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar memang banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu.
3. Ia melindungi segala tulangnya, tidak satu pun yang patah. Tuhan membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya, dan semua orang yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. (bdk. Mat 4:4)
Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.

Orang-orang Galilea mulai menyadari bahwa Yesus akan dibunuh. Tidak sedikit suara yang terdengar, "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh?" Tetapi Yesus menghadapi semuanya tanpa takut. Dan ketika berbicara di Bait Allah, Ia menantang mereka yang mau membunuh-Nya. Ia berani mewartakan kebenaran bahwa Ia datang atas nama Bapa-Nya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (7:1-2.10.25-30)

"Orang-orang Farisi berusaha menangkap Yesus, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba."

Yesus berjalan keliling Galilea, Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya." Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku." Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Dalam diri setiap manusia, Allah menganugerahkan hidup yang penuh rahasia. Allah sendiri menjaga hidup yang demikian dari menit ke menit. Tidak ada saat hidup kita yang lepas dari perhatian-Nya. Dan rahasia itu bukan untuk diterangkan, tetapi untuk dihidupi.

Kita mengalami pasang surut dalam kehidupan kita. Kadang kita merasa bosan dan kehilangan kekuatan untuk melanjutkan perjuangan. Ancaman yang mesti kita awaskan adalah keinginan campur tangan dari pihak mana pun secara salah dalam kehidupan kita dan orang lain.

Yesus mengingatkan kita bahwa Allah adalah asal dan tujuan hidup. Dialah yang memutuskan seperti apa akhir hidup kita. Kita dipanggil untuk mengisinya sebaik-baiknya dan bergerak terus sampai Dia sendiri mengatakan cukup.

Tuhan, berilah Roh Kebijaksanaan sejati dalam diriku sehingga aku semakin mencintai dan hidup di dalam Engkau. Amin.

R U A H & Ziarah Batin 2011, Renungan dan Catatan Harian

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy