| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 15 Juni 2009

Senin, 15 Juni 2009
Hari Biasa Pekan XI

Kekuatan seseorang seringkali dinampakkan dengan keberanian untuk membalas. Kekuasaan sering ditunjukkan dengan kemenangan. Namun, tidak demikian dalam cara pandang Kristiani. Kekuatan jiwa atau rohani jauh lebih penting bagi Yesus. Ia mengajarkan kekuatan jiwa yang bisa menguasai diri dan mengampuni, bisa berhati lemah lembut meskipun diserang dengan kekerasan. (Ruah)

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (6:1-10)

"Dalam segala hal kami menunjukkan bahwa kami ini pelayan Allah."

Saudara-saudara, sebagai teman-teman sekerja, kami nasihati kalian, janganlah sia-siakan kasih karunia yang telah kalian peroleh dari Allah. Sebab Allah bersabda, "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan dikau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." Camkanlah, sekarang inilah saat perkenanan itu! Hari inilah keselamatan itu! Dalam segala hal kami tidak memberi alasan seorang pun tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami ini pelayan Allah, yaitu dalam menahan dengan penuh kesabaran segala penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berpayah-payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik; dalam mewartakan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan baik untuk menyerang ataupun untuk bertahan; ketika dihormati atau dihina; ketika diumpat atau dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun terpercaya; sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, namun tetap hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang yang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, padahal kami memiliki segala sesuatu.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya.
Ayat.
(Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4)
1. Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, sebab Ia telah melakukan karya-karya yang aj aib; keselamatan telah dikerjakan oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus.
2. Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya, Ia telah menyatakan keadilan-Nya di hadapan para bangsa. Ia ingat akan kasih dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel.
3. Segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi, bergembiralah dan bermazmurlah.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sabda-Mu adalah pelita bagi kakiku, dan cahaya bagi jalanku.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:38-42)

"Janganlah melawan orang yang berbuat jahat kepadamu."


38 Dalam kotbah di bukit, Yesus berkata, "Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. 39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. 40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. 41 Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. 42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Dalam perjalanan sambil nyopir saya mendengarkan kotbah melalui radio yang disampaikan oleh seorang haji. Dalam kotbah tersebut antara lain dikatakan :”Ada ajaran yang mengatakan ‘siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu’. Enak saja, kalau saya ditampar pipi kanan saya, maka saya tendang atau jotos orang tersebut, jika ada orang mencubit saya maka saya pukul orang tersebut…dst..”. Balas dendam yang lebih berat itulah yang sering terjadi dalam kehidupan bersama pada masa kini, antara lain terjadi suami membunuh isteri karena dituduh menyeleweng, para pejabat membunuh wartawan yang memberitakan kekurangan atau pelanggaran jabatan mereka dst.. “Janganlah melawan orang yang berbuat jahat kepadamu”, demikian sabda atau perintah Yesus . Sebagai murid atau pengikut Yesus marilah kita hayati atau laksanakan sabda ini. Yesus sendiri telah menghayati apa yang Ia sabdakan, antara lain Ia mendoakan mereka yang telah menyalibkan-Nya: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34). Kita sering merasa orang lain berbuat jahat kepada kita atau menyakiti kita, tetapi hendaknya disadari dan dihayati bahwa kebanyakan dari mereka tidak bermaksud berbuat jahat kepada kita, melainkan tidak tahu atas apa yang mereka lakukan atau perbuat. Dengan kata lain hemat saya pada umumnya kebanyakan orang berkehendak baik dan ingin berbuat baik, namun karena keterbatasan dan kelemahannya mereka tidak tahu bahwa apa yang mereka lakukan atau perbuat menjadikan yang lain sakit atau menderita. Orang yang tidak tahu berarti tidak salah, dan sekiranya salahpun sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk mengampuni dan mendoakannya.

Marilah kita hayati aneka perlakuan atau perbuatan orang lain kepada kita sebagai perwujudan kasihnya, dan kemudian kita tanggapi dengan berkata “terima kasih”.


· “Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.” (2Kor 6:1), demikian nasihat Paulus. Paulus sendiri telah menghayati nasihat tersebut sebagaimana ia sharingkan :”Dalam hal apa pun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran,”(2Kor 6:3-4). Setia pada panggilan dan tugas pengutusan memang tidak akan pernah terlepas dari aneka macam bentuk penderitaan, kesesakan dan kesukaran. “Jer basuki mowo beyo” = untuk hidup mulia, damai sejahtera, orang harus berani berjuang dan berkorban, demikian kata pepatah Jawa. Sebagai pelajar atau pekerja yang baik, setia dalam belajar atau bekerja pasti akan menghadapi aneka penderitaan, kesesakan atau kesukaran.

Marilah kita hayati atau hadapi aneka penderitaan, kesesakan dan kesukaran dengan penuh kesabaran. “Sabar adalah sikap atau perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah” (Prof Dr. Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka –Jakarta 1997, hal 24). Kita hayati aneka penderitaan, kesesakan dan kesukaran yang tidak lain merupakan konsekuensi dari kesetiaan kita sebagai kasih karunia Allah, maka kita hayati dan hadapi dengan penuh kesabaran.serta ceria, gembira ria. Bukankah ketika kita menerima kasih karunia dari sesama kita maka kita ceria dan gembira ria. Dalam kesabaran, keceriaan dan kegembiraan kita akan mampu mengatasi aneka penderitaan, kesesakan maupun kesukaran.

Ignatius Sumarya, S

Renungan Pagi

Menghayati Doa Syukur Agung (menyambut Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus)

Menghayati Doa Syukur Agung

oleh: P. Thomas Richstatter, O.F.M., S.T.D. *


Menurut saya, sepakbola jauh lebih menarik daripada cricket - terutama sebab saya tidak pernah dapat memahami permainan cricket! Hal-hal yang kita pahami selalu lebih menarik daripada hal-hal yang membingungkan kita.

Saya yakin bahwa Doa Syukur Agung (doa inti Misa) akan jauh lebih menarik dan membawa kita masuk dalam doa jika kita memahami apa yang terjadi sepanjang doa itu.

Pada dasarnya, Doa Syukur Agung mempunyai bentuk yang terdiri dari tiga bagian: 1). kita menyapa dan memuliakan Tuhan; 2). dengan penuh syukur kita mengenangkan segala yang telah Tuhan lakukan bagi kita; dan 3). kita memanjatkan permohonan.

“Bentuk” atau “susunan” tiga bagian ini ini amat serupa dengan “bentuk doa” yang dipergunakan seorang remaja ketika berbicara kepada ayahnya pada suatu Sabtu sore: “Pap, Papa adalah ayah terbaik yang pernah dapat dimiliki seorang. Papa bekerja keras bagi kami sepanjang pekan agar segala kebutuhan kami tercukupi. Pastilah Papa lelah dan ingin beristirahat di rumah sore ini dan menonton televisi. Bisakah aku pinjam kunci mobilnya, Pap?” Menyapa, mengenangkan, dan memohon.

Doa Syukur Agung diawali dengan dialog, “Tuhan bersamamu…. Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan ….” Kita menyapa dan memuliakan Tuhan, “Sungguh kuduslah Engkau, ya Bapa, sumber segala kekudusan….” Kemudian kita dengan penuh syukur mengenangkan karya keselamatan Allah. Kita mengenangkan Perjamuan Malam Terakhir, bagaimana Yesus mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya. Kita mengenangkan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Lalu, kita memanjatkan permohonan. Kita mohon pada Tuhan untuk mengutus Roh Kudus atas roti dan anggur agar menjadi tubuh dan darah Yesus Kristus dan kita mohon pada Tuhan untuk mengutus Roh Kudus atas kita agar kita menjadi Tubuh Kristus.

Dalam Doa Syukur Agung kita yang sekarang, kedua permohonan ini dipisahkan. Permohonan pertama (memohon Roh Kudus untuk mengubah roti dan anggur) ditempatkan sebelum kita mengenangkan peristiwa-peristiwa Perjamuan Malam Terakhir. Sedangkan permohonan kedua (memohon Roh Kudus untuk mengubah kita) ditempatkan sesudah kenangan.

Selanjutnya, kita mempersatukan permohonan-permohonan kita dengan doa-doa Santa Perawan Maria dan para kudus, memohon bagi yang hidup dan yang mati. Doa Syukur Agung diakhiri dengan imam mengunjukkan Roti dan Anggur dan mempersembahkan sulang kepada Tuhan, “Segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa.” Kata “Amin” yang menutup Doa Syukur Agung menyatakan persetujuan dan partisipasi kita.


LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI


DI RUMAH


Setelah membaca artikel pendek ini, berilah perhatian khusus pada ketiga bagian Doa Syukur Agung pada hari Minggu mendatang ketika kalian pergi ke gereja. Bagaimanakah kita menyapa Tuhan? Peristiwa-peristiwa apakah dari sejarah keselamatan kita yang dikenangkan? Apakah yang kita mohon dalam doa? Kemudian diskusikan dengan anak-anak: Bagaimanakah kalian menyapa Tuhan ketika kalian berbicara kepada-Nya dalam doa? Peristiwa-peristiwa apakah dalam hidup kalian sendiri yang kalian kenangkan dengan syukur dan pujian? Apa sajakah permohonan-permohonan kalian dalam Misa? Bagaimanakah permohonan-permohonan kalian itu berhubungan dengan doa yang dipanjatkan imam atas nama kita?


DI KELAS

Ketika saya menyampaikan materi ini, pertama-tama saya menjelaskan struktur Doa Syukur Agung. Kemudian saya membagikan fotokopi Doa Syukur Agung III kepada para siswa (dapat kita gunakan lembar misalet yang sudah tidak terpakai lagi). Mintalah para siswa mengambil pensil dan menandai fotokopi doa mereka dengan melingkari tempat-tempat di mana kita menyapa Tuhan. Sebutan-sebutan apakah yang kita pergunakan? Di manakah sepanjang doa itu kita “mengenangkan”? Peristiwa-peristiwa apa sajakah yang kita kenangkan? Di manakah kita mendapati kedua permohonan kepada Roh Kudus (permohonan untuk mengubah roti dan anggur, dan permohonan untuk mengubah kita, Gereja)?

Setelah saya membimbing mereka dalam Doa Syukur Agung III, saya membagi mereka dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga siswa dan meminta mereka untuk melakukan yang sama dengan Doa Syukur Agung II. Saya meminta mereka menemukan bagaimana kita menyapa Tuhan, mengenangkan, dan memohon. Dan akhirnya, kami membahas Doa Syukur Agung II bersama-sama dalam kelompok yang lebih besar.

Selama beberapa minggu setelah latihan ini, banyak dari antara para siswa (anak-anak, remaja dan orang dewasa) mengatakan kepada saya, “Misa mempunyai arti yang sama sekali baru bagi saya sekarang! Saya berdoa dengan cara yang sama sekali baru sepanjang Doa Syukur Agung.”


* Fr. Thomas Richstatter, O.F.M., has a doctorate in liturgy and sacramental theology from the Institute Catholique de Paris. A popular writer and lecturer, Father Richstatter teaches courses on the sacraments at St. Meinrad (Indiana) School of Theology.

sumber : “Praying the Eucharistic Prayer by Thomas Richstatter, O.F.M., S.T.D.”; Copyright St. Anthony Messenger Press; www.americancatholic.org

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”


Renungan Pagi

Minggu, 14 Juni 2009, Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus/Th B

Minggu, 14 Juni 2009
HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS/ Tahun B


"Ambillah, inilah tubuh-Ku."

“Yang akan menerima Ekaristi mahakudus, hendaknya berpantang dari segala macam makanan dan minuman selama waktu sekurang-kurangnya satu jam sebelum komuni, terkecuali air semata-mata dan obat-obatan” (KHK kan 919.1).
Maksud dari hukum atau aturan ini kiranya adalah bahwa setiap kali akan berpartisipasi di dalam Perayaan Ekaristi serta menyambut Tubuh Kristus atau menerima komuni kudus hendaknya diadakan persiapan yang memadai. Jika dicermarti kebanyakan umat di kota-kota besar nampak kurang ada persiapan dalam rangka berpartisipasi dalam Perayaaan Ekaristi, bahkan cukup banyak yang datang terlambat; sebaliknya di pedesaan cukup banyak umat datang lebih awal dan kemudian berdoa didalam gereja, antara lain berdosa rosario . Maka dalam rangka merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus hari ini saya mengajak anda sekalian untuk berrefleksi atau mawas diri perihal keterlibatan kita dalam Perayaan Ekaristi serta menyambut komuni kudus.

"Ambillah, inilah tubuh-Ku…Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.”

“Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri dan Gereja; di dalamnya Kristus Tuhan, melalui pelayanan imam, mempersembahkan diri-Nya kepada Allah Bapa dengan kehadiranNya secara substansial dalam rupa roti dan anggur, serta memberikan diriNya sebagai santapan rohani kepada umat beriman yang menggabungkan diri dalam persembahan-Nya” (KHK kan 899.1).

Tata Perayaan Ekaristi terdiri dari atau meliputi: (1) Ritus Pembuka, (2) Liturgi Sabda, (3) Liturgi Ekaristi dan (4) Ritus Penutup, maka baiklah saya sampaikan secara sederhana arti, makna atau maksud dari setiap bagian tersebut:

(1) Ritus Pembuka. Di dalam pembukaan kita diajak untuk menyadari dan menghayati kelemahan, kerapuhan dan dosa-dosa kita yaitu dengan doa Tobat. Maka baiklah dalam bagian pembukaan ini kita mengenangkan aneka macam janji yang telah kita ikrarkan: sejauh mana kita setia dan taat pada janji-janji tersebut. Sebagai contoh adalah janji baptis, dimana kita pernah berjanji ‘hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja dan menolak semua godaan setan’. Marilah kita memeriksa batin atau hati kita masing-masing: apakah semakin cenderung mengabdi Tuhan Allah atau mengikuti godaan setan. Jika ada kesalahan dan dosa-dosa dalam diri kita marilah bertobat atau memperbaharui diri dengan bantuan kasih pengampunan Tuhan. Salah satu usaha untuk bertobat atau memperbaharui diri antara lain kita dapat mendengarkan dan merenungkan Sabda Tuhan yang akan dibacakan maupun dikotbahkan dalam Liturgi Sabda.

(2) Liturgi Sabda. Dalam bagian ini kepada kita dibacakan sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, yang ditulis dalam dan oleh ilham Roh. “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2Tim 3:16 ). Di dalam bagian ini kiranya apa yang diharapkan dari kita semua adalah ‘mendengarkan’ (bukan mendengar). Agar kita dapat mendengarkan sabda Tuhan dengan baik, hendaknya bersikap rendah hati, membuka hati, jiwa, pikiran dan tubuh terhadap apa yang disabdakan oleh Tuhan. Jika kita sungguh dapat dengan rendah hati mendengarkan sabda Tuhan, maka kita akan tergerak untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, yang dalam Perayaan Ekaristi ini diberi kesempatan untuk mewujudkannya dalam bentuk persembahan harta benda/uang maupun doa-doa; kita siap untuk memasuki Liturgi Ekaristi.

(3) Liturgi Ekaristi. Liturgi Ekaristi terdiri dari tiga bagian: Persiapan Persembahan, Doa Syukur Agung dan Komuni. Di dalam persembahan kita persembahkan bersama uang/kolekte, hasil jerih payah kita atau hasil bumi (bunga atau buah), doa-doa permohonan serta roti dan anggur. Dalam memberi persembahan uang atau kolekte hendaknya kita meneladan janda miskin yang memberi persembahan dari kekurangannya bukan kelebihannya. Di dalam doa permohonan selain yang telah disiapkan oleh Panitia Luturgi sebagaimana tertulis dalam buku Liturgi juga dapat ditambahkan ujud atau intensi umat. Persembahan roti dan anggur akan menjadi bahan untuk mengenangkan perjamuan malam dimana Yesus memberikan diri-Nya/tubuh dan darah-Nya dalam rupa roti dan anggur. Roti dan anggur dikonsekrasikan dalam Doa Syukur Agung oleh imam menjadi tubuh dan darah Kristus. Dalam upacara Komuni “setiap orang yang telah dibaptis dan tidak dilarang oleh hukum, dapat dan harus diizinkan untuk menerima komuni suci” (KHK kan 912). Dengan menerima komuni suci berarti kita disatukan dengan Yesus Kristus, dan dengan demikian kita juga diutus untuk mewartakan Kabar Baik di dalam hidup sehari-hari kita. Tugas pengutusan ini kita ikuti didalam Ritus Penutup. .

(4) Ritus Penutup. Didalam Ritus Penutup ini antara lain kita menerima berkat Tuhan serta tugas pengutusan. “Marilah pergi! Kita diutus”, demikian ajakan imam, pemimpin ibadat dan kita jawab “Amin”, yang berarti kita dengan positif menyutui ajakan tersebut serta akan melaksanakan tugas pengutusan dalam hidup sehari-hari. Tema atau bahan tugas pengutusan kiranya dapat diambil dari bacaan Sabda Tuhan/Kitab Suci atau bahan renungan/kotbah pengkotbah, yang telah disampaikan dalam Perayaan Ekaristi yang kita ikuti.


“Jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup” (Ibr 9:13-14)

Dengan menerima komuni suci kita dipanggil untuk “menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia” dalam dan melalui aneka kesibukan, pelayanan, pekerjaan kita sehari-hari dimanapun dan kapanpun, “beribadah kepada Allah yang hidup”. Mayoritas waktu dan tenaga kita setiap hati untuk mendunia, berpartisipasi dalam aneka macam seluk-beluk duniawi. Hendaknya kita tidak melakukan apa-apa atau segala sesuatu yang sia-sia, yang semakin menjauhkan diri kita dari Tuhan, Marilah kita senantiasa melakukan apa yang baik dalam hidup mendunia, karena dengan dan melalui perbuatan baik hati naruni kita juga semakin disucikan, dijernihkan serta dicerdaskan, sehingga kita semakin cerdas secara spiritual.

“Beribadah kepada Allah yang hidup” dalam hidup sehari-hari itulah panggilan kita, yang berarti entah belajar atau bekerja kita hayati bagaikan beribadah, belajar dan bekerja adalah ibadah kepada Allah. Jika belajar atau bekerja sebagai ibadah kepada Allah berarti rekan kerja atau belajar adalah rekan beribadah, sarana-prasarana belajar atau bekerja adalah sarana-prasarana ibadah, suasana adalah suasana ibadah. Sikap hormat, sopan, hening, serius dan bersama-sama itulah yang terjadi selama beribadah, maka sikap yang sama hendaknya juga terjadi baik dalam belajar maupun bekerja. Karena kita telah makan ‘roti yang satu dan sama’ yaitu tubuh Kristus, maka kita semua disatukan dalam Kristus, sehingga kita hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati, saling menghormati, memuji, memuliakan dan melayani.




Ignatius Sumarya, SJ

Minggu, 14 Juni 2009

Minggu, 14 Juni 2009
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus

Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yoh 6:51)


Doa Renungan
Tuhan Yesus Kristus, dalam sakramen ekaristi yang luhur ini Engkau telah mempersatukan kami sebagai gereja. Dengan mengambil bagian di dalamnya dan dengan komuni, kami menerima sakramen cinta-Mu yang memberi kami kekuatan untuk menjalankan tugas perutusan-Mu dan keyakinan penyertaan-Mu. Semoga kami selalu mengagungkan misteri kudus tubuh dan darah-Mu, sehingga pantas menikmati hasil penebusan-Mu. Sebab Engkaulah Tuhan pengantara kami, yang hidup dan bertahta bersama Bapa dalam persatuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Keluaran (24:3-8)

"Inilah darah perjanjian yang diikat Tuhan dengan kalian."


3 Ketika Musa turun dari Gunung Sinai dan memberitahukan kepada bangsa itu segala firman TUHAN dan segala peraturan itu, maka seluruh bangsa itu menjawab serentak: "Segala firman yang telah diucapkan TUHAN itu, akan kami lakukan." 4 Lalu Musa menuliskan segala firman TUHAN itu. Keesokan harinya pagi-pagi didirikannyalah mezbah di kaki gunung itu, dengan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel.5 Kemudian disuruhnyalah orang-orang muda dari bangsa Israel, maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan menyembelih lembu-lembu jantan sebagai korban keselamatan kepada TUHAN. 6 Sesudah itu Musa mengambil sebagian dari darah itu, lalu ditaruhnya ke dalam pasu, sebagian lagi dari darah itu disiramkannya pada mezbah itu. 7 Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan." 8 Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: "Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 856
Ref. Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu, Inilah darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Lakukanlah ini akan peringatan kepada-Ku.
Ayat.
(Mzm 116:12-13.15-16.17-18)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan, segala kebaikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
2. Sungguh berhargalah di mata Tuhan, kematian semua orang yang dikasihi-Nya, Ya Tuhan, aku hamba-Mu, aku hamba-Mu, anak sahaya-Mu, Engkau telah melepaskan belengguku.
3. Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya.

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (9:11-15)

"Darah Kristus akan menyucikan hati nurani kita."


11 Saudara-saudara terkasih, Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, --artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- 12 dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. 13 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, 14 betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. 15 Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggara yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil PS 953
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Akulah roti hidup yang turun dari surga, siapa yang makan roti ini akan hidup selama-lamanya. (Yoh 6:51a)

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (14:12-16.22-26)

"Inilah tubuh-Ku, inilah darah-Ku."


12 Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi, pada waktu orang menyembelih domba Paskah, murid-murid Yesus berkata kepada-Nya: "Ke tempat mana Engkau kehendaki kami pergi untuk mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" 13 Lalu Ia menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: "Pergilah ke kota; di sana kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia 14 dan katakanlah kepada pemilik rumah yang dimasukinya: Pesan Guru: di manakah ruangan yang disediakan bagi-Ku untuk makan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku? 15 Lalu orang itu akan menunjukkan kamu sebuah ruangan atas yang besar, yang sudah lengkap dan tersedia. Di situlah kamu harus mempersiapkan perjamuan Paskah untuk kita!"16 Maka berangkatlah kedua murid itu dan setibanya di kota, didapati mereka semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah. 22 Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Ambillah, inilah tubuh-Ku." 23 Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu. 24 Dan Ia berkata kepada mereka: "Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang. 25 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah." 26 Sesudah mereka menyanyikan nyanyian pujian, pergilah mereka ke Bukit Zaitun.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

DALAM KESATUAN BATIN

Rekan-rekan yang baik!
Peristiwa yang dikisahkan dalam Injil hari ini, yakni perjamuan malam Yesus bersama para muridnya, dikaitkan Markus dengan Perjamuan Paskah Yahudi (Mrk 14:12-16). Begitu pula dalam Injil Matius dan Lukas (Mat 26:2. 17-19; Luk 22:7-14) yang memang ditulis atas dasar bahan Markus. Yohanes lain. Baginya, peristiwa itu bukan Perjamuan Paskah, melainkan perjamuan perpisahan Yesus dengan murid-muridnya. Pada hari Paskah Yahudi sendiri, menurut Yohanes, Yesus sudah meninggal (bdk. Yoh 18:28; 19:14) dan justru wafatnya diartikannya sebagai korban domba Paskah.

KAPAN TERJADI?

Di kalangan Yahudi zaman itu, hari dihitung mulai dari terbenamnya matahari hingga magrib berikutnya. Jadi satu hari terdiri dari sore dan malam hari serta siang hari berikutnya. Menjelang Paskah Yahudi, masih pada hari keenam (Jumat) domba kurban disembelih, tetapi baru dipersembahkan dalam upacara pada sore harinya yang sudah terhitung hari berikutnya, yakni malam Paskah Yahudi. Injil Yohanes mengartikan wafat Yesus di kayu salib sebagai penyembelihan domba yang terjadi pada hari Jumat, sedangkan sore harinya, yakni malam Paskah orang Yahudi, Yesus dikuburkan dan tinggal di sana sampai bangkit pada hari pertama minggu berikutnya. Injil-Injil Sinoptik (yakni Markus, Matius, dan Lukas) menampilkan penyaliban Yesus setelah Paskah Yahudi yang dirayakan Yesus bersama para muridnya.
Baik Injil Sinoptik maupun Injil Yohanes sama-sama menampilkan Yesus sebagai kurban Paskah. Tetapi kapan peristiwa ini terjadi, dan dalam bentuk mana, ada perbedaan. Injil Yohanes memakai cara penggambaran yang "mengurungkan" perjalanan waktu, seolah-olah semuanya kembali ke keadaan sebelum penciptaan. Bagi Yohanes, Paskah Yahudi dibarengi dengan kegelapan dalam kubur, dalam kematian. Ini keadaan sebelum sang Pencipta menyabdakan terang. Paskah Yahudi tampil sebagai yang tak berbentuk, keadaan kalang kabut (bdk. Kej 1:2). Perlu ada pengaturan dan terang. Dan Yang Maha Kuasa sendiri memberikannya, yakni Paskah yang baru, yaitu kebangkitan Yesus. Dia itu terang yang disabdakan bagi jagat. Dan terang itu kini berada bersama Yang Maha Kuasa, yang disebutnya Bapa. Dari sana ia akan mengirim Rohnya kepada para muridnya. Ini juga telah diutarakannya dalam pesan-pesan terakhirnya pada perjamuan malam sebelum ia ditangkap.
Injil Sinoptik memakai cara penggambaran yang mengarah ke depan dan mengantisipasi peristiwa wafat Yesus di salib dengan Perjamuan Paskah. Di sini Yesus menegaskan pemberian dirinya - tubuh dan darahnya - sebagai jaminan Perjanjian keselamatan yang baru. Barangsiapa bersatu dengannya akan terikut di dalam keselamatan. Roti yang disambut dan anggur yang diminum menandai kesatuan dengan tubuh dan darah Yesus - dengan dirinya sepenuh-penuhnya. Injil Sinoptik juga memakai Perjamuan Paskah, yakni peringatan pembebasan umat Perjanjian Lama dari perbudakan di Mesir, untuk mengartikan kurban diri Yesus di salib nanti. Dia itu kurban yang membebaskan kemanusiaan dari perbudakan dosa. Dengan demikian, Injil Sinoptik juga menampilkan perjamuan bersama para murid tadi sebagai perayaan penebusan.

BERSAMA ORANG BANYAK

Meskipun agak rumit, uraian di atas menunjukkan dinamika pemahaman para murid tentang Yesus sang Mesias yang telah mereka ikuti dari tempat ke tempat dan kini tetap menyertai mereka walaupun dengan cara yang berbeda. Dan perjamuan "berakah" yang menjadi ibadat mereka sebagai orang Yahudi menjadi perayaan bersama untuk semakin menyadari kenyataan batin ini. Seperti halnya perjamuan "berakah" untuk memperingati dan menghadirkan kembali peristiwa keluaran dari Mesir, perjamuan ekaristi dijalankan untuk mengenang kembali kebersamaan batin dengan Yesus yang mengurbankan diri bagi keselamatan orang banyak. Patut dicatat, gagasan "eukharistia" ialah padanan dalam bahasa Yunani bagi "berakah" Ibrani. Dengan latar pemahaman di atas marilah kita petik warta Injil hari ini.
Bayangan kita mengenai perjamuan terakhir boleh jadi amat dipengaruhi lukisan gaya Leonardo da Vinci: di sebuah ruang khusus Yesus memimpin perjamuan yang dihadiri hanya oleh murid-murid paling dekat. Dan kita akan mengamati siapa-siapa dan bagaimana sikap mereka dan bagaimana sikap Yesus. Tafsiran artistik ini memang mengungkapkan kekhususan kesempatan itu. Saat itulah lahir kelompok kecil yang akan menjadi komunitas penerus karya dan kehadiran Yesus di dunia ini. Mereka akan berbagi ingatan akan siapa Yesus yang mereka kenal dari dekat, yang mereka kagumi, yang mereka ikuti. Walaupun demikian, gambaran itu tidak amat cocok dengan yang kiranya terjadi dulu. Ruang tempat Yesus dan murid-muridnya makan pasti dipenuhi orang-orang lain juga. Yesus ialah tokoh yang telah menggemparkan seluruh wilayah utara - Galilea - dan tempat-tempat di sepanjang perjalanannya ke Yerusalem. Ia disambut dengan sorak sorai ketika memasuki kota itu, bagaikan seorang raja. Yerusalem waktu itu juga ramai banyak didatangi para peziarah yang akan beribadat tahunan di kota suci itu. Ia bahkan disangka akan menggerakkan masa membangun kerajaan baru. Itulah yang dituduhkan oleh para pemimpin Yahudi sendiri di hadapan penguasa Romawi.

Pemilihan tempat perjamuan juga dikisahkan dalam Mrk 14:12-16 dengan cara yang unik. Seakan-akan semuanya sudah diatur. Dua orang murid disuruhnya memasuki kota dan di sana mereka akan berjumpa dengan seorang laki-laki yang membawa kendi air. Mereka disuruh mengikutinya. Dan orang itu akan menunjukkan ruang besar yang sudah diperlengkapi dan siap pakai. Pembaca zaman dulu tahu bahwa seorang lelaki yang membawa kendi air bukan pemandangan yang biasa, bahkan aneh. Biasanya air dibawa dengan kerbat dari kulit. Ini cara Markus menarik perhatian pembacanya. Juga untuk menunjukkan bahwa tempat perjamuan yang direncanakan ini mudah diketahui orang, bukan hal yang diam-diam dipilih bagi kelompok sendiri. Siapa saja akan bisa melihat orang yang membawa kendi air - sebuah pemandangan yang mencolok - dan mengetahui tempat yang ditunjukkan orang itu kepada kedua murid tadi.

ROTI DAN ANGGUR

Yesus sudah jadi tokoh tenar waktu itu. Ke mana saja ia pergi, ia selalu diiringi orang banyak. Juga tempat ia berjamu dengan para muridnya pasti didatangi orang banyak pula. Mereka ingin melihat tokoh ini bersama kelompok murid yang kondang itu. Boleh kita hubung-hubungkan keadaan ini dengan peristiwa Yesus memberi makan orang banyak yang diceritakan sampai enam kali dalam Injil-Injil. Ia berbagi rezeki yang diperoleh dari Bapanya dengan orang banyak yang mengikutinya dan menaruh kepercayaan serta harapan kepadanya. Ia berusaha memurnikan harapan serta angan-angan mereka. Ia datang bukan sebagai Mesias yang akan membangun kembali kejayaan dulu atau menumbangkan lembaga penindas. Ia datang untuk memperkenalkan Allah yang bisa didekati. Juga kali ini, di Yerusalem, di kota-Nya yang suci itu, Yesus memperkenalkanNya sebagai Allah yang bisa dijangkau orang banyak. Bukan lewat kurban dan upacara, tetapi lewat diri Yesus, lewat dia yang berani dengan tulus memanggil-Nya sebagai "Bapa". Tentu peristiwa ini mengagetkan. Dan ini terjadi bukan di Bait Allah, melainkan di sebuah ruang tempat ia mengadakan perjamuan dengan para muridnya.

Pada kesempatan itulah Yesus membuat roti dan anggur perjamuan menjadi tanda pemberian diri seutuhnya kepada mereka yang ikut makan dan minum. Kata-kata "inilah tubuhku" (Mrk 14:22) dan "inilah darahku" (24) menjadi ajakan bagi mereka yang ikut serta dalam perjamuan itu untuk menyadari bahwa sebenarnya mereka bersatu dengan dia yang kini menjadi tanda keselamatan bagi orang banyak. Injil merumuskannya sebagai darah perjanjian, yakni yang dulu secara ritual diadakan dalam upacara kurban sembelihan untuk meresmikan Perjanjian.

Bagaimana kita memahami perayaan yang dikisahkan Injil itu bagi orang sekarang? Yang terjadi pada kesempatan itu erat hubungannya dengan inti perayaan ekaristi seperti kita kenal kini. Dalam peristiwa itu kumpulan orang di sekitar Yesus menyadari adanya dua kenyataan. Pertama, kurban Yesus, dan yang kedua ialah kemungkinan berbagi kehidupan dengannya. Kepercayaan inilah yang kemudian berkembang dalam ujud perayaan ibadat ekaristi mengenang kurban tadi. Dan ingatan ini diteruskan turun temurun hingga zaman ini. Tak ada satu hari pun lewat tanpa kenangan tadi. Dalam hal inilah peristiwa perjamuan terakhir tadi masih terus berlangsung. Juga kesatuan dengan dia yang mengorbankan diri demi orang banyak menjadi semakin nyata.

DARI BACAAN KEDUA (Ibr 9:11-15)

Dalam petikan surat kepada orang Ibrani kali ini Kristus digambarkan sebagai Imam Agung surgawi yang memperoleh kelepasan hukuman bagi umat dengan mengurbankan dirinya sendiri (ay. 11-14) . Ia juga menjadi pengantara yang membangun kembali ikatan baik kemanusiaan dengan Allah yang hidup (ay. 15). Bagi pembaca dulu yang berasal dari kalangan Yahudi, dua gambaran ini amat menggarisbawahi betapa kini manusia boleh merasa disatukan dan dihubungkan kembali dengan asalnya. Di tempat lain, di zaman lain kekuatan gambaran ini masih dapat ditonjolkan, tentu saja dengan menunjukkan apa yang hendak disampaikan: peran Kristus dalam membawa kemanusiaan dekat kembali dengan kehadiran Yang Ilahi dengan kehidupannya. Orang diajak mendalami pengalaman bahwa Kristus kini hidup dan berada di tengah-tengah umat dan bersama-sama umat ia menghadap Allah, dan dengan demikian membarui wajah kemanusiaan. Orang boleh menyadari kenyataan ini di tengah-tengah keadaan apapun, termasuk pelbagai macam kekaburan di dalam kehidupan ini.



Salam hangat,
A. Gianto

Renungan Pagi

Sabtu, 13 Juni 2009, Pw. St. Antonius dari Padua, Imam dan Pujangga Gereja

Sabtu, 13 Juni 2009
Pw. St. Antonius dari Padua, Imam dan Pujangga Gereja


Doa Renungan

Allah sumber pengetahuan, kami bersyukur atas anugerah St. Antonius dari Padua sebagai teladan bagi kami untuk mempunyai iman yang teguh dan harapan yang kuat, meskipun dalam menghadapi kesulitan hidup. Semoga dengan keteladanan orang suci-Mu ini, kami hari ini dapat bekerjasama dengan rahmat-Mu untuk memulai, mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan kami dalam nama-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Orang yang telah mengalami arti diperdamaikan dengan Allah, seperti Paulus, akan terdorong mewartakannya kepada semua orang. Semua itu bertujuan mengundang semua orang untuk berani datang kepada Kristus untuk menimba sumber yang menyelamatkan itu dari-Nya. Rahmat perdamaian itu membebaskan kita dari dosa dan membangun sikap tidak mengadili dan menghukum sesama kita, sebagaimana yang telah dilakukan Tuhan bagi kita.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (5:14-21)


"Dia yang tidak mengenal dosa, telah dibuat-Nya menjadi dosa bagi kita."

14 Saudara-saudara, kasih Kristus menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. 15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. 16 Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. 17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. 18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. 19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. 20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. 21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan itu pengasih dan penyayang.
Ayat.
(Mzm 103:1-2.3-4.8-9.11-12)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!
2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!
3. Tuhan adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak terus-menerus Ia murka, dan tidak untuk selamanya Ia mendendam.
4. Setinggi langit dari bumi, demikianlah besarnya kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takut akan Dia!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan karuniakanlah hukum-Mu kepadaku.

Dalam pergaulan kita mengenal bahwa arti kata-kata seringkali mengalami kemerosotan. Kata-kata yang kedengaran baik dan suci tak jarang dipakai untuk menutupi kebenaran dan menciptakan kemunafikan. "Jangan bersumpah" dimaksudkan agar kita mau menghargai dan memperjuangkan kejujuran dan kebenaran yang terkandung dalam kata-kata kita sehari-hari.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:33-37)


"Aku berkata kepadamu, jangan sekali-kali bersumpah."

33 Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. 34 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, 35 maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; 36 janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. 37 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan

Sebagai orang Kristen kita dilarang bersumpah atas segala hal. Dasarnya adalah bahwa segala yang ada pada kita sebenarnya bukan milik kita, melainkan milik Allah sendiri. Apakah kita merasa bahwa kitalah yang paling berkuasa dan segalanya milik kita sendiri?

Doa Renungan
Allah sumber pengetahuan, kami tahu bahwa perintah-Mu baik dan benar. Nasihat-Mu berguna bagi kami untuk memperoleh kehidupan kekal. Namun kami masih terombang-ambing oleh bujuk rayu setan yang menyesatkan. Maka tolonglah kami untuk selalu dapat mengarahkan hati kami hanya pada sabda-Mu, sehingga kami mempunyai hati yang bersih, dimana Engkau dapat mengubah hidup kami sesuai rencana-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Renungan Pagi

Jumat, 12 Juni 2009, Hari Biasa Pekan X

Jumat, 12 Juni 2009
Hari Biasa Pekan X

Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan. (2Ptr 2:18)

Doa Renungan

Allah sumber kebijaksanaan, Engkau menghendaki agar manusia bahagia dalam hidupnya. Engkau menghendaki agar semua manusia selamat. Sungguh besar kasih-Mu pada kami. Maka bantulah kami hari ini untuk melawan setiap keinginan jahat yang muncul dalam hati kami. Sehingga kami tetap Engkau dapati selalu siap siaga untuk melakukan kehendak-Mu. Sebab Dialah Tuhan pengantara kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (4:7-15)


"Allah yang membangkitkan Tuhan Yesus akan membangkitkan kami juga."


7 Saudara-saudara, harta pelayanan kami sebagai rasul kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. 8 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; 9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. 10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. 11 Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. 12 Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu. 13 Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata", maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. 14 Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya. 15 Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Kepada-Mu, ya Tuhan, kupersembahkan kurban syukur.
Ayat.
(Mzm 116:10-11.15-16.17-18)
1.Aku tetap percaya, sekalipun aku berkata, "Aku ini sangat tertindas" sekalipun aku berkata dalam kebingunganku, "Semua manusia pembohong."
2. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ya Tuhan, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari sahaya-Mu! Engkau telah melepaskan belengguku!
3. Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan; aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Hendaknya kalian bersinar di dunia seperti bintang-bintang sambil berpegang pada sabda kehidupan.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:27-32)


"Barangsiapa memandang wanita dengan menginginkan, dia sudah berbuat zina di dalam hatinya."


27 Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, "Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. 28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. 29 Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. 30 Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. 31 Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. 32 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

Setiap pengikut Kristus harus hidup murni, baik yang selibat maupun yang berkeluarga. Bagi yang selibat berarti tidak mengadakan hubungan seksual sama sekali. Bagi yang berkeluarga hanya boleh dengan pasangannya saja. Dengan ini Yesus menguduskan perkawinan dan sesungguhnya perkawinan Kristiani dijadikan-Nya sebuah sakramen, artinya di dalam hubungan cinta kasih antara suami dan istri, Yesus sendiri hadir dan menguatkan hubungan itu, termasuk hubungan intim, asal itu dijalankan karena cinta kasih.

Sesungguhnya yang membahagiakan manusia dan memberi kepenuhan dalam hubungan suami istri itu bukanlah hubungan seks itu sendiri, melainkan cinta kasih yang menjiwainya. Seandainya hanya hubungan seks yang memberikan kebahagiaan, maka para pelacurlah yang paling bahagia karena mereka yang melakukan hubungan seks paling banyak. Namun kenyataannya, hidup mereka justru sangat memprihatinkan. Manusia diciptakan untuk cinta, karena Allah adalah kasih.

Jadi, setiap orang harus dapat mencintai, baik yang selibat maupun yang berkeluarga, tetapi menurut panggilan masing-masing. Yang selibat seluruh hati harus diarahkan kepada Yesus, supaya dapat mengasihi Dia dan sesama dengan benar, murni, tanpa pamrih.

Tuhan Yesus, berikanlah hati-Mu kepadaku, supaya aku dapat mengasihi Engkau dengan segenap hati dan dapat mengasihi sesamaku dengan tulus ikhlas. Amin.




Ziarah Batin 2009

Renungan Pagi

Kamis, 11 Juni 2009, Pw. S. Barnabas, Rasul

Kamis, 11 Juni 2009
Pw. S. Barnabas, Rasul


Doa Renungan

Ya Allah, kami akan memulai aktivitas kami. Sertailah kami sehingga kami dapat ambil bagian dalam karya keselamatan-Mu. Semoga kami dapat bekerjasama dengan rahmat-Mu sehingga kami dapat mewartakan kabar gembira bagi semua orang seperti yang telah dilakukan oleh rasul-Mu St. Barnabas. Dengarkanlah doa kami dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami.Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (11:21b-26;13:1-3)


"Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman"

Pada perkembangan awal umat beriman, di Antiokhia sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan. Maka sampailah kabar tentang mereka itu kepada jemaat di Yerusalem. Lalu jemaat itu mengutus Barnabas ke Antiokhia. Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasehati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan. Karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman, sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus. Setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhia murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen. Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, Lukius orang Kirene, Menahem yang diasuh bersama dengan raja-wilayah Herodes, dan Saulus. Pada suatu hari, ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus, "Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka." Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan telah menyatakan keadilan-Nya di hadapan para bangsa.
Ayat.
(Mzm 98:1.2-3ab.3c-4.5-6)
1. Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, sebab Ia telah melakukan karya-karya yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus.
2. Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya. Ia telah menyatakan keadilan-Nya di hadapan para bangsa. Ia ingat akan kasih dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel.
3. Segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi, bergembiralah dan bermazmurlah!
4. Bermazmurlah bagi Tuhan dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu merdu; dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-sorailah di hadapan Raja, yakni Tuhan!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Pergilah, ajarlah segala bangsa, sabda Tuhan. Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (10:7-13)


"Kamu telah menerima dengan cuma-cuma; karena itu berilah dengan cuma-cuma pula."

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat. Sembuhkanlah orang-orang sakit, bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta, usirlah setan-setan! Kamu telah menerima dengan cuma-cuma; karena itu berilah dengan cuma-cuma pula! Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak, dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya; jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan



Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Barnabas, Rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Rasul berarti utusan, maka seseorang disebut rasul berarti yang bersangkutan memiliki tugas utama sebagai yang diutus. Hidup beriman atau beragama juga memiliki dimensi rasuli atau pengutusan. Sebagai yang diutus pada umumnya banyak bepergian untuk menyampaikan pesan dari yang mengutus. Mayoritas waktu dan tenaga kita setiap hari kiranya untuk bepergian, entah jarak dekat atau jauh alias bergerak terus menerus. Sebagai orang beriman dalam bepergian atau bergerak kemanapun dan dimanapun kita dipanggil untuk memberitakan bahwa “Kerajaan Surga sudah dekat”. Jika Yesus mengatakan bahwa dalam menjalankan tugar rasuli tidak boleh membawa bekal dan lain-lain, kiranya yang dimaksudkan adalah ‘merasul melalui cara hidup dan cara bertindak’ kita. Sejauh mana cara hidup dan cara berindak kita memberitakan ‘Kerajaan Surga sudah dekat’?, artinya melalui cara hidup dan cara bertindak kita dapat dilihat dan dirasakan karya Allah dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini dan siapapun yang kena dampak atau pengaruh hidup dan cara bertindak kita semakin beriman kepada Allah?

Kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kemanapun ‘menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati atau lesu, mentahirkan orang kusta, mengusir setan’. Dalam situasi saat ini kiranya cukup banyak orang sakit (sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh/phisik) maupun lesu dan tak bergairah. Marilah dengan rendah hati dan lemah lembut kita dekat, sapa dan tolong mereka yang sakit dan lesu atau tak bergairah.

Sakit atau lesu kiranya karena pengaruh setan atau karya setan, maka bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti akan mampu menyembuhkan atau menggairahkannya, karena Tuhan senantiasa menang atas setan.

· “Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan” (Kis 11:23-24). Rasul memang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman; secara yuridis fungsi rasuli ini di dalam Gereja Katolik ada di tangan Uskup, maka mereka yang terpilih menjadi Uskup kita imani sebagai pribadi yang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Para Uskup juga bertugas untuk membawa orang kepada Tuhan. Kiranya tugas para Uskup membutuhkan bantuan dan kerjasama kita, umat Allah, maka kita semua juga dipanggil untuk menjadi baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman.

Hanya dengan menjadi pribadi yang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman kita dapat membawa orang kepada Tuhan. Tanda bahwa orang itu baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman adalah yang bersangkutan berudi pekerti luhur, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: “bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet “ (Prof.Dr.Sedyawati: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997).

Seorang rasul senantiasa juga dapat melihat kasih karunia Allah dalam diri sesama dan saudara-saudarinya, antara lain melihat keutamaan-keutamaan tersebut dalam diri sesamanya.



Ignatius Sumarya, SJ

Renungan Pagi

Rabu, 10 Juni 2009, Hari Biasa Pekan X

Rabu, 10 Juni 2009
Hari Biasa Pekan X

Kehadiran Kristus bukan untuk meniadakan hukum Taurat, namun untuk menggenapinya. Menggenapi tidak selalu berarti menambah peraturan, tetapi memperdalam sikap. Tidak hanya sikap lahir yang diperhatikan, namun juga menyangkut sikap batin. Bukan yang dari mulut yang menjadikan haram, melainkan yang dari hati. (Ruah)

Doa Renungan

Allah Bapa yang penuh kasih, syukur atas sabda-Mu di mana kami boleh bertumbuh dalam iman. Lewat Sabda-Mu kami dapat menimba kekayaan rahmat-Mu. Bapa, biarlah Firman-Mu menjadi sumber perekat bagi semua orang yang tergabung dalam pewartaan Gereja, di mana kami juga boleh terlibat dalamnya. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (3:4-11)


"Kami dijadikan pelayan suatu perjanjian baru, bukan yang terdiri dari suatu hukum yang tertulis, melainkan dari roh."


Saudara-saudara, besarlah keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus. Dari diri kami sendiri, kami merasa tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri. Tetapi kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Dialah yang membuat kami sanggup menjadi pelayan suatu perjanjian baru; bukan perjanjian yang terdiri dari hukum yang tertulis, melainkan dari Roh. Sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan. Pelayanan yang terukir dengan huruf pada loh-loh itu mematikan. Meskipun demikian, pelayanan itu disertai kemuliaan Allah pada waktu diberikan. Sebab sekalipun pudar juga, wajah Musa bercahaya begitu cemerlang, sehingga mata orang-orang Israel tidak tahan menatapnya. Jika pelayanan itu datang dengan kemuliaan yang demikian, betapa lebih besar lagi kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh! Jadi, kalau pelayanan yang memimpin kepada penghukuman itu begitu mulia, betapa lebih mulianya lagi pelayanan Roh yang memimpin kepada pembenaran. Sebenarnya apa yang dahulu dianggap mulia, jika dibandingkan dengan kemuliaan yang mengatasi segala sesuatu ini, sama sekali tidak mempunyai arti. Sebab jika yang pudar itu disertai dengan kemuliaan, betapa lebihnya lagi yang tidak pudar itu disertai dengan kemuliaan.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Kuduslah Engkau, ya Tuhan Allah kami.
Ayat.
(Mzm 99:5.6.7.8.9)
1. Tinggikanlah Tuhan, Allah kita, dan sujudlah menyembah kepada tumpuan kaki-Nya! Kuduskanlah Ia!
2. Musa dan Harun di antara imam-imam-Nya, dan Samuel di antara orang-orang yang menyerukan nama-Nya. Mereka berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab mereka.
3. Dalam tiang awan Ia berbicara kepada mereka; mereka telah berpegang pada peringatan-peringatan-Nya, dan pada ketetapan yang diberikan-Nya kepada mereka.
4. Tuhan, Allah kami, Engkau telah menjawab mereka, bagi mereka, Engkaulah Allah yang mengampuni tetapi juga membalas perbuatan-perbuatan mereka.
5. Tinggikanlah Tuhan, Allah kita, dan sujudlah menyembah di hadapan gunung-Nya yang kudus! Sebab kuduslah Tuhan, Allah kita!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Tunjukkanlah lorong-Mu kepadaku, ya Tuhan, bimbinglah aku menurut sabda-Mu yang benar.


Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:17-19)


"Aku datang untuk menggenapi hukum."

Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, "Janganlah kalian menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu, 'Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu yota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.' Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga. Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga."


Renungan


Sepintas lalu ayat-ayat ini membingungkan. Bukankah Yesus sendiri sering melanggar hukum, misalnya menyembuhkan orang pada hari Sabat dan membiarkan murid-murid-Nya memetik gandum pada hari Sabat.

Pada zaman Yesus, hukum dibedakan menjadi: Hukum yang berasal dari Allah sendiri, seperti umpamanya kesepuluh perintah Allah; dan hukum dari peraturan-peraturan kecil yang dibuat para ahli Taurat – untuk melindungi Hukum Allah – yang tidak terbilang jumlahnya sehingga mencekik manusia. Peraturan itulah yang dikecam Yesus. Namun sebaliknya, Yesus menjunjung tinggi Hukum Allah sendiri, seperti kesepuluh perintah Allah, yang masih berlaku hingga hari ini.

Yang sebenarnya mau ditekankan Yesus ialah bahwa kita harus selalu mencari dan melaksanakan kehendak Tuhan dan dengan demikian akan mencapai kebahagiaan yang sejati. Persoalannya sekarang, di mana dan bagaimana kita dapat mengetahui kehendak Tuhan?

Orang Farisi dan para ahli Taurat mencarinya dalam berbagai macam peraturan yang mereka buat.Para teroris menyangka melakukan kehendak Tuhan dengan bom bunuh diri untuk membunuh orang yang tidak sepaham dengan mereka. Lalu dimana kita menemukannya? Ya itu dalam Hukum Tuhan sendiri yang diringkas dalam: “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap kekuatanmu; dan sesamamu manusia seperti dirimu”.

Ya Allahku, kuserahkan jiwa dan ragaku pada kekuasaan-Mu. Berikanlah aku kekuatan-Mu agar aku dapat mengamalkan kasih-Mu. Amin.



[Ziarah Batin 2009]

Renungan Pagi
688

Renungan Pagi

Selasa, 09 Juni 2009, Hari Biasa Pekan X

Selasa, 09 Juni 2009
Hari Biasa Pekan X


Iman selalu memiliki daya kesaksian. Menghayati iman adalah hidup dalam kebenaran Kristus. Hidup dalam kebenaran Kristus selalu memancar keluar dan membawa terang, sebagaimana Kristus senantiasa menampakkan kemuliaan Bapa-Nya. (Ruah)

Doa Renungan

Bapa yang mahabaik, kasih-Mu menjadi rahmat yang luar biasa bagi hidup kami. Saat ini kami ingin menyerahkan segala yang telah terjadi dan akan terjadi sebagai persembahan bagi-Mu. Kami ingin berjalan bersama-Mu dan melakukan segalanya bersama-Mu, terpujilah Engkau untuk selama-lamanya. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (1:18-22)


"Pada Yesus bukanlah terdapat "ya" dan "tidak", melainkan hanya ada "ya".


Saudara-saudara, demi Allah yang setia, janji kami kepada kalian bukanlah serentak "ya" dan "tidak". Sebab Yesus Kristus, anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kalian, yaitu oleh Silvanus, Timotius dan aku, bukanlah serentak "ya" dan "tidak"; di dalam Dia hanya ada "ya". Sebab Kristus adalah 'ya' bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengucapkan "Amin" untuk memuliakan Allah. Sebab Allahlah yang meneguhkan kami bersama kalian dalam Kristus. Dia pulalah yang telah mengurapi kita serta memeteraikan tanda milik-Nya atas kita. Dialah yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan atas semua yang telah disediakan-Nya untuk kita.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu, ya Tuhan.
Ayat.
(Mzm 119:129.130.131.132.133.135)
1. Peringatan-peringatan-Mu ajaib, itulah sebabnya jiwaku memegangnya.
2. Bila tersingkap, firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.
3. Mulutku kungangakan dan megap-megap, sebab aku mendambakan perintah-perintah-Mu.
4. Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebagaimana patutnya orang-orang yang mencintai nama-Mu.
5. Teguhkanlah langkahku oleh janji-Mu, dan janganlah segala kejahatan berkuasa atasku. 6.Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu, dan ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuji Bapamu di surga.


Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:13-16)


"Kamu adalah garam dunia”


Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda, "Kalian ini garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah dapat diasinkan? Tiada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak-injak orang. Kalian ini cahaya dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu di surga."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Renungan

· “Pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah” (1Kor 2 1:18). Salib adalah tempat persermbahan diri Yesus secara total bagi keselamatan atau kebahagiaan dunia seisinya. Apa yang dimaksudkan dengan ‘pemberitaan tentang salib’ antara lain persembahan diri total demi keselamatan dan kebahagiaan dunia seisinya. Dengan kata lain jika kita dipanggil untuk memberitakan salib berarti kita dipanggil untuk mempersembahkan diri kita secara total demi kebahagiaan atau keselamatan sesama manusia, lingkungan hidup dan dunia seisinya. Rasanya di dalam kehidupan bersama mereka yang bertindak demikian adalah pelayan atau pembantu rumah tangga/kantor yang baik, maka jika kita hendak mempersembahkan diri demi keselamatan yang lain hemat saya cara hidup dan cara bertindak kita harus dijiwai oleh semangat melayani. Ingat dan perhatikan bahwa jumlah pelayan dalam kehidupan bersama pada umumnya sedikit atau hanya satu dua orang saja, namun peranan dan jasa mereka untuk hidup bersama sangat menentukan. Dalam tugas pekerjaan, fungsi, jabatan atau kedudukan apapun, marilah kita bersikap dan bertindak melayani. Mungkin semangat dan tindakan melayani ini perlu teladan dari mereka yang merasa menjadi pemimpin atau atasan, yaitu dengan menghayati kepemimpinan partisipatif, yang dijiwai keutamaan mendengarkan yang rendah hati. Kami percaya jika mereka yang berada di atas, menjadi pemimpin atau atasan berani menjadi teladan dalam melayani, maka semua yang dipimpin atau anggotanya akan tergerak untuk mengikutinya. Marilah kita saling mempersembahkan diri dan melayani dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Marilah meneladan Yesus yang datang untuk melayani bukan dilayani, menyelamatkan bukan menghukum, menerangi bukan membuat gelap, dst..

· Makanan tanpa garam akan terasa hambar, tidak enak dan tidak lezat, dan orang yang pantang garam kiranya yang bersangkutan sedang menderita sakit. Fungsi garam di dalam makanan memang untuk membuat makanan enak dan lezat dan tentu saja dalam ukuran yang wajar atau tepat. Maka jika Yesus bersabda “Kamulah garam dunia…kamulah terang dunia” merupakan ajakan bagi atau panggilan kita untuk menjadikan diri kita dimanapun dan kapanpun sesuatu yang membuat enak dan lezat. Kehadiran, perilaku atau sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun diharapkan menarik dan memikat serta membuat sesama dan lingkungan hidup segar, nikmat dan sehat, bahagia dan damai sejahtera. Cara hidup dan cara bertindak kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia. Kita dipanggil untuk saling menggarami dan menerangi sehingga kehidupan bersama menjadi enak, nikmat dan aman tenteram. Sebagaimana garam sedikit saja cukup membuat lezat makanan, karena tepat atau pas sebagaimana dibutuhkan, maka hendaknya kita senantiasa menghadirkan diri atau menempatkan diri sedemikian rupa sehingga membuat hidup bersama enak dan nikmat, yang dalam bahasa Jawa sering disebut ‘empan papan’, tahu dan tepat menempatkan atau menghadirkan diri. Kehadiran dan sepak terjang kita sebagai terang berarti kita senantiasa membuat segala sesuatu jelas, transparan; kehadiran dan sepak terjang kita membuat kebersamaan hidup menjadi jernih bukan keruh, teratur rapi bukan amburadul. Dalam kejernihan dan keteraturan diharapkan siapapun akhirnya dapat menghadirkan dan menempatkan diri dengan tepat dan pas sesuai dengan kebutuhan hidup bersama.. Kita semua dipanggil untuk saling berbuat baik, dan hendaknya tidak malu untuk berbuat baik dimanapun dan kapanpun.



Ignatius Sumarya, SJ


Photobucket

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy