| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 06 September 2009 :: Hari Minggu Biasa XXIII Hari Minggu Kitab Suci

Minggu, 06 September 2009
Hari Minggu Biasa XXIII
Hari Minggu Kitab Suci

"Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata" (Mrk 7:37)


Doa Renungan

Allah Bapa kami yang mahakuasa dan kekal, dalam Kitab Suci, kami dapat merenungkan pelbagai kisah saudaa yang menemukan imannya, dan yang bersemangat menanggapi tugas perutusan-Mu. Semoga sabda-Mu mempertajam kami untuk melihat, mengalami, dan mensyukuri campur tangan ilahi-Mu dalam setiap langkah hidup kami, sehingga kamipun dapat menjalankan tugas perutusan-Mu dengan setia. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, yang hidup berkuasa, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Nabi Yesaya (35:4-7a)


"Telinga orang tuli akan dibuka, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai."

4 Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" 5 Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. 6 Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; 7a tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air;
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan PS 832
Ref. Betapa megah nama-Mu Tuhan, di seluruh bumi.
Ayat.
(Mzm 146:7.8-9a.9bc-10)
1. Tuhan menegakkan keadilan, bagi orang yang diperas; dan memberi roti kepada orang-orang yang lapar; Tuhan ,membebaskan orang-orang yang terkurung.
2. Tuhan membuka mata orang buta, dan menegakkan orang yang tertunduk, Tuhan mengasihi orang-orang benar, dan menjaga orang-orang asing.
3. Anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. Tuhan itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun!

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:1-5)

"Bukankan Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi ahli waris kerajaan."

1 Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. 2 Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, 3 dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!", 4 bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat? 5 Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil PS. 953
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat:
Yesus memberitakan Injil Kerajaan Allah, serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:31-37)

"Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara."

31 Sekali peristiwa, Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. 32 Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. 33 Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. 34 Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! 35 Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. 36 Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. 37 Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Doa Renungan
Allah Bapa kami yang maha pengasih dan penyayang, hanya mereka yang tidak mau melihat, benar-benar buta. Hanya mereka yang tidak mau mendengar, yang sungguh-sungguh tuli. Kami mohon kepada-Mu, bukalah mata dan telinga kami terhadap segala kebaikan dan rahmat-Mu yang Kausampaikan melalui sesama di sekitar kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.


EFATA! - TERBUKALAH!


Rekan-rekan yang budiman!

Kali ini Injil Markus menampilkan kisah unik: penyembuhan orang tuli. Hanya dalam Injil Markus sajalah peristiwa ini disampaikan. Dalam petikan Mrk 7:31-37 (hari Minggu Biasa XXIII tahun B) ada beberapa hal menarik yang kurang begitu saya pahami. Karena tak ada cukup waktu untuk membalik-balik komentar Injil, saya bujuk Mark menulis. Ia biasanya pendiam dan tak banyak kata, tapi kali ini ia rada suka cerita dan ia tidak keberatan suratnya saya teruskan kepada kalian.

Teiring salam,
A. Gianto.

Gus yang baik!

Memang benar Yesus banyak melakukan penyembuhan, tetapi memang baru di sinilah kusampaikan peristiwa penyembuhan orang tuli. Dan hanya akulah yang menyampaikan kisah penyembuhan dari ketulian. Memang Matt menyebut mengenai penyembuhan pelbagai orang sakit, termasuk orang bisu (Mat 15:29-31 tidak eksplisit disebut tuli, tapi orang bisu biasanya karena tuli). Oleh karena itu, para ahli zaman modern biasa menduga aku hanya membuat-buat kisah itu. Kuharap kau tidak beranggapan demikian kan? Aku mendengar dari sumber-sumber tepercaya yang menyaksikan kejadian itu sendiri dan mengisahkannya berkali-kali.
Mereka juga ingat kejadian itu bertempat di dekat danau Galilea. Demi gampangnya maka kujelaskan pada awal bahwa Yesus sedang dalam perjalanan balik dari Tirus di pesisir Lebanon selatan sekarang ke kota-kota sekitar danau Galilea tempat ia banyak dikenal. Tapi memang dari Tirus ia ke utara dulu, ke Sidon, juga pesisir, dan dari sana kembali lewat daerah sepuluh kota, yaitu Dekapolis, dan sampai di tempat orang bisu itu dibawa ke hadapannya. Kalau sukar dibayangkan, gini saja, barusan kulihat peta Pulau Jawa di Internet. Bayangkan Yesus itu dulunya giat di sekitar Ambarawa-Salatiga, tuh di sekitar Rawa Pening (anggap saja ini wilayah Galilea), tapi ia kan pernah diminta pergi dari Galilea (Mrk 5:1-20, terutama ay. 17) ke Tirus, (Mrk 5:24) bayangkan saja Semarang, maksudnya incognito, tapi di situ seorang ibu-ibu Yunani keturunan Siro-Fenisia malah minta dia menyembuhkan anak perempuannya yang kerasukan setan (Mrk 7:24-30). Tentu Yesus tidak berniat berlama-lama di Tirus/Semarang, dan memutuskan kembali ke Galilea/sekitar Rawa Pening. Tapi kebetulan ada yang mengajaknya ke Sidon yang tak jauh dari sana, kayak ke Weleri, beli rambak petis buat oleh-oleh, dan dari sana di balik ke wilayah Ambarawa-Salatiga/Galilea, tapi tidak lewat jalan biasa, melainkan memutar lewat sebuah Gua Maria, Sukorejo, Parakan Candi Umbul dst. (anggap saja seperti Dekapolis). Sebelum sampai kembali di Ambarawa ia dihentikan orang-orang yang membawa seorang pasien tuli. Rada jelas?

Kurasa penting kisah perjalanan ini diceritakan karena menggambarkan bagaimana perjalanan Yesus itu sebuah ziarah yang semakin membentuk sikap batinnya yang khas: memberi isi nyata pada kata "kehendak Allah". Pengabdiannya pada kemanusiaan, tak peduli apa haluan kepercayaannya seperti ibu-ibu tadi, ialah untaian manikam kenyataan apa itu kehendak Bapanya. Inilah yang membuatku terkesan dan merasa perlu menyampaikannya kepada kalian orang sekarang. Lagipula, kota Tirus dan Sidon itu letaknya di wilayah amat pinggiran lingkup masyarakat Yahudi. Di sana orang dianggap tak menghiraukan sisi-sisi rohani dan hanya mementingkan materi. Maklum keduanya kota perdagangan yang tua, kayak Semarang dan Weleri kalian itu. Tapi wilayah seperti itu tidak dilupakan Tuhan, malah ia semakin menemukan diri di sana. Ini termasuk Mysterium Christi yang bikin orang mau tahu lebih tentang sang Mesias. Sarjana-sarjana kan beranggapan bahwa tulisanku menitikberatkan perkenalan pada misteri ini.

Sekarang ada yang lebih menarik dari pelajaran geografi tadi. Terus terang kisah mengenai penyembuhan orang tuli ini mesti dibaca atau paling tidak dibayangkan bersama dengan kisah penyembuhan orang buta (sering dikenal dengan nama Bartimeus) di Betsaida (Mrk 8:22-26). Kau sendiri pernah menulis tentang si buta itu kan? Kesembuhan si tuli dan si buta ini ada makna simboliknya. Mereka jadi sembuh dalam perjumpaan dengan Yesus yang tak terduga-duga di tengah perjalanannya, di tengah ziarahnya menemukan kehendak Bapanya. Kesembuhan mereka itu ialah kesembuhan dari ketulian dan kebutaan mengenai siapa sebetulnya Yesus ini. Kisah ini kumaksudkan bagi orang banyak, yang ada di situ dan yang ada di mana saja Injil ini terbaca. Hendaknya mereka mengerti bahwa perjumpaan dengan Yesus sang pejalan ini membuka gerbang telinga dan pintu mata. Ketulian sesenyap apapun dan kebutaan segelap apapun tak bisa menahan suara dan terang yang keluar dari diri Yesus.

Dalam kisah penyembuhan orang tuli ini ada orang banyak yang membantu si tuli untuk bertemu dengan Yesus dan meminta agar ia menumpangkan tangan menyembuhkannya. Nanti dalam kisah orang buta, orang banyak agak menghalangi, tapi si buta itu terus bertekad mau mendekat. Seperti di mana saja dan kapan saja, orang banyak sering tak jelas mau apa dan ke mana. Maka dari itu, mereka juga diajak mendengar dan melihat. Kita ini kadang-kadang mirip orang banyak juga. Tapi untung ada orang tuli dan orang buta tadi. Kita bisa melihat yang terjadi pada diri mereka dan belajar dari mereka.

Sekarang perhatikan sikap dan tindakan Yesus dalam penyembuhan orang tuli itu. Ia memisahkannya dari kerumunan orang banyak sehingga hanya mereka berdua sendirian saja. Di situ terjadi penyembuhannya. Ia mau agar yang pertama-tama didengar orang tuli itu nanti ialah suara yang dibawakannya, bukan kasak kusuk orang banyak yang untuk sementara dijauhkannya. Kita tak tahu semua seluk beluk yang terjadi ketika mereka sendirian. Tentu si tuli tadi kemudian bercerita dan dari sana kita agak tahu bahwa Yesus memasukkan jarinya ke telinga orang itu, meludah dan meraba lidah orang tadi. Kayak penyembuh paranormal ya? Tapi lebih penting lagi, kemudian sambil menengadah ke langit, ia mendesah dan berkata, dalam bahasa Aram, "Efata!" artinya "Terbukalah!" Dari bentuk Aramnya, Gus kau tahu Aram lebih baik dari padaku, perintah itu ditujukan kepada dua telinga yang dimasuki jarinya. Perintah kepada telinga yang menutup diri kuat-kuat. Perhatikan, Yesus mendesah. ya, mendesah, mengerang kayak orang yang sedang kena kesakitan. Aku tak tahu banyak mengenai dunia itu, tapi sumber yang kupakai jelas-jelas memaksudkan Yesus seperti sedang menahan sakit. Bukankah kedua jarinya ada di telinga orang itu. Ada pergulatan antara kekuatan yang menolak sang Sabda dengan Sabda yang mendatanginya. Dan disertai kesakitan dari Sabda itu. Juga ia menyentuh lidah orang tadi. Bayangkan saja, ibu jarinya menyentuh lidah orang tadi. Juga ada pergulatan antara lidah yang dikuasai kekuatan yang membisukan melawan dia yang membuat orang berani bersaksi. Yesus juga meludah. Kekuatan jahat dari telinga yang diambilnya itu masuk ke dalam badannya, badan Yesus sendiri, dan kini diludahkannya dan dibuangnya keluar.

Gus jangan mulai tersenyum membaca uraian ini, aku sendiri juga heran. Memang Yesus bertindak seperti penyembuh paranormal zaman itu. Tapi satu hal tak bisa kulewatkan: Yesus menengadah (Mrk 7:34). Ia mengarahkan diri ke langit. Dulu ketika ia dibaptis ia melihat langit terbuka dan saat itulah ia mendengar suara dari sana (Mrk 1:9-10): "Engkaulah AnakKu yang terkasih, kepadamulah Aku berkenan." Pengalaman ini tak pernah lepas dari dirinya. Kini ia menengadah menghadirkan kembali kekuatan perkenan dari atas dan menyalurkannya ke dalam telinga dan lidah orang bisu tuli tadi. Adakah kekuatan lain yang dapat menahan suara dan perkenan dari langit yang terbuka tadi? Yesus bukan penyembuh biasa, ia meneruskan perkenan yang meraja di dalam dirinya kepada siapa saja yang mendekat padanya. Ia juga sanggup ikut merasakan penderitaan batin dan fisik orang yang sakit.

Mungkin kau akan bertanya-tanya mengapa Yesus menyuruh orang banyak merahasiakan kejadian tadi. Tapi makin dilarang, mereka malah makin memberitakannya. Aneh, di sini yang dilarang ialah orang banyak, jadi berbeda dengan yang terjadi dalam penyembuhan orang kusta (Mrk 1:44). Larangan itu sebenarnya untuk menghimbau agar orang tidak mengobral cerita sehingga maknanya jadi buyar, jadi kisah penyembuhan dan penumpangan tangan semata-mata. Banyak orang akan berbondong-bondong minta ditumpangi tangan. Tidak enak! Kesembuhan itu hasil sampingan dari kejadian yang lebih dalam yang aku sendiri tidak tahu tapi percaya ada. Orang-orang diminta mengendapkan pengalaman melihat peristiwa itu dan menemukan artinya. Baru bisa omong. Sayang mereka tak sabar, maka Yesus ketika itu makin dikenal sebagai penyembuh saja, bukan terutama sebagai Anak terkasih Dia yang ada di surga dan mendapat perkenanNya. Ini baru kusadari ketika menuliskan semuanya. Gus coba terangkan kepada rekan-rekan perkara ini. Juga ada hubungannya dengan kebangkitan Yesus nanti. Orang boleh mulai cerita banyak mengenai tindakan, pengajaran, penyembuhan yang dilakukan Yesus setelah ia nanti ditinggikan di salib. Setelah diakui bahkan oleh kepala pasukan di Golgota dengan kata-kata ini: "Sungguh, orang ini Anak Allah!" (Mrk 15:39). Dan itulah yang diwartakan tentang Yesus Kristus, dan itulah yang memberi arti lebih kepada semua tindakannya, penyembuhannya, dan pengajarannya. Dan itulah realitas kebangkitannya: ia sungguh Anak Allah.

Salam buat rekan-rekan yang tahun ini mencoba mengerti yang ingin kusampaikan dalam kisah-kisah tentang Yesus sang Mesias.

Salam hangat,

Mark

Sabtu, 05 September 2009 :: Hari Biasa Pekan XXII

Sabtu, 05 September 2009
Hari Biasa Pekan XXII

Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu -- Ulangan 6:5

Doa Renungan

Allah Bapa yang kekal dan kuasa, Engkaulah keselamatan siapa saja yang berseru kepada-Mu. Katakanlah sabda-Mu, agar menjadi pegangan kami dalam bahaya dan bebaskanlah kami dari keragu-raguan. Semoga iman dan kepercayaan kami akan Yesus Kristus semakin kuat, dan semoga kasih-Nya menggerakkan hati kami supaya kami pun mau hidup untuk melayani dan membahagiakan sesama. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Kolose (1:21-23)

"Allah telah mendamaikan kalian agar kalian ditempatkan di hadapan-Nya dalam keadaan kudus dan tak bercela."

21 Saudara-saudara, kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, 22 sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. 23 Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan
Ref. Allahlah penolongku.
Ayat.
(Mzm 90:3-5a.12-13.14.17)
1. Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu! Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku!
2. Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku. Dengan rela hati aku akan mempersembahkan kurban kepada-Mu. Aku akan bersyukur sebab baiklah nama-Mu, ya Tuhan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Akulah jalan, kebenaran, dan sumber kehidupan, sabda Tuhan; hanya melalui Aku orang sampai kepada Bapa

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:1-5)

"Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"

1 Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. 2 Tetapi beberapa orang Farisi berkata: "Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" 3 Lalu Yesus menjawab mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, 4 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?" 5 Kata Yesus lagi kepada mereka: "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.


Renungan

"Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"
(Kol 1:21-23; Luk 6:1-5)

Saudara-saudari yang terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Semakin banyak aturan yang dipampang di muka umum berarti masyarakat yang bersangkutan belum dewasa kepribadiannya, apalagi dalam pelaksanaan aturan tersebut masih disertai dengan teriakan keras via pengeras suara. Orang-orang Farisi menegor Yesus dan para murid ketika mereka ‘berjalan di lading gandum, memetik bulir gandumg dan memakannya’ pada hari Sabat , karena pada hari Sabat orang tidak boleh bekerja atau berjalan jauh. Menanggapi tegoran tersebut Yesus menjawab: “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat”. Aneka aturan dan tatanan hidup dibuat dan diundangkan berdasarkan kasih, dijawai oleh kasih, maka yang utama dan pertama-tama atau kasih bukan aturan atau tatanan. Perhatikan atau refleksikan bahwa suami-isteri yang saling mengasihi dan sedang memadu kasih berdua, kiranya bebas dari aturan: mereka berdua saling telanjang tidak ada malu atau kekhawatiran sedikitpun. Memang dalam hidup bersama kita tidak akan terlepas dari aneka tatanan dan aturan, maka hendaknya menyikapi dan melaksanakan aturan atau tatanan apapun dalam dan oleh kasih, dengan demikian enak adanya. Apa itu kasih? “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (1Kor 13;4-7).

· “Kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit,” (Kol 1:23). Pengharapan Injil atau Warta Gembira adalah keselamatan jiwa, damai sejahera di bumi dan di sorga. Maka bertekun dalam iman berarti bertekun dalam mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam hidup sehari-hari saat ini sampai mati. Persembahan diri seutuhnya kepada Tuhan antara lain dapat kita hayati secara konkret dengan mempersembahkan diri pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Para suami dan isteri hendaknya saling mempersembahkan diri satu sama lain seutuhnya, artinya tidak menyeleweng atau berselingkuh dengan orang lain, sehingga mahir dalam saling mengasihi; para pelajar atau mahasiswa hendaknya sungguh belajar sehingga semakin mahir belajar; para pekerja hendaknya sungguh bekerja sehingga semakin terampil dalam bekerja, dst.. Kita semua hendaknya ‘tetap teguh dan tidak tergoncang’ dalam menghayati panggilan dan melaksanakan tugas pengutusan, jika kita mendambakan keselamatan jiwa kita, hidup damai sejahtera di bumi dan di sorga untuk selamanya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: jika ada di antara saudara-saudari kita atau kenalan kita tidak teguh dan tergoncang dalam penghayatan panggilan atau pelaksanaan tugas pengutusan, hendaknya ditegor dan ditolong dalam kasih dan rendah hati. Membiarkan suadara-saudari atau kenalan kita menyeleweng atau berselingkuh berarti kita menyetujui atau mendukungnya, dan dengan demikian kita turut bersalah. Ingat dan renungkan kutipan ini: “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! -- dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.”(Yeh 3:18).


“Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu! Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku! Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku. Dengan rela hati aku akan mempersembahkan korban kepada-Mu, bersyukur sebab nama-Mu baik, ya TUHAN”(Mzm 54:3-4.6.8).

Jakarta , 5 September 2009


Ignatius Sumarya, SJ

Jumat, 04 September 2009 :: Hari Biasa Pekan XXII

Jumat, 04 September 2009
Jumat Pertama Dalam Bulan

Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada -- Kol 4:5


Doa Renungan Pagi

Allah Bapa kami di surga, kami bersyukur atas kehidupan yang masih kami alami serta kesehatan yang telah kami terima. Buatlah kami mampu menyadari kasih-Mu sehingga sepanjang hari ini dimampukan untuk memulai, melaksanakan dan mengakhiri semua pekerjaan dan tugas kami dalam nama-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putera-Mu yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dalam persekutuan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

Membuka pengajarannya, Paulus menegaskan dasar dan sendi utama yang menyokong harapan iman kita. Kristuslah dasar karya keselamatan Allah sejak semula. Karena itu, Ia juga menjadi kepala atas tubuh, yaitu jemaat. Sebab itu, Gereja mengajarkan bahwa kita memperoleh jalan lempang keselamatan melalui Kristus.

Bacaan Pertama

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose (1:15-20)

"Segala sesuatu diciptakan dengan perantaraan-Nya dan untuk Dia."

Saudara-saudara, Allah tidak kelihatan. Kristuslah gambar-Nya. Dialah yang pertama dari segala ciptaan. Sebab dalam Kristuslah telah diciptakan segala sesuatu, baik di surga maupun di bumi, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa. Segala sesuatu diciptakan dengan perantaraan-Nya dan untuk Dia. Dia ada mendahului segala sesuatu dan segala sesuatu ada dalam Dia. Kristuslah kepala tubuh, yaitu jemaat. Dialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Dialah yang paling utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam dalam Kristus, dan dengan perantaraan Kristus Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya. Baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga, segalanya didamaikan oleh darah Kristus yang tersalib.
Demikianlah Sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan
Ref. Datanglah ke hadapan Tuhan dengan sorak-sorai.
Ayat.
(Mzm 100:2.3.4.5)
1. Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
2. Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah, Dialah yang menjadikan kita, dan punya Dialah kita; kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
3. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, masuklah ke pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya, dan pujilah nama-Nya!
4. Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Aku ini cahaya dunia, sabda Tuhan. Yang mengikuti Aku, hidup dalam cahaya. Alleluya

Orang perlu memahami dan mengerti benar apa yang menjadi tujuan dari tindakan menjalankan kesalehan iman. Berpuasa pun demikian. Bagi murid-murid Yesus, berpuasa memiliki arti rohani. Berpuasa dilakukan untuk makin dekat dan meneladan Yesus. Yesuslah yang menjadi dasar arti rohani itu. Dialah anggur baru bagi kita.

Bacaan Injil

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (5:33-39) 


"Apabila mempelai diambil, barulah sahabat-sahabat mempelai akan berpuasa."


Sekali peristiwa orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat berkata kepada Yesus, "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang. Demikian pula murid-murid orang Farisi. Tetapi murid-murid-Mu makan dan minum." Yesus menjawab, "Dapatkah sahabat mempelai disuruh berpuasa, selagi mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya mempelai diambil dari mereka; pada waktu itulah mereka akan berpuasa." Yesus mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka, "Tiada seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk ditambalkan pada baju yang tua. Sebab jika demikian, yang baru itu pun akan koyak. Apalagi kain penambal yang dikoyakkan dari baju baru tidak akan cocok pada baju yang tua. Demikian juga tiada seorang pun mengisikan anggur baru ke dalam kantong kulit yang tua. Sebab jika demikian, anggur baru itu akan mengoyakkan kantong tua itu, lalu anggur akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tiada seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata, 'Anggur yang tua lebih baik'."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan


Ada pepatah mengatakan, di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung. Demikian pula dengan iman kita. Apabila kita telah memutuskan untuk beriman kepada Yesus, kebiasaan-kebiasaan masa lalu yang tidak berkenan kepada-Nya haruslah ditinggalkan. Kalau tidak, yang terjadi adalah kebingungan yang tak berujung. Apakah aku masih terikat pada kebiasaan-kebiasaan lama?

Doa Renungan Malam



Allah Bapa sumber kedamaian sejati, sungguh berlimpah kasih-Mu yang boleh kami alami sepanjang hari ini. Engkau menyertai, membimbing, dan membantu kami dalam semua aktivitas dan tugas kami. Maka sudah layak dan sepantasnya bila pada akhir hari ini kami bersyukur atas rahmat-Mu itu. Dan kami mohon, ampunilah kesalahan kami sehingga kami dapat beristirahat dalam damai-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putera-Mu yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dalam persekutuan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.


RUAH

Kamis, 03 September 2009 :: Pw. St. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja

Kamis, 03 September 2009
Pw St. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja

Tetapi rencana Tuhan tetap selama-lamanya, rancangan-Nya turun-temurun -- Mzm 33:11

Doa Renungan

Tuhan sumber segala kebaikan, tiada hentinya Engkau mencintai kami dengan kasih yang begitu besar. Kasih-Mu kami alami setiap hari sebagai hadiah cuma-cuma tanpa menuntut balasan dari kami. Bantulah kami juga membagikan kasih kepada suami, istri, anak, kakek, nenek, sahabat, rekan kerja, teman dan kenalan sehingga kami pun dapat menjadi saluran rahmat seperti yang telah dilakukan oleh Santo Gregorius Agung. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami berdoa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose (1:9-14)

"Bapa telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam kerajaan Putra-Nya yang terkasih."

Saudara-saudara, sejak kami mendengar tentang kalian, tak henti-hentinya kalian kami doakan. Kami mohon semoga kalian menerima segala hikmat dan pengertian yang benar untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna. Maka hidupmu akan layak di hadapan-Nya, dan berkenan di hati-Nya dalam segala hal. Kalian akan menghasilkan buah dalam segala pekerjaan baik, dan bertumbuh dalam pengetahuan benar tentang Allah. Kalian akan diperkuat dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan Allah untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang membuat kalian layak mendapat bagian dalam apa yang ditentukan bagi orang-orang kudus di dalam Kerajaan terang. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam kerajaan Anak-Nya yang terkasih; Dalam Kristus itulah kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa!
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya.
Ayat.
(Mzm 98:2-3ab.3cd-4.5-6)
1. Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di hadapan para bangsa. Ia ingat akan kasih dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel.
2. Segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi, bergembiralah dan bermazmurlah!
3. Bermazmurlah bagi Tuhan dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu merdu; dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring, bersorak-sorailah di hadapan Raja, yakni Tuhan!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Mari, ikutlah Aku, sabda Tuhan, dan kalian akan Kujadikan penjala manusia.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (5:1-11)

"Mereka meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus."

Pada suatu ketika Yesus berdiri di pantai Danau Genesaret. Orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan sabda Allah. Yesus melihat dua buah perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahu itu sedikit jauh dari pantai. Lalu Yesus duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Selesai berbicara Ia berkata kepada Simon, "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab, "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa. Tetapi atas perintah-Mu aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap ikan dalam jumlah besar, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain, supaya mereka datang membantu. Maka mereka itu datang, lalu mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Melihat hal itu Simon tersungkur di depan Yesus dan berkata, "Tuhan, tinggalkanlah aku, karena aku ini orang berdosa." Sebab Simon dan teman-temannya takjub karena banyaknya ikan yang mereka tangkap. Demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Yesus lalu berkata kepada Simon, "Jangan takut. Mulai sekarang engkau akan menjala manusia." Dan sesudah menghela perahu-perahunya ke darat, mereka lalu meninggalkan segala sesuatu, dan mengikuti Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan

Percaya dan mengikuti Yesus sepenuh hati dapat mengubah hidup seseorang! Simon percaya kepada Yesus. Ia mengikuti panggilan Yesus. Hidup Simon mengalami perubahan yang besar. Dari penjala ikan, seorang nelayan, Simon menjadi penjala manusia, seorang pemimpin Gereja. Para murid yang lain juga mengalami perubahan hidup seperti Simon. Mereka menjadi saksi akan Yesus. Bersama Yesus, selalu ada perubahan hidup.

Dapatkah Anda menunjukkan perubahan hidup Anda sehari-hari karena Yesus? Perubahan yang manakah itu? Apakah Anda berani menjadi saksi Yesus melalui hidup Anda?

Ya Yesus, Engkau telah memanggil para rasul untuk menjadi saksi-Mu. Bantulah aku untuk membuka hati bagi-Mu dan bersedia diubah seperti para murid-Mu. Amin.


Ziarah Batin 2009, Renungan dan Catatan Harian

Rabu, 02 September 2009 :: Hari Biasa Pekan XXII

Rabu, 02 September 2009
Hari Biasa Pekan XXII

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah -- Mat 5:9


Doa Renungan

Yesus Sang Penyembuh Sejati, kami bersyukur atas kesempatan yang Engkau berikan kepada kami, di mana kami dapat menikmati hari yang baru. Kami juga bersyukur bahwa Engkau selalu setia mendampingi kami dalam setiap peristiwa yang kami alami. Dalam keadaan suka-duka, menangis-tertawa, Engkau selalu memelihara kami. Semoga kami pun berani memberikan perhatian kepada semua orang terutama yang sakit dan malang. Sebab Engkaulah Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Kolose (1:1-8)

"Sabda kebenaran telah sampai kepadamu, demikian juga kepada seluruh dunia."

1 Dari Paulus, rasul Kristus Yesus, oleh kehendak Allah, dan Timotius saudara kita, 2 kepada saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, menyertai kamu. 3 Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, 4 karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, 5 oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil, 6 yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya. 7 Semuanya itu telah kamu ketahui dari Epafras, kawan pelayan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan Kristus yang setia. 8 Dialah juga yang telah menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Aku percaya akan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sekarang dan selama-lamanya.
Ayat.
(Mzm. 52:10.11)
1. Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya.
2. Aku hendak bersyukur kepada-Mu selama-lamanya, sebab Engkaulah yang bertindak; karena nama-Mu baik, aku hendak memasyhurkannya di hadapan orang-orang yang Kaukasihi.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Tuhan mengutus aku memaklumkan Injil kepada orang hina dina dan mewartakan pembebasan kepada para tawanan.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (4:38-44)

"Juga di kota-kota lain Aku harus mewartakan Injil, sebab untuk itulah Aku diutus."

38 Setelah meninggalkan rumah ibadat di Kapernaum, Yesus pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. 39 Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka. 40 Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. 41 Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: "Engkau adalah Anak Allah." Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias. 42 Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. 43 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus." 44 Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.


Renungan


Manakah yang lebih penting: doa atau perbuatan? Dilema ini kadang kita diskusikan. Apakah doa saja cukup? Apakah yang lebih penting hanyalah melakukan perbuatan baik dalam kehidupan kita?

Hari ini Yesus memberikan teladan kepada kita mengenai pentingnya doa dan kerja. Keduanya dijalani secara seimbang dalam hidup-Nya. Ia berkarya penuh semangat sepanjang hari dengan mengajar dan menyembuhkan banyak orang. Namun, Yesus juga mencari tempat yang sunyi untuk berdoa. Ia menjaga hubungan-Nya dengan Bapa. Kedua hal ini, yaitu doa dan karya, mendapatkan tempat istimewa dalam hidup Yesus.

Apakah kita masih mempertentangkan doa dan perbuatan kita? Kita harus berdoa banyak untuk menemukan kehendak Allah. Hidup dan perbuatan kita pun harus selaras dengan doa kita.

Ya Yesus, ajarilah aku menjalani hidup secara seimbang seperti yang telah Engkau laksanakan dalam hidup-Mu. Amin.

Ziarah Batin 2009, Renungan dan Catatan Harian.

Selasa, 01 September 2009 :: Hari Biasa Pekan XXII

Selasa, 01 September 2009
Hari Biasa Pekan XXII

Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati -- Luk 6:36


Doa Renungan

Allah Bapa yang mahapengasih dan penyayang, puji syukur atas berkat-Mu yang kami terima pada hari ini. Rahmat kehidupan dan kesehatan yang boleh kami rasakan. Kami mohon kepada-Mu, pimpin dan dampingilah kami dalam menjalankan semua rencana dan pekerjaan kami. Sehingga dengan demikian kami dapat menjadi saluran rahmat dan berkat bagi setiap orang yang akan kami jumpai hari ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat Tesalonika (5:1-6.9-11)

"Kristus telah wafat untuk kita, agar kita hidup bersama Dia."

1 Saudara-saudara, tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu, 2 karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam. 3 Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman--maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin--mereka pasti tidak akan luput. 4 Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, 5 karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. 6 Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. 9 Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, 10 yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia. 11 Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang hidup.
Ayat.
(Mzm 27:1.4.13-14)
1. Tuhan adalah terang dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gentar?
2. Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, satu inilah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan, dan menikmati bait-Nya.
3. Sungguh, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Seorang nabi besar telah muncul di tengah kita, dan Allah mengunjungi umat-Nya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (4:31-37)

"Aku tahu siapa Engkau: Engkau Yang Kudus dari Allah."

31 Sekali peristiwa Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. 32 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. 33 Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras: 34 "Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." 35 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Dan setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya. 36 Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar." 37 Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

"Diam keluarlah dari padanya!"

(1Tes 5:1-6.9-11; Luk 4:31-37)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Kata-kata yang keras dan singkat pada umumnya memang berpengaruh bagi para pendengarnya, apalagi jika kata-kata tersebut keluar dari orang-orang yang berwibawa karena jabatan, kedudukan atau kepribadiannya. Begitulah yang terjadi ketika Yesus menghardik setan yang merasuki seseorang sambil berkata: “Diam, keluarlah dari padanya”, maka setanpun terhempas keluar dari orang yang bersangkutan. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak siapapun yang dinilai berwibawa di dalam kehidupan bersama, entah di dalam keluarga, tempat kerja atau masyarakat, untuk meneladan Yesus: berkata tepat dan singkat pada sasaran atau tujuan, lebih-lebih dalam rangka mengingatkan atau menegor mereka yang bersalah atau melanggar peraturan atau tidak setia pada panggilan dan tugas pengutusan. Dengan kata lain hendaknya tidak terlalu banyak bicara atau memberi nasihat. Memang agar kata-kata, entah sebagai nasihat, tegoran, peringatan, pujian dst.. dapat tepat sasaran, maka hendaknya lebih banyak bersikap mendengarkan: dengarkan apa yang sedang terjadi, dengarkan harapan, dambaan, keluh kesah, kritikan dst.. dari saudara-saudari anda. Tentu saja yang juga tidak kalah penting atau utama dan terutama adalah bahwa orang senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan di dalam hidup sehari-hari dalam rangka memperdalam dan memperkuat kewibawaannya. Yang utama dan pertama-tama akan dihormati dan dijunjung tinggi di dalam kehidupan beragama atau beriman adalah mereka yang bersatu dengan Tuhan alias hidup suci atau berbudi pekerti luhur, bukan karena pangkat, kedudukan, gelar atau kekayaan akan harta benda, dst… Bersama dan bersatu dengan Tuhan pasti akan mampu mengalahkan aneka macam bentuk godaan setan.

· “Kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar” (1Tes 5:4-6), demikian peringatan atau nasihat Paulus kepada umat di Tesalonika, kepada kita semua orang beriman. Pada malam hari pada umumnya orang tidur atau ada beberapa orang yang bermabuk-mabukan jika tidak dapat tidur. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk menjadi ‘anak-anak terang dan anak-anak siang’, artinya hidup jujur, terbuka, transparan, terang-terangan alias tidak melakukan aneka macam bentuk korupsi atau kebohongan. Kejujuran kiranya merupakan keutamaan yang sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini mengingat dan memperhatikan masih cukup banyak tindakan korupsi dan kebohongan di sana-sini. Memang ada rumor “hidup jujur akan hancur’, tetapi kiranya lebih dari itu yang benar, yaitu “hidup jujur akan hancur dan akhirnya mujur”. Keutamaan kejujuran ini hendaknya sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dan tentu saja butuh keteladanan dari para orangtua atau bapak-ibu. Selanjutnya hendaknya di sekolah-sekolah juga dibiasakan dan dididikkan kejujuran dalam seluruh proses pembelajaran. “Be honest” (=Jujurlah), itulah tulisan yang terpampang di halaman sepak bola, dan dapat anda lihat begitu masuk ke komplek Kolese Kanisius-Jakarta. Kejujuran dan kedisiplinan hendaknya menjadi cirikhas di sekolah-sekolah kita, agar kelak kemudian hari anak-anak ketika telah menjadi dewasa menjadi sadar dan siap sedia terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan untuk semakin memperdalam hidup beriman.

“Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!” (Mzm 27:13-14)

Jakarta, 1 September 2009


Ignatius Sumarya, SJ

Senin, 31 Agustus 2009 :: Hari Biasa Pekan XXII

Senin, 31 Agustus 2009
Hari Biasa Pekan XXII

Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya -- Mzm 136:1


Doa Renungan

Ya Allah, aku bersyukur kepada-Mu, karena Engkau menganugerahi nafas hidup baru hari ini. Ya Allah, Putera-Mu Yesus Kristus telah ditolak di tempat asal-Nya, sehingga warta Kerajaan Allah tidak diterima di sana. Curahkanlah rahmat-Mu ke dalam budi dan hatiku, agar aku peka menangkap kehadiran-Mu dalam setiap peristiwa yang akan kualami selama hari ini. Dengan demikian imanku semakin tumbuh subur. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Tesalonika (4:13-17)

"Mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan oleh Allah bersama Yesus."

13 Saudara-saudara, kami ingin agar kamu mengetahui tentang orang-orang yang sudah meninggal dunia, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. 14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. 15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. 16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; 17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan akan datang menghakimi dunia dengan adil
Ayat.
(Mzm. 96:1.3.4-15.11-12.13)
1. Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa, kisahkanlah karya-karya-Nya yang ajaib di antara segala suku.
2. Sebab mahabesarlah Tuhan, dan sangat terpuji, Ia lebih dahsyat daripada segala dewata. Sebab segala allah para bangsa adalah hampa, tetapi Tuhan, Dialah yang menjadikan langit.
3. Biarlah langit bersukacita dan bumi bersoraksorai, biar gemuruhlah laut serta segala isinya; biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya dan segala pohon di hutan bersorak-sorai.
4. Biarlah mereka bersukacita di hadapan Tuhan, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Roh Tuhan menyertai Aku; Aku diutus Tuhan mewartakan kabar baik kepada orang-orang miskin.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (4:16-30)

"Aku diutus menyampaikan kabar baik kepada orang miskin. Tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya."

Sekali peristiwa datanglah Yesus di Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan


"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."

(1Tes 4:13-17a; Luk 4:18-30)


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Slirane iku biyen nakal kok saiki dadi pastor” (= “Anda itu dahulu kurangajar, tetapi sekarang dapat menjadi pastor”), demikian kata mantan guru SMP saya ketika sebagai pastor muda saya diminta memberi retret para guru katolik, antara lain para mantan guru SMP saya. Apa yang pernah saya alami ini kiranya dapat menggambarkan bagaimana orang-orang Nazaret kurang percaya kepada Yesus ketika Ia membacakan Kitab Taurat dan kemudian bersabda :”Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya”. Nas atau ayat-ayat yang dibacakan menyatakan bahwa Yesus diurapi untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, membebaskan orang-orang tertindas. Dengan kata lain kedatangan Yesus di tengah saudara-saudari-Nya merupakan rahmat Allah. Kita semua kiranya dipanggil untuk meneladan Yesus, dimana kita hadir atau berada diharapkan menjadi rahmat atau berkat bagi saudara-saudari kita. Kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun senantiasa menyelamatkan dan membahagiakan orang lain, terutama bagi mereka yang merasa miskin, tertawan, buta dan tertindas dalam berbagai bentuk. Jika kita semua dapat saling menjadi rahmat atau berkat, maka kiranya hidup bersama akan menjadi bahagia, damai sejahtera, tidak ada lagi yang miskin, tertindas, tertawan atau buta. Maka kami berharap kepada mereka yang sering membuat keributan atau kerugian bagi orang lain karena keserakahan atau kesombongannya dengan rendah hati bertobat dan memperbaharui diri.

· “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia” (1Tes 4:13-14), demikian peringatan Paulus kepada umat di Tesalonika, kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Jika selama hidup di dunia ini kita senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan, artinya hidup baik dan berbudi pekerti luhur, maka kita boleh percaya ketika kita dipanggil Tuhan atau meninggal dunia pada saat itu juga hidup mulia bersama Allah di sorga untuk selama-lamanya. Maka marilah kita berusaha untuk senantiasa berbudi pekerti luhur, yang antara lain menghayati keutamaan-keutamaan ini: “bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet “(Prof.Dr.Sedyawati: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997). Tentu saja kita tidak akan mungkin menghayati keutamaan-keutamaan tersebut semuanya secara unggul, tetapi ketika kita unggul dalam salah satu keutamaan tersebut di atas kiranya secara inklusif kita juga menghayati keutamaan-keutamaan lainnya. Marilah kita saling membantu dalam penghayatan atau pelaksanaan keutamaan-keutamaan tersebut di atas.



“Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. Sebab TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah. Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi TUHANlah yang menjadikan langit”

(Mzm 96:3-5).


Jakarta, 31 Agustus 2009


Ignatius Sumarya, SJ

Minggu, 30 Agustus 2009 :: Hari Minggu Biasa XXII

Minggu, 30 Agustus 2009
Hari Minggu Biasa XXII

Doa Renungan

Allah Bapa yang mahabaik, baharuilah selalu diri kami berkat Roh Kudus yang Kaucurahkan. Berilah kami rahmat untuk menerima kehadiran Putra-Mu dalam hidup kami sehingga dapat meneladan Dia dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dlam hidup. Dengan demikian menjadi nyata bahwa kami adalah murid Yesus Kristus Putera-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, kini dan sepanjang segala masa. .

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Ulangan (4:1-2.6-8)

"Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu; dengan demikian kamu berpegang pada perintah Tuhan."

1 "Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu. 2 Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu. 6 Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi. 7 Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti TUHAN, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? 8 Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan PS. 848
Ref. Tuhan siapa diam di kemah-Mu, siapa tinggal di gunung-Mu yang suci?
Ayat.
(Mzm 15:2-3.3-4.4-5)
1.Yaitu orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil, dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya.
2.Yang tidak berbuat jahat terhadap teman, dan tidak menimpakan cela kepada tetangganya, yang memandang hina orang yang tercela, tetapi menjunjung tinggi orang-orang yang takwa.
3.Yang tidak meminjamkan uang dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian tidak akan goyah selama-lamanya.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Yakobus (1:17-18.21.22.27)

"Hendaklah kamu menjadi pelaku firman."

Saudara-saudara, 17 setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. 18 Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya. 21 Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. 22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. 27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil PS. 956
Ref. Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya, Alleluya
Ayat:
Atas kehendaknya sendiri, Allah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita menjadi anak sulung diantara semua ciptaan-Nya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:1-8.14-15.21-23)

"Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."

Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.


Renungan


SIKAP BERAGAMA YANG SEJATI ?

Rekan-rekan yang baik!

Dalam tiap agama ditumbuhkan dan dikembangkan hidup rohani lewat lembaga hukum, aturan, tatacara, upacara, dan pemahaman kisah-kisah sakral (Kitab Suci). Jadi ada tujuan, yakni kerohanian, dan ada pula sarananya, yaitu kelembagaan tadi. Dalam kenyataan kerap tujuan dan sarana saling bertukar. Misalnya, tata upacara atau hukum-hukum agama menjadi makin dipentingkan dan menyingkirkan semua yang dirasa tidak sejalan. Akibatnya, kelembagaan lambat laun menjadi tujuan beragama, bukan lagi sarana. Orang bisa mulai merasa sesak, kurang leluasa. Sering dalam keadaan ini ada pembaruan untuk menjernihkan tujuan semula. Hidup beragama biasanya berada di antara dua kutub itu. Bisa lebih dekat dengan yang satu, bisa menjauh dari yang lain. Ada kecenderungan untuk hanya melihat tujuan sehingga sarana kelembagaan disepelekan. Tapi ada juga tarikan untuk mementingkan sarana dengan akibat tujuan menjadi kabur.


Permasalahan ini tercermin pula dalam petikan Injil Minggu Biasa XXII B ini (Mrk 7:1-8.14-15.21-23). Yesus ditanyai orang Farisi dan ahli Taurat, mengapa murid-muridnya tidak menaati adat turun temurun membasuh tangan sebelum makan. Orang-orang itu curiga Yesus dan murid-muridnya ini kaum yang tidak peduli lagi akan lembaga agama. Dari jawaban yang diberikannya, dapat disimpulkan bahwa Yesus bukannya hendak mengurangi wibawa kelembagaan agama. Ia malah ingin memurnikannya sehingga dapat membawa ke tujuan yang sesungguhnya. Ia memakai bahasa yang amat nyata seperti pernyataan bahwa yang perlu dibasuh bukannya tangan atau piring mangkuk, melainkan batin manusia. Maklum, tindakan-tindakan buruk timbul dari itikad buruk yang ada dalam batin, bukan karena tindakannya sendiri.

LATAR BELAKANGNYA

Di kalangan orang Yahudi pada zaman Yesus, pembasuhan tangan sebelum makan termasuk kesalehan yang dijalankan oleh para imam dan mereka yang berurusan dengan ibadat. Adat seperti itu dirincikan di dalam Talmud, yakni kumpulan penjelasan aturan dan hukum agama yang terangkum dalam Misyna. Misyna sendiri merupakan penjabaran dari hukum-hukum Taurat. Bagaimanapun juga,tidak ada kewajiban seperti itu bagi yang bukan imam. Orang Farisi dan para ahli Taurat tidak termasuk golongan imam. Memang ada kewajiban membasuh diri sebelum masuk dalam Bait sebelum beribadat, tetapi yang dibicarakan dalam Injil hari ini ialah pembasuhan tangan secara ritual sebelum makan. Sebenarnya Yesus tidak akan terlalu ditanya-tanya mengenai hal serupa karena permasalahannya hanya menyangkut para imam Yahudi. Yesus dan para muridnya bukan imam dan tidak bertugas sebagai imam dalam masyarakat Yahudi ketika itu.

Masalah yang terungkap dalam petikan hari ini mencerminkan keadaan pada zaman generasi kedua pengikut Yesus. Pada masa itu, praktek membasuh tangan juga dijalankan oleh orang Yahudi yang bukan imam sebelum makan sebagai ungkapan kesalehan. Para pengikut Yesus generasi kedua dari kalangan Yahudi banyak yang tidak menjalankannya. Mereka sebenarnya mengikuti adat yang lebih tua dan tidak menambah-nambah dengan pelbagai praktek kesalehan. Mengapa? Mereka belajar dari generasi pertama yang mengikuti sikap Yesus terhadap hukum agama, yakni menghayati semangatnya, bukan huruf atau bentuk luarnya. Patut diingat, para pengikut Yesus waktu itu belum menganggap diri dan belum dianggap memeluk "agama" baru. Mereka tidak mengikuti ritualisme dan legalisme yang semakin terasa di beberapa kalangan Yahudi pada zaman setelah Yesus. Baru kemudian mereka makin menjadi agama baru karena makin berbeda dengan tatacara dalam agama Yahudi. Markus menyusun Injilnya dengan latar belakang seperti ini.

Kaum Farisi itu orang-orang yang sebetulnya dengan sungguh-sungguh mau hidup menjalankan perintah agama secara radikal. Bahkan harfiah. Mereka mau menunjukkan begini inilah hidup mengikuti ajaran agama turun-temurun. Mereka berpengaruh besar dalam Sanhedrin, yakni lembaga peradilan agama dan pemerintahan di kalangan orang Yahudi. Mereka punya keyakinan, hidup seperti yang mereka jalani itu nanti akan berlangsung juga di akhirat. Jadi mereka mau menyucikan hidup duniawi sehingga menjadi semacam antisipasi hidup nanti. Di kalangan seperti inilah mulai tumbuh upaya-upaya kesalehan yang lebih besar dari yang biasa diatur dalam adat dan hukum agama.

Kisah pembicaraan antara Yesus dan orang Farisi serta ahli Taurat di sini tersusun atas dasar keyakinan para pengikut Yesus mengenai pemikiran dan sikap sang Guru sendiri. Bukan berarti pembicaraan dalam petikan ini tak pernah terjadi. Bisa saja pada zaman Yesus sudah ada beberapa kelompok orang saleh yang mempraktekkan pembasuhan ritual meski bukan imam. Orang yang menanyai Yesus itu mengira kelompok Yesus ini bisa jadi berasal kaum saleh baru tadi, seperti mereka sendiri.

PEGANGAN

Dalam menanggapi kecenderungan ritualisme dan upaya menjamin keselamatan lewat sarana kesalehan itu para pengikut Yesus dari generasi kedua dan selanjutnya mencoba mengingat-ingat apa yang kiranya bakal diajarkan Yesus sendiri. Ada dua garis yang mereka temukan, dan kedua-duanya termaktub dalam Injil hari ini.

Pertama, mereka yakin bahwa sang Guru mengajarkan ibadat yang tulus, bukan sekadar puji-pujian dangkal yang tidak disertai keyakinan rohani. Ini termaktub dalam Mrk 7:6-7. Di situ ditampilkan kembali Yes 29:13 yang berisi amatan tajam terhadap kurangnya integritas dalam kehidupan agama orang-orang di Yerusalem, pusat keyahudian waktu itu. Agama dijadikan dalih kepentingan manusiawi, kepentingan pihak yang berkuasa waktu itu. Akibatnya macam-macam ketidakadilan terjadi dan dibenarkan oleh cara beragama. Ibadat di Bait memang dikelola baik, tetapi korupsi, kemelaratan didiamkan saja. Dengan demikian hidup rohani makin terpisah dari kehidupan yang nyata. Inilah yang dikecam oleh orang seperti Nabi Yesaya. Gemanya terdengar dalam petikan hari ini.

Kedua, para murid dari generasi kedua itu juga tahu bahwa hidup rohani yang tulus, jadi hidup beragama yang sejati, bertujuan memurnikan batin manusia. Bila sungguh-sungguh, maka tak perlu lagi khawatir apa ada yang mengotori atau yang perlu disucikan dulu. Orang sudah hidup dalam kesucian batin yang mengangkat yang ada di luar. Bahkan mereka yakin Guru mereka menganggap yang ada dalam hidup sehari-hari itu bersih, tidak mengotori. Yang bisa mengotori itu tentunya batin yang tak bersih. Inilah yang digemakan dalam Mrk 7:14-15. Dengan kata lain, bila orang beranggapan yang di luar itu hanya mengotori belaka, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan batin yang bersangkutan sendirilah yang tidak beres.

Dua pokok jawaban itu tetap berarti bagi zaman kita. Sekarang ada kecenderungan menjalankan sikap agamaist secara berlebihan. Yang ada di luar lingkup keagamaan dianggap kotor dan busuk. Tetapi perlu diingat, manakah tujuan hidup beragama yang sebenarnya: melawan dunia dengan asal melawan atau mengembangkan hidup rohani yang mantap sehingga dapat berdialog dengan pihak lain. Mungkin kita akan merasa kita sudah jauh lebih maju dari pelbagai kelompok "lain". Kita merasa toleran, terbuka, berpijak pada kenyataan di masyarakat. Sungguh sudah bersihkah yang ada di dalam batin? Apakah kita memiliki cara pandang yang memadai mengenai keadaan di sekitar. Atau asal giat belaka, asal mengubah, asal memasyarakat? Arah jawaban kedua di atas tadi masih banyak artinya. Hanya bila kita juga bersih dari dalam maka yang keluar akan bersih, bila tidak maka kita hanya mengeruhkan suasana.

DAFTAR KEBUSUKAN

Pada akhir bacaan Injil hari ini (Mrk 7:21-22) terdapat daftar panjang pelbagai macam kebobrokan moral. Jumlahnya 13. Baiklah dibaca kembali satu persatu dengan perhatian pada artinya:

1. pikiran jahat (=itikad busuk),
2. percabulan (=kelakuan birahi yang tak bisa dibenarkan),
3. pencurian,
4. pembunuhan,
5. perzinahan (=ketaksetiaan di antara suami istri),
6. keserakahan (=bibit korupsi dan kolusi),
7. kejahatan (=tindak kekerasan),
8. kelicikan (=tipu daya untuk mencelakan),
9. perbuatan tak senonoh (=tak menghargai perasaan orang lain),
10. iri hati (dulu terutama tenung dan santet karena iri akan keberhasilan orang lain), 11. hujat (=fitnah menjatuhkan nama orang),
12. kesombongan (sikap takabur, termasuk sikap kurang menghormati yang keramat),
13. kebebalan (tak bisa membeda-bedakan apa yang boleh dan tak boleh dikerjakan).


Yang pertama dan yang terakhir erat berhubungan. Bila orang tak punya sikap batin bijak (kebusukan no. 13), maka yang ada dalam pikirannya ialah rencana yang akhirnya buruk belaka (kebusukan no. 1). Tiadanya kebijaksanaan batin tadi akan menelurkan 11 kebusukan yang didaftar di antaranya. Bagi pembaca zaman itu, cukup jelas bahwa Yesus tidaklah mendaftar kebusukan begitu saja, melainkan mengajar mereka di mana benih kebusukan sendiri merajalela, yakni dalam batin manusia yang tak peduli lagi akan sisi-sisi rohani. Batin yang demikian itu memupuk kebusukan. Bagaimana keluar dari sana? Tumbuhkan kepekaan rohani sehingga kebusukan tak subur lagi.


Salam hangat,


A. Gianto

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy