| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 11 Oktober 2009 :: Hari Minggu Biasa XXVIII

Minggu, 11 Oktober 2009
Hari Minggu Biasa XXVIII

"Juallah apa yang kaumiliki, lalu ikutlah Aku!"


Doa Renungan


Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal bagi orang yang mencintai-Mu dalam diri sesamanya, iman dan pengabdian adalah harta yang tak ternilai. Kami mohon ajarilah kami untuk bersikap wajar dan benar terhadap hal-hal duniawi yang kami temui dalam peziarahan kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Kebijaksanaan (7:7-11)

"Dibandingkan dengan roh kebijaksanaan, kekayaan kuanggap bukan apa-apa."

Aku berdoa, dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku.Dialah yang lebih kuutamakan dari pada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa.Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya. Ia kukasihi lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia dari pada cahaya, sebab kilau dari padanya tidak kunjung hentinya. Namun demikian besertanya datang pula kepadaku segala harta milik, dan kekayaan tak tepermanai ada di tangannya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 846
Ref. Tuhan memberkati umat-Nya dengan damai sejahtera
Ayat. (Mzm 90:12-13.14-15.16-17)

1. Ajarlah kami menghitung hari-hari kami, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kembalilah, ya Tuhan! Berapa lama lagi? Dan sayangilah hamba-hamba-Mu!
2. Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat. Buatlah sukacita kami seimbang dengan dukacita di masa lalu, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka.
3. Biarlah hamba-hamba-Mu menyaksikan perbuatan-Mu, biarlah anak-anak mereka menyaksikan semarak-Mu. Kiranya kemurahan Tuhan melimpah atas bumi! Teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah!

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani (4:12-13)

"Firman Allah sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."

Saudara-saudara, firman Allah itu hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawaban.
Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 961
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat.
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (10:17-27)

"Juallah apa yang kaumiliki, lalu ikutlah Aku!"

Pada suatu hari Yesus berangkat meneruskan perjalanan-Nya. Maka datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!" Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami


Renungan


SIKAP BERAGAMA DAN KEROHANIAN SEJATI


Bacaan Injil Minggu Biasa XXVIII tahun B ini (Mrk 10:17-30) memuat pernyataan Yesus bahwa lebih mudah bagi seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah (ay. 25; lihat pula Mat 19:23-24 Luk 18:25). Murid-murid bereaksi, bila begitu, siapa yang bakal selamat? Menanggapi persoalan ini, Yesus mengemukakan memang tak mungkin bagi manusia, namun bukan demikian bagi Allah; bagiNya semuanya bisa terjadi. Apa artinya pembicaraan itu dan apa wartanya bagi kita sekarang?

SIKAP BERAGAMA DAN KEROHANIAN SEJATI?


Ada orang yang datang dan bertanya kepada Yesus, apa yang mesti diperbuat supaya mendapatkan hidup kekal (Mrk 10:17). Yesus merujuk kepada perintah-perintah agama (ay. 19). Tetapi setelah orang itu berkata bahwa semua sudah dijalankannya (Mrk ay. 20), Yesus mengajaknya melangkah lebih jauh. Disarankannya kepada orang itu untuk mengamalkan kekayaannya bagi kaum papa lalu mengikutinya (ay. 21).

Keinginan orang itu untuk memperoleh hidup kekal dihadapkan Yesus dengan cita-cita untuk mencapai kesempurnaan. Hidup kekal belum bisa disebut kesempurnaan. Dalam bacaan ini juga menjadi jelas bahwa kesempurnaan mustahil dicapai oleh manusia dengan upaya sendiri. Kesempurnaan itu karya Allah bagi manusia. Murid-murid salah paham. Mereka mengira kesempurnaan itu dituntut agar orang selamat, maka mereka bertanya-tanya siapa bakal bisa diselamatkan. Dalam ay. 27 Yesus membantu mereka agar mengerti duduk perkaranya: kesempurnaan itu bukan urusan manusia, melainkan karya Allah di dalam diri manusia.

Dalam hubungan ini baik dipikirkan perbedaan antara "sikap beragama" dan "kerohanian". Meskipun berpautan, kedua-duanya tidak sama. Sikap beragama yang tulus dapat membawa ke hidup kekal dan membukakan dimensi keramat dalam kehidupan, tetapi belum membawa orang betul-betul merasakan nikmat dan hikmatnya Yang Keramat. Dia sendirilah yang bakal membawa orang kepadanya. Tak sedikit orang yang kini merasa jenuh dengan "sikap beragama" dan menginginkan masuk ke dalam "kerohanian". Injil Minggu ini mengutarakan perbedaan di antara keduanya. Paradigma "sikap beragama" bisa panjang, misalnya: menggereja, berkomunitas, membudayakan agama, agamaist. Lalu apa paradigma "kerohanian"? Kita tahu ada, tapi apa ujudnya, Dia sendirilah yang lebih mengetahuinya! Kerohanian sejati luput dari perencanaan justru karena tidak bisa diagendakan. Dan sia-sialah upaya untuk itu.

JALAN SAMA TUJUAN BERBEDA?


Tanggapan Yesus dalam Mrk 10:27 sebenarnya tidak langsung diarahkan kepada para murid ("Siapa bakal selamat?"). Mereka sibuk dengan pemikiran mereka sendiri mengenai keselamatan yang kini justru digoyah Yesus. Mungkin mereka berpendapat bahwa keselamatan itu ialah mengalami "syalom" atau "kedamaian" seperti sering dikuliahkan dalam traktat teologi keselamatan. Teologi keselamatan seperti ini sebenarnya lebih termasuk paradigma "sikap beragama", dan tidak berada di kawasan "kerohanian". Akibatnya, cepat atau lambat orang merasa macet, jemu, tak mendapat inspirasi. Penawarnya ialah teologi keselamatan yang lebih memberi ruang gerak pada Allah yang bertindak menolong orang-orang yang butuh pertolonganNya. Itulah citra Allah dalam Perjanjian Lama. Itu juga citra Anak Manusia dalam Perjanjian Baru yang dinanti-nantikan orang banyak: menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, memberi makan orang banyak, menghidupkan orang.

Mungkin ada yang berkata, karya-Nya ini toh bisa kita namai dengan abstraksi "karya keselamatan", begitu kan? Nah, di sinilah cobaan terbesar: menamai pengalaman rohani "ditolong Tuhan" dengan abstraksi yang universal mengenai keadaan damai/syalom. Teologi keselamatan seperti ini memang jelas penalarannya, tetapi kurang menggarap kerohanian.

Lalu manakah gagasan keselamatan yang lebih memberi ruang pada kerohanian? Boleh jadi Mazmur 15 dapat membantu. Mazmur itu mulai dengan pertanyaan siapa yang bakal diam di kemahMu ya Tuhan, siapa yang bakal tinggal di Gunung SuciMu? Bagi sang petapa dalam Mazmur itu, tinggal bersama Tuhan di kediamanNya ialah pengalaman rohani menikmati hikmatnya berada di dekat Allah. Pengalaman rohani ini tidak mudah diabstraksikan menjadi paham damai atau paham keselamatan begitu saja. Ayat-ayat selanjutnya menyebutkan macam-macam perilaku yang menjadi petunjuk jalan masuk ke kediaman Tuhan. Semuanya termasuk "sikap beragama" yang terarah menuju ke kesempurnaan rohani, yakni tinggal bersama Tuhan di kediamanNya. Demikianlah ditunjukkan kaitan antara sikap beragama dengan kerohanian sejati yang menjadi kesempurnaan hidup. Pertanyaan pada awal Mazmur 15 nadanya mirip dengan pertanyaan orang kaya yang datang kepada Yesus dalam Mrk 10:17 walaupun titik tolaknya amat berbeda. Petapa dalam Mazmur itu ingin tahu bagaimana caranya agar orang bisa berada bersama dengan Tuhan karena inilah kepuasannya. Tetapi orang yang menemui Yesus tadi mencari kepastian bagaimana bisa menikmati hidup kekal. Baginya berada dengan Tuhan, "mengikuti Yesus" Mrk 10:21, bukan sumber kepuasannya! Anehnya, jalan yang ditempuh sang petapa dalam Mazmur 15 dan orang dalam Mrk 10:17-27 praktis sama. Bandingkan katalog perbuatan baik dalam Mzm 15 dan Mrk 10:19, tetapi tujuan akhirnya berbeda. Semua perbuatan baik itu termasuk kesungguhan beragama. Namun sikap ini dapat membawa orang ke dua arah yang amat berbeda satu sama lain. Yang satu ke kepuasan rohani ada bersama Tuhan, sedangkan yang lain ke kemuraman, ke rasa pilu karena tidak mampu mengikuti Tuhan. Ini kendala hidup beragama yang mendua arah tujuannya. Maka tak heran bila murid-murid Yesus bingung. Jawaban Yesus tidak melanjut-lanjutkan kebingungan mereka, melainkan membawa mereka menyadari karya Tuhan sendiri.

UNTA MASUK LUBANG JARUM?


Ada beberapa hal dalam Mrk 10:17-30 yang sulit dimengerti. Banyak pembicaraan mengenai ay. 25 yang menyebut-nyebut "unta" dan "lubang jarum". Tak sedikit ahli tafsir yang menjelaskan pernyataan itu secara rasional dengan mengatakan bahwa kata "unta", Yunaninya "kamelos", tertulis di situ sebagai akibat salah dengar kata "kamilos", yang artinya tali, kabel, seperti tali jemuran. Tentu saja bila dimengerti sebagai tali, ucapan Yesus akan terasa kurang aneh. Lebih mudah dimengerti bila perkaranya ialah memasukkan tali ke lubang pada tiang tambatan perahu., yang diibaratkan lubang jarum. Orang bisa juga ingat bahwa ada kata Arab "jumal" yang berarti tali penambat perahu, ada kesamaan dengan kata Arab lain, "jamal", yakni unta. Bisa diduga-duga Aramnya Yesus dulu berbunyi seperti kata-kata itu karena memang bahasa-bahasa itu serumpun. Tafsir seperti ini juga agak mengurangi keanehan Mat 23:24 yang mengecam kaum Farisi yang teliti menyaring uget-uget bila mau minum air, tetapi suka menelan unta mentah-mentah! Jadi apa tidak lebih baik diartikan saja sebagai menelan potongan-potongan tali yang entah bagaimana ada di dalam air minum. Memang lucu, tapi kurang aneh daripada menelan unta mentah-mentah. Tetapi naskah-naskah tua Perjanjian Baru yang tepercaya tidak menopang dugaan bahwa pernah ada salah dengar dan salah tulis "kamilos" (tali) menjadi "kamelos" (unta) tadi. Penjelasan filologis seperti ini sebetulnya temuan para orientalis dari abad-abad silam yang diikuti begitu saja oleh para penafsir. Lalu bagaimana tafsiran yang mengena? Tak ada jeleknya menerima teks seperti adanya. Tak perlu kita berusaha menyulap unta menjadi tali perahu atau tali apa saja, lebih-lebih jangan biarkan diri hanyut oleh buaian argumen rasionalistis. Lebih baik pernyataan Yesus itu didengar sebagai kiasan untuk membuat orang makin menyadari duduk perkaranya. Artinya, jelas tak mungkin mereka itu masuk surga.) Yesus mau mengatakan betapa susahnya orang kaya masuk Kerajaan Allah. Kiasan ini juga menekankan kontras pada akhir petikan. Memang bagi manusia tak mungkin, tapi semua mungkin bagi Allah! Maksudnya, manusia tidak bisa dengan upaya sendiri ("sikap beragama" belaka) mencapai kesempurnaan, tapi bila yang membawanya ke sana itu Allah sendiri (menyadari gerak "kerohanian sejati"), tentu saja bisa terjadi. Tak usah kita mulai menuduh-nuduh siapa yang seperti orang kaya itu, juga tak perlu mencari-cari siapa yang orang miskin yang sungguhan atau yang kurang sungguhan. Yang penting kita bisa mengajak orang agar ikut bertanya seperti murid-murid yang tak habis pikir tadi. Bila ini tercapai, kita akan ikut membuat orang jadi peka akan pesan Injil, yakni insyafilah perbedaan antara "hidup beragama" dan "kerohanian sejati", yang pertama itu upaya manusia mendekat kepada Allah, yang lain kehadiran Allah dalam diri manusia.

MELIHAT VERSI MATIUS


Kaidah-kaidah moral yang disebut Yesus dalam Mrk 10:19 yakni jangan membunuh, jangan berzinah, dst. hingga hormatilah ayah dan ibumu muncul dalam Mat 19:19 dengan tambahan "dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Tambahan ini tidak ada dalam Luk 18:20. Gagasan "mengasihi sesama seperti diri sendiri" memang sering dijumpai dalam Alkitab, lihat antara lain Im 19:18 Mat 22:39 Mrk 12:31.33 Luk 10:27 Gal 5:14. Rm 13:9 Yak 2:8. Lazimnya gagasan itu dimengerti sebagai ajakan mengasihi sesama dengan cara seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Terngiang petuah emas Mat 7:12 "Apa yang kamu inginkan bagi dirimu, perbuatlah bagi orang lain!" Begitukah? Memang tak ada yang bakal menyangkal betapa mulianya ajakan ini. Persoalannya, kata-kata "seperti kamu sendiri" itu sebaiknya dipahami sebagai pelengkap "mengasihi" atau pelengkap "sesamamu". Bila dikenakan kepada "mengasihi", maka kita diajak untuk mengasihi orang lain dengan cara seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Tetapi bila dikenakan kepada "sesamamu", maka kita diharap mengasihi sesama yang nasibnya kayak kita-kita ini. Dengan kata lain, kita diminta agar solider dengan orang lain, agar peduli terhadap orang lain yang senasib.

Mana tafsir yang jitu? Menurut cara bicara Ibrani atau Aram (dan Yunani Perjanjian Baru), "kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri" seyogianya dimengerti sebagai ajakan agar kita mengasihi sesama yang kayak kita-kita ini juga, dengan segala kendala hidup dan hasrat dan cita-cita yang ada, bukan agar kita memperlakukan orang lain dengan cara seperti kita memperlakukan diri kita sendiri. Dalam bahasa-bahasa itu, mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita akan diutarakan dengan mengulang kata "mengasihi". Cara berungkap seperti ditemui dalam Yoh 15:12 "Inilah perintahku, yaitu supaya kamu saling mengasihi seperti aku mengasihi kamu". Jika "kasihilah sesama seperti dirimu sendiri" mau diartikan sebagai "kasihi sesama seperti halnya kamu mengasihi dirimu sendiri", maka "mengasihi" akan diulang pula. Tambahan dalam Mat 19:19 itu justru dapat memberi ulasan lebih jauh mengenai serangkai hukum yang menjamin hidup kekal dalam Mrk 10:19. Serangkai hukum itu dipaparkan bukan sebagai kewajiban-kewajiban belaka, melainkan sebagai kepedulian yang mendalam terhadap orang lain yang senasib sepenanggungan, entah mereka itu ayah ibu, mitra bisnis, lawan beperkara, istri, atau pemilik barang-barang yang menggiurkan. Menumbuhkan kepedulian ini menjadi jalan ke hidup kekal.


Salam hangat,
A. Gianto

Sabtu, 10 Oktober 2009 :: Hari Biasa Pekan XXVII

Sabtu, 10 Oktober 2009
Hari Biasa Pekan XXVII

"Berbahagialah yang mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya."


Doa Renungan

Ya Yesus, terima kasih atas hari yang baru ini. Hari yang baru adalah harapan baru bagi kami. Bantulah kami agar kami dapat mengisi hari baru ini dengan mendengar dan memelihara sabda Allah yang Engkau sampaikan kepada kami, sehingga kami tidak terpisah dari pada-Mu. Sebab Engkaulah Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Nubuat Yoel (3:12-21)

"Ayunkanlah sabit, sebab sudah masaklah tuaian."

Hendaklah bangsa-bangsa bergerak dan maju ke lembah Yosafat, sebab di sana Aku akan duduk untuk menghakimi segala bangsa dari segenap penjuru. Ayunkanlah sabit, sebab sudah masaklah tuaian. Marilah, iriklah, sebab tempat anggur sudah penuh; tempat-tempat pemerasan sudah berkelimpahan. Sebab banyaklah kejahatan mereka! Banyak orang, banyak orang di lembah penentuan! Ya, sudah dekatlah hari Tuhan di lembah penentuan! Matahari dan bulan menjadi gelap, dan bintang-bintang kehilangan cahayanya. Tuhan mengaum dari Sion, dari Yerusalem Ia memperdengarkan suara-Nya, dan langit serta bumi pun bergoncang. Tetapi Tuhan adalah tempat perlindungan bagi umat-Nya, dan benteng bagi orang Israel. "Maka kalian akan mengetahui bahwa Aku, Tuhan, adalah Allahmu, yang tinggal di Sion, gunung-Ku yang kudus. Dan Yerusalem akan menjadi kudus, dan orang-orang luar takkan melintasinya lagi. Pada waktu itu akan terjadi bahwa gunung-gunung akan meniriskan anggur baru, bukit-bukit akan mengalirkan susu, dan segala sungai Yehuda akan mengalirkan air; mata air akan terbit dari rumah Tuhan dan akan membasahi lembah Sitim. Mesir akan menjadi sunyi sepi, dan Edom akan menjadi padang gurun tandus, oleh sebab kekerasan terhadap keturunan Yehuda, oleh karena mereka telah menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tanahnya. Tetapi Yehuda tetap didiami untuk selama-lamanya, dan Yerusalem turun-temurun. Aku akan membalas darah mereka yang belum Kubalas; Tuhan tetap diam di Sion."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Bersukacitalah dalam Tuhan, hai orang benar.
Ayat.
(Mzm 97:1-2.5-6.11-12)
1. Tuhan adalah Raja. Biarlah bumi bersorak-sorai, biarlah banyak pulau bersukacita!
2. Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan semesta alam. Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
3. Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. Bersukacitalah karena Tuhan, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Berbahagialah yang mendengarkan sabda Tuhan dan memeliharanya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:27-28)

"Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau!"

Pada suatu hari, ketika Yesus sedang berbicara kepada orang banyak, berserulah seorang wanita dari antara orang banyak itu, dan berkata kepada Yesus, "Berbahagialah ibu yang telah mengandung dan menyusui Engkau!" Tetapi Yesus bersabda, "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Setiap kita memiliki ukuran tersendiri tentang kebahagiaan. Bagi Yesus, kebahagiaan sejati hanya dialami bila kita mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya. Untuk bisa mendengarkan, kita perlu berhenti dan memusatkan diri pada pribadi lain yang ingin kita dengarkan. Misalnya, sering kali komunikasi lewat ponsel tidak berjalan lancar karena ketika telinga kita mendengarkan suara seseorang di ujung yang lain, mata kita melihat ke arah lain, atau tangan kita melakukan hal-hal lain. Untuk bisa bahagia, kita perlu belajar bagaimana harus sejenak berhenti, memusatkan perhatian, dan hanya dengan itu kita bisa sungguh-sungguh mendengarkan Tuhan.

Umat yang dipilih Tuhan bukanlah umat yang setia dan bisa diandalkan. Maka, jaminannya tidak terletak pada manusia, melainkan pada Tuhan semata. Tuhan tetap membela dan bertahan diam di Sion. Yehuda dan Yerusalem akan tetap terberkati. Sementara itu, bangsa-bangsa lain yang melawan umat-Nya akan mengalami penghakiman keras. Musuh justru akan sengsara. Tuhan tetap memilih kita menjadi milik kesayangan-Nya, justru karena Ia tahu bahwa kita sama sekali tidak bisa mengandalkan kekuatan sendiri.

Yesus, hanya di dalam Engkau ada kebahagiaan sejati. Aku sungguh bersyukur, karena Engkau berkenan memilihku menjadi milik-Mu. Amin.




Ziarah Batin 2009, Renungan dan Catatan Harian

Jumat, 09 Oktober 2009 :: Hari Biasa Pekan XXVII

Jumat, 09 Oktober 2009
Hari Biasa Pekan XXVII

Yesus mengusir setan dengan kekuatan Allah. Dalam diri Yesus, Kerajaan Allah hadir sepenuh kekuatan-Nya. Selama kita masih di dunia ini, kekuatan jahat masih tetap menguasai kita.


Doa Renungan


Allah Bapa di surga, Engkau telah mengutus Putra-Mu sendiri mendahului di jalan hidup kami. Kami mohon, perkenankanlah kami mengikuti Dia dengan kekuatan Roh-Mu, dan kumpulkanlah kami untuk selamanya di kedamaian damai-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Nubuat Yoel (1:13-15;2:1-2)

"Hari Tuhan yang gelap gulita dan kelam kabut."

Hai para imam, kenakanlah pakaian kabung dan mengeluhlah. Merataplah, hai para pelayan mezbah. Masuklah, bermalamlah dengan memakai kain kabung, hai para pelayan Allahku, sebab sudah lama di rumah Allahmu tiada kurban sajian dan kurban curahan. Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya. Kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah Tuhan Allahmu, dan berteriaklah kepada Tuhan. Wahai, hari itu! Sungguh, hari Tuhan sudah dekat, datangnya seperti hari pemusnahan dari Yang Mahakuasa. Tiuplah sangkakala di Sion dan berteriaklah di gunung-Ku yang kudus! Biarlah gemetar seluruh penduduk negeri, sebab hari Tuhan datang, sebab hari itu sudah dekat. Suatu hari gelap gulita dan kelam kabut, suatu hari berawan dan kelam pekat. Seperti fajar di atas gunung-gunung terbentanglah suatu bangsa yang besar dan kuat, yang serupa itu tidak pernah ada sejak purbakala, dan tidak akan ada lagi sesudah itu, turun-temurun, pada masa yang akan datang.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan menghakimi dunia dengan adil.
Ayat.
(Mzm 9:2-3.6.16.8-9)
1. Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, aku mau menceritakan perbuatan-Mu yang ajaib; aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi.
2. Engkau menghardik bangsa-bangsa, dan telah membinasakan orang-orang fasik; nama mereka telah Kauhapuskan untuk seterusnya dan selama-lamanya. Bangsa-bangsa terbenam dalam lubang yang dibuatnya, kakinya terperangkap dalam jaring yang dipasangnya sendiri.
3. Tetapi Tuhan bersemayam untuk selama-lamanya, takhta-Nya didirikan-Nya untuk menjalankan penghakiman. Dialah yang menghakimi dunia dengan keadilan dan mengadili bangsa-bangsa dengan kebenaran.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat.
Sekarang penguasa dunia ini dibuang ke luar, sabda Tuhan; dan bila Aku telah ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang kepada-Ku.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:15-26)

"Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka Kerajaan Allah sudah datang kepadamu."

Sekali peristiwa, setelah Yesus mengusir setan, ada beberapa orang yang berkata, "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, kepala setan." Ada pula yang mencobai Dia dan meminta tanda dari surga. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata, "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah, pasti binasa. Dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jika Iblis juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimana mungkin kerajaannya dapat bertahan? Sebab kalian berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusir setan? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan bersenjata lengkap menjaga rumahnya, amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat daripadanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Barangsiapa tidak bersama Aku, ia melawan Daku, dan barangsiapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia mengembara di tempat-tempat yang tandus mencari perhentian; dan karena tidak mendapatnya, ia berkata, 'Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu.' Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapih teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat daripadanya, dan mereka masuk dan tinggal di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk daripada keadaannya semula."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.


Renungan

“Bebaskanlah kami dari si jahat!”
Demikian sebenarnya kita terus memohon pada setiap akhir doa Bapa Kami. Si jahat itu sungguh ada. Namun, Yesus memiliki kuasa yang jauh lebih kuat. Langkah penting dalam menghadapi si jahat adalah dengan mengatakan bahwa yang jahat memang jahat. Kita sering takut sehingga apa yang sebenarnya jahat justru kita beri label yang lebih aman sebagai sesuatu yang “manusiawi”. Kita takut melawan si jahat secara langsung sehingga kita justru menjadi tidak berdaya ketika si jahat kembali menyerang. Lebih parah lagi, kita sering tidak mau menyadari bahwa kita sedang diserang habis-habisan.

Nabi Yoel mengingatkan bahwa Tuhan segera bertindak untuk memberikan peringatan keras. Sebuah “bangsa” belalang yang berjumlah besar akan menyerang wilayah bangsa Israel yang masih berkeras hati. Begitu banyaknya belalang itu sehingga akan ada kegelapan yang tersebar ke segala penjuru sebagaimana halnya fajar yang menjangkau tiap wilayah dengan sinarnya. Kerahiman Tuhan tidak pernah boleh membuat kita hidup seenaknya. Akan tiba saatnya kita harus memberikan pertanggungjawaban.

Doa: Yesus, aku mau berlindung dalam kuasa-Mu yang membebaskan. Usirlah kegelapan dalam diriku dengan terang-Mu. Amin.



Ziarah Batin 2009, Renungan dan Catatan Harian

Kams, 08 Oktober 2009 :: Hari Biasa Pekan XXVII

Kamis, 08 Oktober 2009
Hari Biasa Pekan XXVII

Pewartaan tentang Hari Tuhan ini tidak untuk menakut-nakuti orang beriman, tapi untuk menyadarkan bahwa penilaian Allah akan sangat menentukan kehidupan orang yang percaya pada-Nya.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Nubuat Maleakhi (3:13-20a)

"Hari Tuhan akan datang, menyala seperti api."

Tuhan bersabda kepada orang-orang fasik, "Bicaramu tentang Aku kurang ajar. Meskipun demikian kalian bertanya, 'Apakah yang kami bicarakan di antara kami tentang Engkau?' Kalian berkata, 'Sia-sialah beribadat kepada Allah! Apakah untungnya kita memelihara apa yang harus dilakukan terhadap Allah dan berjalan dengan pakaian berkabung di hadapan Tuhan semesta alam? Itulah sebabnya kita memuji bahagia orang-orang yang gegabah. Sebab mujurlah orang-orang yang berbuat jahat itu! Mereka mencobai Allah, namun luput juga.' Sebaiknya orang-orang yang takwa berbicara demikian, 'Tuhan memperhatikan dan mendengarkan kita; sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takwa kepada Tuhan dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya.' "Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri," sabda Tuhan semesta alam, "pada hari yang Kusiapkan. Aku akan mengasihani mereka sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia. Maka kalian akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang jahat, antara orang yang beribadat kepada Allah dan orang yang tidak beribadat kepada-Nya. Sesungguhnya hari itu akan datang, menyala seperti api. Maka semua orang gegabah dan orang fasik akan menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang akan datang itu," sabda Tuhan semesta alam. "Mereka akan habis sampai ke akar dan cabangnya. Tetapi kalian yang takwa, bagi kalian akan terbit surya kebenaran yang sayapnya membawa kesembuhan."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 841
Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan
Ayat.
(Mzm 1:1-2.3.4.6)
1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh; tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya.
2. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, dan daunnya tak pernah layu; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
3. Bukan demikianlah orang-orang fasik; mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Tuhan, bukalah hati kami, supaya kami memperhatikan sabda Anak-Mu.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:5-13)

"Mintalah, maka kalian akan diberi."

Pada waktu itu, sesudah mengajar para murid berdoa, Yesus bersabda kepada mereka, "Jika di antara kalian ada yang tengah malam pergi ke rumah seorang sahabat, dan berkata kepadanya, 'Saudara, pinjamilah aku tiga buah roti, sebab seorang sahabatku dalam perjalanan singgah di rumahku, dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya;' masakah ia yang di dalam rumah itu akan menjawab, 'Jangan mengganggu aku; pintu sudah tertutup, dan aku serta anak-anakku sudah tidur. Aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepadamu.' Aku berkata kepadamu: Sekali pun dia tidak mau bangun dan tidak mau memberikan sesuatu meskipun ia itu sahabatnya, namun karena sikap sahabatnya yang tidak malu-malu itu, pasti ia akan bangun dan memberikan apa yang dia perlukan. Oleh karena itu Aku berkata kepadamu, mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, akan menerima; setiap orang yang mencari, akan mendapat, dan setiap orang yang mengetuk, akan dibukakan pintu. Bapa manakah di antara kalian, yang memberi anaknya sebuah batu, kalau anak itu minta roti? Atau seekor ular, kalau anaknya minta ikan? Atau kalajengking, kalau yang diminta telur? Jika kalain yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu, betapa pula Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada siapa pun yang meminta kepada-Nya."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan


Kerapkali kita lupa atau tidak menyadari bahwa penyelenggara hidup adalah Allah sendiri, Deus Providebit. Kita tetap mengusahakannya, namun pemberi segala sesuatu termasuk hidup adalah Allah. Yesus pernah bersabda: "Tanpa Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa"; dan "Aku dan Bapa adalah satu." Kerja sama antara rahmat (Allah) dan kodrat (manusia) sangatlah penting. Orang tidak bisa hanya berpangku tangan lalu semuanya akan terjadi. Kisah penciptaan mengingatkan kepada kita akan Allah yang berkarya, bekerja: mencipta!

Usaha seorang bapa atau ibu keluarga yang digambarkan dalam Injil hari ini menunjukkan usaha yang tak kenal lelah dan malu. Untuk sesuatu yang penting dan mendesak, orang akan berusaha sekuat tenaga tanpa malu-malu (namun juga jangan sampai malu-maluin keluarga!). Maksudnya, bila meminjam "sesuatu" ke saudara atau tetangga, jangan lupa mengembalikan. Semoga tidak hanya mampu dan tidak malu meminjam, namun juga mampu untuk mengembalikan, dan malulah bila tidak mengembalikan. Jangan sampai orang yang meminjami mengingatkan kita yang meminjam.

Yesus bersabda: "Mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." Ketiga kata itu merupakan kata kerja. Hal ini menunjukkan bahwa kita memang harus berusaha. Kita harus berikhtiar, mencoba dulu sebelum menyerah. Bersama Yesus, usaha kita akan menjadi berkat. Berkat yang kita hasilkan bisa menjadi berkat juga bagi orang-orang yang menikmati. Semoga kita mampu bersyukur kepada Tuhan untuk pemberian apa pun yang kita terima setiap hari. Syukur menunjukkan terima kasih kita.


J. Kristanto, Pr.
Inspirasi Batin 2009

Pesan Paus Benediktus XVI Hari Minggu Misi Sedunia ke 83

Pesan Paus Benediktus XVI Hari Minggu Misi Sedunia ke 83  

“Bangsa-bangsa akan Berjalan di dalam Cahayanya " (Why 21: 24)

Saudara-Saudari Terkasih,

Pada hari Minggu ini, yang secara khusus dipersembahkan untuk karya misi, saya mengajak pertama-tama, saudara-saudaraku sekalian dalam pelayanan selaku uskup dan pastor, saudara dan saudari sekalian, umat Allah, untuk membangkitkan dalam diri kita kesadaran akan amanat misioner Kristus untuk “menjadikan semua bangsa murid-Nya” (Mat 28:19), dengan mengikuti jejak kaki Santo Paulus, Rasul Bangsa-bangsa agar “semua bangsa berjalan dalam cahaya-Nya” (Why 21:24).

Tujuan misi Gereja adalah menerangi semua umat manusia yang sedang mengarungi sejarah kehidupan menuju Allah di bawah panduan cahaya Injil sehingga di dalam Dia mereka menjadi penuh dan lengkap. Kita harus memelihara kerinduan dan hasrat untuk menerangi segala bangsa dengan terang Kristus, yang bercahaya melalui wajah Gereja, sehingga semua orang dikumpulkan dalam satu keluarga umat, di bawah kasih kebapaan Allah. Dalam perspektif itulah, para murid Kristus menyebar dalam seluruh karya dunia, berusaha untuk mengatasi beban penderitaan, mempersembahkan hidup mereka. Marilah kita sekali lagi mewartakan dengan berani apa yang sering ditegaskan oleh para Paus Pendahuluku: Gereja berkarya bukan untuk memperluas kekuasaan atau menegaskan penguasaannya, tetapi untuk membawa, kepada semua orang, Kristus, Penyelamat dunia. Kita tidak meminta sesuatu pun kecuali membaktikan diri kita dalam pelayanan kepada umat manusia, khususnya mereka yang menderita dan terpinggirkan, karena kita yakin bahwa “usaha untuk mewartakan Injil kepada umat manusia dewasa ini … adalah pelayanan yang diberikan kepada jemaat Kristiani dan juga kepada semua umat manusia” (Evangelii Nuntiandi,1), yang "telah mencapai prestasi-prestasi yang mengagumkan tetapi yang tampaknya telah kehilangan kepekaannya akan realitas-realitas yang terakhir dan terhadap kehidupan itu sendiri" (Redemptoris Missio, 2).

1. Semua Bangsa dipanggil kepada keselamatan

Sebetulnya, seluruh umat manusia memiliki panggilan dasar untuk kembali kepada sumbernya, kembali kepada Allah, karena dalam Dia sendirilah umat manusia dapat mencapai kepenuhannya melalui pembaruan segala sesuatu dalam Kristus. Penyebaran, keberagaman, konflik, permusuhan akan diredakan dan didamaikan melalui darah dari Salib dan dituntun kembali kepada kesatuan. Awal yang baru ini dimulai dengan Kebangkitan dan Kemuliaan Kristus, yang menarik segala sesuatu kepada diri-Nya, membarui mereka dan memampukan mereka untuk ambil bagian dalam kebahagiaan abadi bersama Allah. Masa depan penciptaan baru sudah bercahaya dalam dunia kita kini dan, kendati terjadi pertentangan dan penderitaan, menyalakan harapan akan hidup baru. Misi Gereja adalah untuk ‘mengarahkan’ semua orang kepada pengharapan baru. Itulah sebabnya mengapa Kristus memanggil, menguduskan dan mengutus para murid-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah, sehingga semua bangsa boleh menjadi umat Allah. Dalam misi itulah, ziarah sejati umat manusia dipahami dan diuji. Misi universal harus menjadi hal yang tetap fundamental dalam kehidupan Gereja. Mewartakan Injil harus menjadi bagi kita, seperti bagi Rasul Paulus, tugas pertama dan paling mendesak.

2. Gereja Peziarah


Gereja universal yang tidak mengenal garis-pinggir dan tapal-tapal batas, merasa bertanggung jawab untuk mewartakan Injil kepada seluruh umat manusia (bdk. Evangelii Nuntiandi, 53). Itulah tugas dan tanggung jawab Gereja, benih harapan berkat panggilan, untuk melanjutkan karya pelayanan Kristus di dunia. Karya misi dan pelayanan Gereja tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhan spiritual dan material dalam kehidupan di dunia ini, tetapi suatu penyelamatan segala batas agar mencapai pemenuhan dalam suatu persatuan Kerajaan Allah (bdk. Evangelii Nuntiandi, 27). Kerajaan Allah ini, walaupun pemenuhannya bersifat eskatologis dan bukan di dunia ini (bdk. Why 18:36), merupakan kekuatan untuk keadilan dan perdamaian, untuk kebebasan dan penghargaan terhadap martabat setiap pribadi, dalam dunia dan sejarahnya. Gereja ingin mengubah dunia dengan mewartakan Injil Cinta kasih, “yang dapat selalu menerangi dunia yang semakin suram dan memberi kita keberanian yang dibutuhkan untuk hidup dan berkarya … dan dengan cara ini membuat terang Allah masuk ke dalam dunia” (Deus Caritas Est, 39). Untuk misi dan pelayanan inilah, saya mengimbau, dengan Pesan Misi ini, semua umat dan lembaga Gereja untuk berpartisipasi.

3. Misi Ad Gentes ( kepada Bangsa-bangsa)


Misi Gereja adalah memanggil semua umat kepada keselamatan yang dipenuhi oleh Allah melalui Putra-Nya yang menjadi manusia. Karena itu penting sekali untuk membarui komitmen kita untuk mewartakan Injil yang adalah ragi kebebasan dan kemajuan, persaudaraan, kesatuan dan perdamaian (bdk. Ad Gentes, 8).. Saya mau "menegaskan sekali lagi bahwa tugas untuk mewartakan Injil kepada semua umat manusia merupakan perutusan hakiki Gereja" (Evangelii Nuntiandi, 14), suatu tugas dan misi yang semakin mendesak dalam masyarakat dewasa ini yang mengalami perubahan yang meluas dan mendalam. Yang terancam bahaya adalah keselamatan abadi umat Allah, tujuan dan pemenuhan sejarah umat manusia dan alam semesta. Dijiwai dan diinspirasi oleh Rasul Bangsa-bangsa, kita harus menyadari bahwa Allah memiliki banyak umat di kota-kota yang dikunjungi oleh para rasul dewasa ini (bdk Kis 18:10). Sebetulnya "bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan orang yang masih jauh, yaitu semua orang yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita." (Kis 2:39). Seluruh Gereja harus diabdikan kepada misi ad gentes, sampai kekuasaan Kristus yang menyelamatkan terpenuhi: "Sekarang ini, benar, belum kita lihat bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya" (Ibr 2:8).

4. Dipanggil untuk mewartakan melalui kemartiran


Pada hari yang dipersembahkan secara khusus kepada misi ini, saya berdoa bagi orang-orang yang telah menyerahkan diri mereka secara khusus untuk karya pewartaan Injil. Saya menyebut Gereja-gereja lokal dan para misionaris yang memberikan kesaksian dan mewartakan Kerajaan Allah dalam situasi penganiayaan, dengan berbagai bentuk penindasan, mulai dari diskriminasi sosial sampai penjara, penganiayaan dan kematian. Tidak sedikit jumlah orang yang dihukum mati demi “Nama-Nya”. Kata-kata yang masih sangat relevan dewasa ini disampaikan oleh Pendahulu yang Mulia, Paus Yohanes Paulus II: "Kenangan perayaan telah memperlihatkan kepada kita suatu pemandangan yang mengejutkan, yang menunjukkan bahwa di zaman kita ini sangat banyak saksi dengan cara yang berbeda-beda mampu menjalani hidup Injil di tengah dunia yang penuh permusuhan dan penganiayaan, sering kali hingga titik pengujian tertinggi berupa menumpahkan darah mereka." (Novo Millennio Ineunte,41).

Partisipasi dalam karya misi Kristus sebetulnya memberi dampak terhadap kehidupan orang-orang yang mewartakan Injil, karena mereka akan mengalami nasib yang sama seperti Guru mereka, "Ingatlah kata-kata yang saya sampaikan kepadamu: Seorang hamba tidak lebih besar daripada tuannya. Jika mereka menganiaya aku, mereka juga akan menganiaya kamu" (Yoh 15:20). Gereja mengikuti jalan yang sama dan menderita nasib yang sama seperti Kristus, karena Gereja tidak berkarya atas dasar pikiran manusia atau bersandar pada kekuatannya sendiri, tetapi ia mengikuti jalan Salib, dalam ketaatan kepada Bapa, menjadi saksi dan teman perjalanan bagi umat manusia. Saya mengingatkan Gereja-gereja tua dan banyak Gereja yang didirikan kemudian bahwa mereka ditempatkan oleh Tuhan untuk menjadi garam dunia dan terang dunia, dan dipanggil untuk mewartakan Kristus, Terang bangsa-bangsa, ke sudut-sudut dunia. Missio ad gentes harus menjadi prioritas dalam program pastoral. Kepada Karya-karya Kepausan, saya mengucapkan terima kasih dan dorongan atas pelayanan mereka yang luar biasa untuk mempromosikan animasi dan formasi misi serta bantuan material bagi Gereja-gereja muda. Melalui Lembaga-lembaga Kepausan, persekutuan di antara Gereja-gereja menjadi tampak secara sangat mengagumkan, yaitu pertukaran karunia, keprihatinan timbal-balik dan perencanaan misi bersama.

5. Penutup

Semangat misioner selalu menjadi tanda kehidupan Gereja-gereja kita (bdk. Redemptoris Missio 2). Namun demikian perlu ditegaskan kembali bahwa pewartaan Injil pertama-tama adalah karya Roh Kudus dan bahwa sebelum melakukan kegiatan, tugas perutusan merupakan suatu kesaksian dan suatu cara hidup Kristus yang bersinar kepada orang lain (bdk.Redemptoris Missio 26 ), pada pihak Gereja setempat, yang mengutus para misionarisnya ke luar wilayahnya sendiri. Karena itu saya mengimbau semua orang Katolik untuk berdoa agar Roh Kudus semakin meningkatkan semangat Gereja untuk berkarya demi misi, untuk menyebarluaskan Kerajaan Allah dan mendukung para misionaris dan komunitas-komunitas Kristiani yang terlibat dalam karya misi, di garis depan, sering dalam situasi penuh permusuhan dan penganiayaan. Pada kesempatan ini pula, saya mengimbau siapa pun sebagai tanda persekutuan sejati, memberikan bantuan finansial, terutama pada masa krisis yang berdampak besar terhadap kemanusiaan, untuk membantu Gereja-gereja muda agar tetap siap menerangi bangsa-bangsa dengan Injil Cinta kasih. Semoga, dalam menjalani kegiatan misioner, kita semua dituntun oleh Perawan Maria yang Terberkati, bintang Evangelisasi, yang melahirkan Kristus ke dunia untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa dan membawa keselamatan “sampai ke ujung bumi” (Kis 13:47).

Dengan penuh kasih, Saya melimpahkan Berkat Apostolik kepada Anda Sekalian


Dari Vatikan, 29 Juni 2009

Rabu, 07 Oktober 2009 :: Pw. SP Maria, Ratu Rosario


Rabu, 07 Oktober 2009
Pw. St. Maria Ratu Rosario


Doa Renungan

Allah Bapa kami di surga, kami berdoa bagi Sri Paus, para uskup, terutama Mgr. Ignatius Suharyo, dan para imam. Ya Bapa, Engkau telah menganugerahkan kepada kami Bapa Suci Paus Benediktus XVI, para uskup, khususnya Mgr. Ignatius Suharyo, serta para imam yang membimbing kami semakin dekat kepada-Mu. Kami mohon rahmat karunia-Mu bagi mereka agar senantiasa menjadi teladan bagi kami dalam mewujudkan iman dan harapan kepada-Mu dalam sikap dan perbuatan sehari-hari sehingga Gereja-Mu menjadi tanda pengharapan yang tidak pernah habis bagi kami. Tumbuhkanlah senantiasa iman, harapan, dan kasih sehingga kami hanya memikirkan apa yang Engkau pikirkan dan Engkau kehendaki. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Pembacaan dari Kitab Nubuat Yunus (4:1-11)

"Engkau sayang akan pohon jarak itu. Mana mungkin Aku tidak sayang akan kota Niniwe yang besar itu?"

Yunus sangat kesal hatinya dan marah-marah, karena Tuhan mengasihani kota Niniwe. Maka berdoalah ia kepada Tuhan, "Ya Tuhan, bukankah telah kukatakan, ketika aku masih di negeriku! Aku tahu bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya, yang menyesali malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Itulah sebabnya aku melarikan diri ke Tarsis. Maka sekarang, ya Tuhan, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati daripada hidup." Tetapi Tuhan bersabda, "Layakkah engkau marah?" Yunus telah keluar dari kota Niniwe dan tinggal di sebelah timurnya. Di situ ia mendirikan sebuah pondok dan duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu. Lalu atas penentuan Tuhan Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak yang menaungi kepala Yunus, agar ia terhibur dari kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu. Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah pula datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu. Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah, bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus; lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati. Ia berkata, "Lebih baiklah aku mati daripada hidup." Tetapi Tuhan bersabda kepada Yunus, "Layakkah engkau marah kepada pohon jarak itu?" Jawab Yunus, "Selayaknyalah aku marah sampai mati." Tuhan lalu bersabda, "Engkau sayang akan pohon jarak itu. Padahal tidak sedikit pun engkau berjerih payah dan tidak pula engkau menumbuhkannya! Pohon itu tumbuh dalam satu malam dan binasa pula dalam satu malam. Nah, mana mungkin Aku tidak sayang akan kota Niniwe yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, dengan ternaknya yang begitu banyak? Padahal mereka itu tak tahu membedakan tangan kanan dan tangan kiri!"
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Engkaulah Allah, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Ayat. (Mzm 86:3-4.5-6.9-10)
1. Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.
2. Ya Tuhan, Engkau sungguh baik dan suka mengampuni, kasih setia-Mu berlimpah bagi semua yang berseru kepada-Mu. Pasanglah telinga kepada doaku, ya Tuhan, dan perhatikanlah suara permohonanku.
3. Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan; mereka akan memuliakan nama-Mu. Tuhan, sungguh besarlah Engkau! Engkau melakukan keajaiban-keajaiban, hanya Engkaulah Allah!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Kalian akan menerima roh pengangkatan menjadi anak; dalam roh itu kita akan berseru, 'Abba, ya Bapa'.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (11:1-4)

"Tuhan, ajarlah kami berdoa."

Pada waktu itu Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya, "Tuhan, ajarlah kami berdoa sebagaimana Yohanes telah mengajar murid-muridnya." Maka Yesus berkata kepada mereka, "Bila kalian berdoa, katakanlah: 'Bapa, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu. Berilah kami setiap hari makanan yang secukupnya, dan ampunilah dosa kami sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan

Tuhan ajarilah kami berdoa



Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Maria, Ratu Rosario, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Bulan Oktober adalah bulan Rosario; doa rosario merupakan salah satu doa favorit bagi umat Katolik. Berdoa rosario dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, dan tidak hanya di tempat peziarahan Bunda Maria atau di gereja. Doa rosario merupakan pendarasan atau pengulangan doa-doa harian seperti: Bapa kami, Salam Maria dan Kemuliaan. Dalam kutipan Warta Gembira hari ini kita diajak berdoa dengan khidmat doa Bapa Kami. Isi doa Bapa Kami antara lain "Berikanlah kami setiap hari makanan yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampunia setiap orang yang bersalah kepada kami." Hidup sederhana dalam kasih pengampunan itulah salah satu yang kita mohon dalam doa Bapa Kami, dengan kata lain kita mendambakan hidup sederhana dalam kasih pengampunan. Kita dipanggil untuk meneladan Bunda Maria, yang sederhana dan penuh kasih pengampunan. Kasih pengampunan yang dihayati oleh Bunda Maria antara lain nampak dalam penghayatan "merenungkan atau mendoakan dalam hati apa yang kurang atau tidak dapat dimengerti/dipahami", ketika ia menghadapi kesulitan dan tantangan tidak mengeluh dan menggerutu atau marah, melainkan berdoa. Dalam hidup sehari-hari kiranya kita sering menghadapi hal-hal atau apa-apa yang tidak sesuai dengan selera pribadi kita serta membuat kita tidak enak dan kurang bahagia. Dengan kata lain setiap hari ada kesempatan bagi kita untuk menghayati isi doa Bapa Kami "ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami". Dalam doa rosario kita mendoakan doa Salam Maria, antara lain berisi "doakanlah kami orang berdosa ini, sekarang dan sampai waktu kami mati". Dengan kata lain kita adalah para pendosa yang telah menerima kasih pengampunan dari Tuhan secara melimpah ruah, maka panggilan untuk saling mengampuni kiranya merupakan tugas yang mudah, yaitu tinggal menyalurkan kasih pengampunan yang telah kita terima secara melimpah ruah.

"Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" (Yun 4:10-11), demikian tanggapan Allah atas keluh kesah dan gerutu atau kemarahan Yunus. Dari kutipan di atas ini kiranya kita diajak untuk menghayati betapa pentingnya keselamatan jiwa manusia. Keselamatan jiwa manusia hendaknya menjadi tolok ukur atau barometer keberhasilan kerja, pelayanan dan usaha kita. Suasana lingkungan hidup bersama di manapun dan kapanpun tergantung dari manusia yang ada di dalamnya, bukan gedung atau sarana-prasarana maupun ciptaan-ciptaan lain yang berada di lingkungan tersebut. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup berkeluarga sangat tergantung dari pribadi-pribadi anggota keluarga, dan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan Negara tergantung dari kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga-keluarga. Keluarga merupakan dasar hidup bersama di manapun dan kapanpun, maka marilah kita perhatikan dan usahakan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga kita masing-masing. Kesejahteraan dan kebahagiaan tidak terletak pada harta benda atau uang melainkan dalam saling mengasihi dan mengampuni, atau dalam bahasa lain : setiap manusia sungguh dimanusiakan, manusia sebagai gambar atau citra Allah. Maka dengan ini kami mengharapkan hendaknya tidak terjadi pemerkosaan harkat martabat manusia di dalam keluarga , maklum dari berbagai informasi dapat kita dengar bahwa para isteri atau ibu sering merasa diperkosa oleh suami atau pasangan hidupnya. Jika para isteri atau ibu merasa diperkosa, maka mereka akan memperkosa anak-anaknya. Marilah kita perdalam dan perkuat hidup saling mengasihi dan mengampuni di dalam keluarga kita masing-masing.

Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku. Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.Pasanglah telinga kepada doaku, ya TUHAN, dan perhatikanlah suara permohonanku (Mzm 86:3-6).
Ignatius Sumarya, SJ

Selasa, 06 Oktober 2009 :: Hari Biasa Pekan XVII

Selasa, 06 Oktober 2009
Hari Biasa Pekan XVII

"Marta menerima Yesus di rumahnya, ia telah memilih bagian yang paling baik."


Doa Renungan

Tuhan Yesus, terima kasih kami haturkan kepada-Mu atas istirahat yang lalu dan atas sabda-Mu yang Engkau berikan kepada kami. Ajarilah kami untuk mengetahui mana yang terpenting bagi kami dan berkenan kepada-Mu sehingga kami selalu berada di jalan-Mu yang benar. Berkatilah juga segala kegiatan kami hari ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Pembacaan dari Kitab Nubuat Yunus (3:1-10)

"Penduduk Niniwe berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan Tuhan menaruh belas kasih."
Untuk kedua kalinya Tuhan bersabda kepada Yunus, "Bangunlah dan berangkatlah ke Niniwe, kota besar itu. Sampaikanlah kepadanya seruan yang Kusabdakan kepadamu." Maka bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan sabda Tuhan. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya. Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru, "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan." Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa; baik dewasa maupun anak-anak mengenakan kain kabung. Setelah kabar itu sampai kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya; diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di atas abu. Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian, "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah; dan haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, dan dari kekerasan yang dilakukannya. Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal, serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa." Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah atas malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka; dan Ia pun tidak jadi melakukannya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Jika Engkau mengingat-ingat kesalahan, ya Tuhan, siapakah yang dapat tahan?
Ayat. (Mzm 130:1-2.3-4ab.7-8)
1. Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan! Tuhan, dengarkanlah seruanku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku.

2. Jika Engkau mengingat-ingat kesalahan, ya Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.

3. Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel! Sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan. Dialah yang akan membebaskan Israel dari segala kesalahannya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Berbahagialah yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (10:38-42)

"Marta menerima Yesus di rumahnya, ia telah memilih bagian yang paling baik."

Dalam perjalanan ke Yerusalem Yesus dan murid-murid-Nya tiba di sebuah kampung. Seorang wanita bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Wanita itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria itu duduk di dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan sabda-Nya. Tetapi Marta sangat sibuk melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata, "Tuhan, tidakkah Tuhan peduli, bahwa saudariku membiarkan daku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Yesus menjawabnya, "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.


Renungan


Marta ingin menjadi sesama bagi Yesus sehingga ia sibuk melayani-Nya. Tidak diragukan lagi, Yesus pun datang untuk menjadi sesama bagi Maria dan Marta. Di sini ada satu pelajaran baru, menjadi sesama bagi orang lain tidak selalu harus berarti “berbuat bagi” orang lain, tetapi kadang juga bisa berarti sekadar “hadir bersama” orang lain itu. Ada saat ketika kita diminta untuk berbuat bagi Yesus; ada pula saat ketika kita diminta untuk membiarkan Yesus berbuat bagi kita. Sukses dalam berelasi tidak selalu harus diukur dengan banyaknya pemberian kita, tetapi juga dengan dalamnya perjumpaan pribadi antara kita dan orang lain itu.

Tuhan mencoba kembali. Kali ini Yunus tidak lari lagi. Seruannya ternyata sungguh berdaya guna. Niniwe benar-benar bertobat. Tidak ada lagi perbedaan antara raja dan rakyat biasa. Tidak ada perbedaan karena usia. Tidak ada pula perbedaan antara manusia dan hewan. Inilah inti pertobatan yang sungguh dalam. Semua sadar akan kekecilan mereka di hadapan Tuhan. Meskipun Tuhan tidak menghitung-hitung dosa kita, selama kita masih ingin meninggikan diri di hadapan Tuhan, kita tidak akan pernah mengalami pertobatan sejati.

Doa: Yesus, perbuatlah apa yang selama ini ingin Engkau perbuat bagiku. Ajari aku untuk menyadari kekecilanku di hadapan kebesaran-Mu. Amin.



Ziarah Batin 2009, Renungan dan Catatan Harian

Senin, 05 Oktober 2009 :: Hari Biasa Pekan XXVII

Senin, 05 Oktober 2009
Hari Biasa Pekan XXVII

Barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal -- Yoh 5.24

Doa Renungan

Allah Bapa kami yang penuh kasih sayang, Engkau selalu menghendaki yang baik bagi manusia, bukan yang jahat, Engkau tak hendak menyerahkan kami kepada penderitaan dan maut, tetapi memperuntukkan kami bagi kebahagiaan. Kami mohon, berilah kami nafas kehidupan baru, bila tertimpa oleh kesesakan, kuatkanlah mereka yang saat ini sedang menderita sakit, dan menghadapi bencana. Semoga bersama Kristus para penderita dan korban bencana dapat menghadapinya dengan sabar. Bangkitkanlah kami semua untuk kehidupan bersama Engkau. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persekutuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Nubuat Yunus (1:1-17;2:10)

"Yunus siap melarikan diri dari hadapan Tuhan."

Datanglah sabda Tuhan kepada Yunus bin Amitai demikian, "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan berserulah terhadap mereka, sebab kejahatannya telah sampai kepada-Ku." Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan. Ia pergi ke Yafo, dan di sana mendapat sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan. Tetapi Tuhan menurunkan angin ribut ke laut; lalu terjadilah badai besar sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. Awak kapal menjadi takut; masing-masing berteriak kepada allahnya, dan mereka membuang segala muatan ke dalam laut untuk meringankan kapal. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah, dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak. Datanglah nahkoda mendapatkannya sambil berkata, "Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allahmu itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa." Lalu berkatalah mereka satu sama lain, "Marilah kita buang undi, supaya kita tahu, karena siapa kita ditimpa malapetaka ini." Mereka lalu membuang undi, dan Yunuslah yang kena. Maka berkatalah mereka kepadanya, "Beritahu kami, karena siapa kita ditimpa malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang? Manakah negerimu dan dari bangsa manakah engkau?" Sahut Yunus kepada mereka, "Aku ini seorang Ibrani. Aku takwa pada Tuhan, Allah yang menguasai langit, yang telah menjadikan laut dan daratan." Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya, "Apa yang telah kauperbuat?" Sebab orang-orang itu tahu, bahwa ia telah melarikan diri, jauh dari hadapan Tuhan. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka. Bertanyalah mereka, "Akan kami apakan dikau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi? Sebab laut semakin bergelora." Sahut Yunus kepada mereka, "Angkatlah aku dan campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kalian lagi. Sebab aku tahu, karena akulah badai besar ini menyerang kalian." Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka. Lalu berserulah mereka kepada Tuhan, katanya, " Ya Tuhan, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini, dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, Tuhan, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki." Kemudian mereka mengangkat Yunus dan mencampakkannya ke dalam laut. Maka laut berhenti mengamuk. Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada Tuhan, lalu mempersembahkan kurban sembelihan kepada Tuhan serta mengikrarkan nazar. Maka atas penentuan Tuhan datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus. Dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya. Lalu bersabdalah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itu pun memuntahkan Yunus ke darat.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Antar Bacaan
Ref. Engkau mengangkat nyawaku dari dalam liang kubur.
Ayat. MT (Yunus 2:2-4.7)

1. Dalam kesusahanku aku berseru kepda Tuhan, dan Ia menjawab aku. Dari tengah-tengah alam maut aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.
2. Engkau telah melemparkan daku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.
3. Aku berkata, "Telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?"
4. Ketika jiwaku letih lesu dalam diriku, teringatlah aku kepada Tuhan, maka sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Perintah baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan; yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (10:25-37)

"Siapakah sesamaku?"

Pada suatu ketika, seorang ahli kitab berdiri hendak mencobai Yesus, "Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya, "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu. Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya, "Benar jawabmu itu. Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata lagi, "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab Yesus, "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu. Ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasih. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, 'Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali.' Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu, "Orang yang telah menunjukkan belas kasih kepadanya." Yesus berkata kepadanya, "Pergilah, dan lakukanlah demikian!"
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan

Yesus kembali dijebak dengan serangkaian pertanyaan. Tiga kejutan dari Yesus. Pertama, hidup kekal tidak pernah terpisah dari kasih terhadap sesama. Kedua, identitas atau status tidak secara otomatis menjadikan seseorang itu baik. Ketiga, belas kasihan adalah ciri seseorang yang menjadi sesama bagi orang lain. Tidak hanya itu. Belas kasihan mendorong orang untuk memberikan banyak agar bisa menolong sampai tuntas. Belas kasihan bisa mengalahkan perhitungan untung-rugi. Kita menjadi sesama bagi seseorang kalau kita berani menanggung rugi demi dia.

Yunus lari dari Tuhan, tetapi kehendak Tuhan tidak bisa digagalkan. Orang-orang di kapal itu justru akhirnya mengakui kebesaran Tuhan dan mempersembahkan kurban kepada-Nya. Seperti Yunus, mungkin kita takut untuk taat, karena sebenarnya kita takut kehilangan harga diri kita. Kita takut kalau-kalau ketaatan kita kepada Tuhan justru akan mempermalukan kita. Maka, lebih baik cari aman, menjauh dari Tuhan. Syukurlah, Tuhan tidak pernah kehilangan akal. Tuhan begitu cerdik sehingga ketakutan kita yang ingin lari ini masih bisa dijadikan berkat.

Doa: Yesus, aku berpegang pada-Mu. Engkaulah jaminan harga diriku yang sejati. Ajari aku untuk berbelas kasih tanpa mengharapkan upah. Amin.
Ziarah Batin 2009 Renungan dan Catatan Harian

Bacaan Harian 05 - 11 Oktober 2009

Bacaan Harian 05 - 11 Oktober 2009

Senin 05 Oktober 2009 : Hari Biasa Pekan XVII (H)
Yun. 1:1-17; 2:10; MT Yun. 2:2-4.7; R 7c; Luk. 10:25-37


Allah adalah murah hati. Seluruh hidup kita dengan segala aspeknya adalah karena kemurahan hati-Nya. Ia juga menghendaki kita hidup dalam kemurahan hati yang telah Ia wariskan itu. Maka, tengoklah sekeliling, mungkin di sana ada orang-orang yang membutuhkan kemurahan hati kita.

Selasa 06 Oktober 2009 : Hari Biasa Pekan XVII (H)
Yun. 3:1-10; Mzm. 130:1-2.3-4ab.7-8; Luk. 10:38-42


Ada banyak cara melayani Tuhan sesuai dengan talenta dan anugerah yang kita miliki. Yang terpenting adalah melakukannya dengan sepenuh hati. Jadi, tidak perlu memaksa diri untuk melakukan berbagai pelayanan seperti orang lain; tidak perlu juga menunut orang lain untuk melakukan seperti yang kita lakukan.

Rabu 07 Oktober 2009 : Pw S. Maria Ratu Rosario (P)
Yun. 4:1-11; Mzm. 86:3-4.5-6.9-10; Luk. 11:1-4

Doa Bapa Kami adalah doa yang begitu indah. Daraskan doa itu dengan perlahan dan penuh penghayatan. Lakukan berulang-ulang, maka kita akan mengalami rahmat yang mengubah ’hidup’ kita. Satu hal pasti, ada sukacita yang penuh. Cobalah!

Kamis 08 Oktober 2009 : Hari Biasa Pekan XVII (H)
Mal. 3:13-20a; Mzm. 1:1-2.3.4.6; Luk. 11:5-13

Berdoalah dengan tak jemu-jemu. Ia pasti mengulurkan tangan untuk orang yang menyerahkan hidup pada-Nya dan hanya mengandalkan Dia. Tapi sadarilah: Ia hanya akan mengabulkan doa-doa permohonan yang memang akan baik bagi kita! Ia tidak akan memberikan batu atau kalajengking yang mencelakakan.

Jumat 09 Oktober 2009 : Hari Biasa Pekan XVII (H)
Yl 1:13-15; 2: 1-2; Mzm. 9:2-3,6,16:8-9; Lukas 11: 15-26

Bila kita menyediakan tempat dalam hidup kita untuk bercokolnya iblis, maka iblis akan mengajak teman-temannya untuk pesta di dalam diri kita dan mereka akan semakin menguasai kita. Maka, sekecil apa pun tawaran iblis, harus kita tolak. Sekali terjerumus, bersiaplah untuk tenggelam.

Sabtu 10 Oktober 2009 : Hari Biasa Pekan XVII (H)
Yl 3:12-21; Mzm. 97:1-2,5-6,11-12; Luk 11: 27-28

Orang yang hanya digerakkan oleh keinginan-keinginan pribadinya adalah orang yang sedang merintis jalan menuju hutan belantara penuh kegelapan. Jangan biarkan diri kita tersesat! Pegang kompas Firman Allah dan ikuti, maka kita pasti akan sampai pada tempat yang terang, damai dan sukacita.

Minggu 11 Oktober 2009 : Hari Minggu Biasa XXVIII (H)
Keb. 7:7-11; Mzm. 90:12-13, 14-15,16-17; Ibr 4:12-13; Mrk. 10:17-30 (Mrk. 10:17-27)

Orang yang hanya digerakkan oleh keinginan-keinginan pribadinya adalah orang yang sedang merintis jalan menuju hutan belantara penuh kegelapan. Jangan biarkan diri kita tersesat! Pegang kompas Firman Allah dan ikuti, maka kita pasti akan sampai pada tempat yang terang, damai dan sukacita.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy