| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 18 Mei 2009, Hari Biasa Pekan VI Paskah

Senin, 18 Mei 2009
Hari Biasa Pekan VI Paskah

“Kamu juga harus bersaksi karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku."

Doa Renungan

Allah Bapa kami maha pengasih, jadikanlah bumi ini tempat kediaman-Mu, di mana Roh Yesus Putra-Mu mengarahkan kata dan karya kami kepada keadilan, kedamaian, serta kebebasan. Bimbinglah dengan demikian semua orang untuk hidup yang benar. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (16:11-15)


"Tuhan membuka hati Lidia, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus."



11 Setelah Paulus mendapat pesan dari Surga supaya menyeberang ke Makedonia, kami bertolak dari Troas dan langsung berlayar ke Samotrake, dan keesokan harinya tibalah kami di Neapolis; 12 dari situ kami ke Filipi, kota pertama di bagian Makedonia ini, suatu kota perantauan orang Roma. Di kota itu kami tinggal beberapa hari. 13 Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ. 14 Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. 15 Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: "Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku." Ia mendesak sampai kami menerimanya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan berkenan kepada umat-Nya
Ayat.
(Mzm 149:1b-2.3-4.5-6.9)
1. Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka!
2. Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab Tuhan berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.
3. Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan, biarlah mereka bersorak-sorai di atas tempat tidur mereka! Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka, dan pedang bermata dua di tangan mereka, untuk melaksanakan terhadap mereka hukuman seperti yang tertulis. Itulah semarak bagi semua orang yang dikasihi-Nya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (15:26--16:4a)


"Roh kebenaran bersaksi tentang Yesus."

26 Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. 27 Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku." 1 "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. 2 Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. 3 Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. 4 Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan


Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Saksi-saksi yang mengungkapkan atau mengatakan kebenaran-kebenaran atau fakta di dalam proses pengadilan sangat penting. Masukan-masukan dari para saksi menjadi bahan pertimbangan penting untuk menentukan langkah, kebijakan atau keputusan yang sangat menentukan serta ditunggu-tunggu banyak orang. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk menjadi saksi-saksi, menyatakan atau menyingkapkan pengalaman pergaulan atau pengenalan kita akan Yesus Kristus alias menjadi sahabat-sahabat Yesus. Hal yang sama adalah bagi semua umat beriman, agama atau keyakinan apapun, dipanggil untuk menjadi saksi-saksi iman, mewartakan dan meyingkapkan pengalaman penyerahan diri seutuhnya kepada Allah dalam hidup sehari-hari, dalam cara hidup dan cara bertindak.

Kesaksian iman merupakan cara utama dan pertama, dan tak mungkin digantikan oleh cara lain apapun di dalam tugas pewartaan atau menyebarkan Kabar Baik, apa-apa yang baik. Secara konkret: jika kita adalah pekerja atau pegawai dipanggil untuk menjadi pekerja atau pegawai yang baik, jika kita adalah pelajar atau mahasiswa dipanggil untuk menjadi pelajar atau mahasiswa yang baik, demikian juga kita adalah orangtua, pastor, bruder atau suster, dst.. Kita semua dipanggil untuk menjadi saksi-saksi kebenaran atas jati diri kita masing-masing, setia pada panggilan dan tugas pengutusan. Memang untuk menjadi orang yang setia pada panggilan dan tugas pengutusan pasti akan menghadapi aneka tantangan dan hambatan, maka marilah kita jadikan tantangan dan hambatan sebagai wahana untuk membimbing dan mendidik kita untuk lebih setia.

· “Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: "Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku." Ia mendesak sampai kami menerimanya “ (Kis 16:14-15). Apa yang dilakukan oleh Lidia ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita, sebagai orang yang telah dibaptis. Lidia membuka hati dan rumahnya bagi Paulus, rasul agung, bahkan ia mendesak Paulus untuk menumpang di rumahnya. Di dalam hidup sehari-hari kiranya juga ada ‘rasul-rasul’, orang-orang yang mewartakan ajaran-ajaran dan sabda-sabda Tuhan, misalnya para guru agama atau katekis, entah mereka itu resmi sebagai katekis/ guru agama atau relawan-relawati. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk memberi perhatian kepada para guru agama atau katekis, dan tentu saja juga para pejabat agama seperti para pastor, kyai dll, yang hidup dan kerjanya adalah demi kehidupan, kesejahteraan atau kebahagiaan umat.

Di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa atau bernegara juga dapat kita lihat ada orang-orang yang sungguh membaktikan diri seutuhnya demi kesejahteraan umum atau rakyat, entah mereka itu pejabat pemerintah atau anggota LSM. Mereka sungguh berpihak pada dan bersama masyarakat, terutama bagi yang miskin dan berkekurangan. Kita semua dipanggil untuk memperhatikan para pejabat atau anggota LSM yang demikian itu, dan secara konkret berani menyumbangkan sebagai kekayaan atau harta benda kita untuk mendukung pelayanan dan pekerjaan mereka. Marilah kita wujudkan cita-cita bersama bangsa Indonesia sebagaimana tertulis dalam sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.



Ignatius Sumarya, SJ

Minggu, 17 Mei 2009

Minggu, 17 Mei 2009
Hari Minggu Paskah VI

Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.


Doa Renungan

Tuhan Yesus bersabda, "Kamu sungguh sahabat-Ku, kalau kamu melaksanakan yang Kuperintahkan kepadamu". Allah yang mahapenyayang, ingatkanlah jika kami menyeleweng dari harapan Yesus Putra-Mu. Kami akui bahwa sering kami menjadi begitu egois, begitu perasa dan cengeng. Itupun kami gunakan sebagai dalih untuk menutupi cacat dan kelemahan kami di hadapan sesama. Demi kasih-Mu yang besar, ampunilah kami, dan jagailah supaya kami tidak jatuh dalam kerapuhan dan cacat-cela kami. Sebab Dialah Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Kisah Para Rasul (10:25-26.34-35.44-48)



"Karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga."



Sekali peristiwa, ketika sampai di kota Kaisarea, Petrus masuk ke rumah Kornelius, Kornelius menyambutnya, dan sambil tersungkur di depan kakinya, ia menyembah Petrus. Tetapi Petrus menegakkan dia, katanya: "Bangunlah, aku hanya manusia saja." Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah me- ngerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang menga- malkan kebenaran berkenan kepada-Nya. Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus: "Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita ?" Lalu ia menyuruh mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal beberapa hari lagi bersama- sama dengan mereka.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 807
Ref. Segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita
Ayat.
(Mzm 98:1.2-3.3-4)
1. Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, sebab Ia telah melakukan karya-karya yang ajaib, keselamatan telah dikerjakan oleh tangan kanan-Nya oleh lengan-Nya yang kudus.
2. Tuhan telah memperkenalkan keselamatan, yang datang dari pada-Nya, Ia telah menyatakan keadilan-Nya, dihadapan para bangsa. Ia ingat akan kasih dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel.
3. Segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi, bergembiralah dan bermazmurlah!

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (4:7-10)


"Allah adalah kasih."

Saudara-saudaraku yang terkasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 951
Ref. Alleluya
Ayat. Siapa yang mengasihi aku akan menuruti firman-Ku, Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan kami akan datang kepadanya

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (15:9-17)


"Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."

Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Ini perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!


Rekan-rekan yang budiman!

Bacaan Injil Yohanes bagi Minggu Paskah VI tahun B ini (Yoh 15:9-17) sarat dengan kosakata yang berhubungan dengan gagasan "kasih": "saling mengasihi", "tinggal dalam kasih" "memberikan nyawa demi sahabat-sahabatnya". Baik diingat, petikan ini diangkat dari bagian Injil Yohanes yang menyampaikan pengajaran Yesus kepada para murid selama perjamuan malam terakhir (Yoh 13:31-17:26). Para murid perlu belajar hidup terus tanpa kesertaan Yesus seperti biasa. Mereka diajarnya membangun kebersamaan dalam ujud lain. Dengan tujuan itulah kiranya diberikan pesan-pesan mengenai saling mengasihi dan sepenanggungan.


PENGAJARAN KHUSUS
Kata-kata Yesus yang disampaikan Yohanes dalam Injil hari ini adalah bagian pesan-pesan yang diucapkannya pada sebuah kesempatan khusus, yakni perjamuan malam terakhir bersama murid-muridnya. Pada awal perjamuan Yesus menyebutkan, salah seorang dari mereka akan menyerahkannya (Yoh 13:21-30). Hubungan guru-murid yang hingga saat itu baik mulai terganggu oleh kekuatan gelap. Kelompok ini tidak lepas dari kelemahan manusiawi juga. Saat itu murid-murid tak mengerti ke mana arah kata-kata itu. Petrus meminta Yohanes ("murid yang dikasihi") bertanya siapa yang dimaksud. Yesus menjawab bahwa orang yang dimaksud ialah dia yang akan diberinya roti yang siap disantap. Kemudian ia memberikan roti itu kepada Yudas Iskariot. Demikian jelas bagi pembaca siapa yang dimaksud. Disebutkan juga dalam Injil Yohanes bahwa sesudah itu Yudas kerasukan Iblis (Yoh 13:27). Yesus sadar betul akan hal ini. Yesus berkata kepada Yudas agar ia segera pergi melakukan apa yang hendak diperbuatnya. Dan Yudas pun keluar. Murid-murid tidak menangkap arti kejadian itu. Mereka mengira Yesus menyuruh Yudas, pemegang kas mereka, untuk pergi membeli sesuatu.

Yudas kerasukan Iblis justru pada saat Yesus memberinya roti yang sudah dicelupkan - artinya makanan yang siap untuk disantap yang diberikan oleh tuan rumah kepada orang yang diundangnya. Sampai saat itu Yesus masih menganggap Yudas orang sendiri, termasuk keluarga, diajak makan bersama. Tapi justru pada saat itulah kekuatan gelap yang melawan Yesus membadan dalam diri seorang manusia. Dan bukan sebarang orang, melainkan orang yang amat dekat dengannya. Yohanes menceritakan semua ini lama setelah peristiwa itu terjadi. Namun baginya jelas, itulah saatnya Iblis memakai cara-cara manusiawi juga untuk masih berusaha menggagalkan kehadiran ilahi di tengah-tengah manusia. Menarik diperhatikan perkembangan pergulatan antara dua kekuatan ini. Allah memakai ujud manusia untuk menjalankan karya penebusan - yakni Yesus yang lahir dan berada di tengah-tengah manusia. Kekuatan-kekuatan yang melawan karya Allah itu kini juga memakai ujud manusia pula. Dan bukannya keduanya tidak saling mengenal. Justru mereka amat dekat satu sama lain.

Pengajaran Yesus kepada para murid selama Perjamuan terakhir itu menurut Yohanes disampaikan "setelah Yudas pergi" (Yoh 13:31). Keterangan ini amat penting. Yudas yang sudah kerasukan Iblis itu tidak lagi ada di situ ketika Yesus mengajar mengapa para murid hendaknya saling mengasihi. Dengan perginya Yudas dari kelompok itu hendak dikatakan bahwa waktu itu kekuatan jahat tidak hadir mengancam kelompok tadi. Kata-kata Yesus mulai saat itu boleh diterima para murid tanpa khawatir dikelirukan oleh kekuatan-kekuatan yang bisa mengalihkan maksudnya. Semua yang dikatakannya dari saat itu hingga nanti ditangkap di sebuah taman di seberang sungai Kidron (Yoh 18) bebas dari kehadiran yang jahat.

MEMBANGUN KOMUNITAS
Yohanes hendak menunjukkan bagaimana kekuatan-kekuatan gelap itu bisa juga memakai cara-cara yang dipakai Allah sendiri. Satu-satunya cara untuk bertahan ialah saling menopang dengan saling berbagi ingatan mengenai Kabar Gembira yang dibawakan sang Guru mereka. Jangan ada yang satu merasa lebih besar dari yang lain, apalagi saling merahasiakan pengetahuan dan ingatan. Inilah saling mengasihi dalam arti yang paling dasar. Dalam keadaan itu juga mulai terhimpun pula tulisan-tulisan yang akhirnya kita kenal sebagai Injil-Injil dalam Alkitab. Dari situ juga tumbuh komunitas para murid. Tak mengherankan bila ibadat dan kesempatan saling berbagi ingatan di antara para murid itu kemudian dikenal sebagai "agape", yang arti harfiahnya ialah "kasih". Bagaimana penjelasannya?

Awal dan akhir petikan ini berbicara mengenai kasih antara Yesus dan Bapanya yang menumbuhkan kasih antara Yesus dengan para murid (Yoh 15: 9). Di akhir petikan ini kita dengar Yesus berkata, "Kuperintahkan kepadamu: hendaknya kalian mengasihi satu sama lain!" (ay. 17). Begitulah terjemahan harfiahnya. Terasa ditekankan bagian yang mengharapkan agar para murid saling mengasihi. Tujuan saling mengasihi di situ ialah membangun komunitas para murid sehingga tiap orang mendapat ruang hidup yang layak.

Petikan hari ini sebetulnya berperan sebagai "pembacaan kembali" dalam rangka mendalami kata-kata Yesus yang sudah disampaikan dalam Yoh 13:34-35. Ay. 34 mengatakan, "Aku memberi kalian sebuah perintah baru, yaitu hendaknya kalian saling mengasihi". Kemudian dijelaskan mengapa sewajarnyalah begitu, yakni "Sama seperti aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu hendaknya kalian saling mengasihi." Sikap saling mengasihi itu tumbuh dari perhatian besar dari Yesus bagi para murid. Inilah yang disebut sebagai "perintah baru" di situ. Mengapa disebut "baru"? Jelas bukan karena semua perintah lain tak berfaedah lagi. Bukan juga karena orang belum tahu, melainkan dalam arti yang mesti dihidupi dengan cara yang segar, yang tidak kaku, bukan secara rutin belaka, secara wajib belaka. Dan bila mereka berhasil, seperti disebut dalam ay. 34, maka kehidupan mereka itu orang banyak akan tahu bahwa mereka tetap menjadi murid-muridnya. Orang banyak akan melihat bahwa perilaku serta tindakan-tindakan para murid Yesus menghadirkan kembali Yesus sendiri. Hidup mereka seakan-akan menyuratkan perintah dari atas yang dapat dibaca orang banyak. Hidup mereka menjadi kesaksian. Dalam arti inilah dapat lebih dipahami yang dimaksud saling mengasihi dalam petikan yang dibacakan hari ini. Bahkan bisa dikatakan, yang dimaksud ialah kekuatan-kekuatan yang tumbuh dari hubungan batin dengan sang Guru sendiri. Demikianlah tindakan para murid tidak bersumber dari diri dan kemauan mereka sendiri. Tindakan mereka dijiwai oleh kehadiran guru mereka dalam diri mereka.

KESATUAN BATIN
Maju selangkah lebih dalam. Yesus sendiri menjelaskan dari mana kekuatan-kekuatan tadi berasal. Pada awal petikan ini disebutkan "seperti Bapa telah mengasihi aku, demikianlah juga aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasihku itu. Kekuatan mengasihi itu bersumber pada Yang Maha Kuasa sendiri dan yang menjadi nyata dalam kehidupan Yesus dan dihayatinya bersama para muridnya.

Bagaimana saling mengasihi itu dapat dibahasakan bagi orang sekarang? Boleh jadi gagasan sepenanggungan, atau solidaritas bisa membantu. Bila ada solidaritas orang mulai mudah saling percaya. Dan bila orang mulai makin saling percaya hubungan-hubungan selanjutnya bisa terbangun. Juga kesulitan pun menjadi perkara yang tidak lagi membuat putus asa. Inilah bagian "pengetahuan" terakhir yang diturunkan Yesus sang Guru kepada murid-muridnya. Yang diwariskan Yesus itu ialah keyakinan untuk bersama-sama memperbaiki kemanusiaan, mulai dengan cara kecil-kecilan, dengan saling memberi perhatian. Kita diminta menemukan jalan-jalan baru yang belum terpikirkan sebelumnya. Ini kemanusiaan baru. Inilah yang menunjukkan Tuhan tetap mengasihi manusia. Dan pengajaran yang diturunkan kepada murid-murid tadi itu juga bisa menjadi warisan bagi kita juga. Setiap orang dapat menghidupkan apa itu kasih kepada sesama dengan pelbagai cara. Ini spiritualitas yang kreatif. Itulah Injil yang bersumber pada Yesus sendiri. Dapat dipelajari walau tidak dapat begitu saja diterapkan seperti sebuah pola yang sudah jadi. Memang orang dapat merasakan bila kehadirannya samar-samar belaka. Namun bila hadir, kreativitas saling mengasihi itu akan membuka wilayah-wilayah kehidupan baru.

Sebuah tambahan. Beberapa waktu belum lama silam dibicarakan tentang sebuah naskah berbahasa Kopt tentang Yudas. Di situ tindakan Yudas menyerahkan Yesus kepada para imam kepala sebagai yang diajarkan gurunya sendiri, sebagai jalan bagi Yesus melepaskan diri dari kungkungan badannya. Maklum dalam ajaran kebatinan gnostik seperti yang ada dalam naskah itu, badan termasuk yang buruk dan yang bersih ialah roh. Beberapa pembicaraan belakangan ini juga berusaha menghubung-hubungkan kata-kata Yesus dalam Injil Yohanes yang menyuruh Yudas segera menjalankan yang hendak ia jalankan tadi sebagai suruhan agar Yudas pergi menemui orang-orang yang memusuhinya. Gambaran mengenai Yesus seperti itu tidak cocok dengan yang muncul dalam Injil Yohanes. Yesus justru menjauhkan Yudas terlebih dari kalangan murid-murid yang kemudian diberinya ajaran murni yang datang dari Bapanya sendiri: saling mengasihi, saling berbagi ingatan mendalam mengenai dirinya. Inilah Kabar Gembira yang murni yang sampai kepada kita juga.


DARI BACAAN KEDUA: APA ITU SALING MENGASIHI (1Yoh 4:7-10)
Senada dengan Injil di atas, bacaan kedua menegaskan bagaimana "saling mengasihi" itu jalan untuk mendekat ke kenyataan hadirnya Yang Ilahi sendiri dan cara paling jelas untuk mengenaliNya. Namun pernyataan seperti ini bisa terlalu luas cakupannya dan menjadi sekadar kata-kata tentang kasih dan saling mengasihi yang malah bisa jadi amat berbeda dengan yang sebetulnya dimaksud. Kerap orang amat berbeda-beda dalam memahami apa itu "saling mengasihi". Malah bisa ironik, yang bagi segolongan bernama "mengasihi", bagi pihak lain dirasa sebagai "tak peduli". Bisa dikatakan "kasih" dan "saling mengasihi" itu sikap dan tindakan yang sering dipaksa-paksakan dan memunculkan salah pengertian. Batasnya dengan sikap mementingkan diri serta pelbagai bentuk egoisme dalam kenyataannya amat kabur. Ini masalah yang tentu saja dipahami oleh penulis surat Yohanes kali ini. Bahkan boleh diperkirakan, dalam komunitas para pengikut Kristus yang dilayaninya, apa itu saling mengasihi menjadi soal. Inilah sebabnya penulisnya mengangkatnya sebagai pokok pembicaraan dalam suratnya. Pemecahannya menarik. Ia tidak begitu saja menyalahkan pendapat tertentu atau membenarkan pendapat lain. Pembicaraan dalam arah itu tidak akan membawa hasil dan masalahnya semakin keruh.

Pemecahannya yang ditampilkannya amat lain. Ia menunjuk pada kehidupan Yesus sebagai ujud apa itu kasih dari pihak Allah bagi manusia. Di dalam kehidupan Yesus - termasuk penyaliban serta kebangkitannya - terwujudlah kenyataan bahwa Allah mau mendekat ke kemanusiaan. Bahkan Dia dikatakan mendatangi kemanusiaan dalam kehidupan Yesus, orang yang amat dekat padaNya sendiri dan dalam bahasa alkitab disebut sebagai anak-Nya. Tokoh yang amat dekat ini membawakan wajah Allah sendiri sehingga kehadiran-Nya bisa semakin dikenali. Inilah ujud nyata apa itu kasih Allah bagi manusia. Mereka yang menyadari hal ini dan suka mendalaminya boleh dikatakan sudah mulai menemukan kasih Allah. Mereka bersama bisa disebut sudah "saling mengasihi". Inilah kiranya pemahaman surat itu akan "kasih" yang sering kabur serta mudah diputarbalikkan demi kepentingan sepihak. Penjelasan serta arah yang ditunjuk sebenarnya amat sederhana: membawa orang mendalami kehidupan Yesus sebagai orang yang terdekat dengan Yang Ilahi sendiri dan belajar daripadanya mengenali kehadiran Allah dalam kehidupan ini.


Salam hangat,
A. Gianto

Photobucket

Sabtu, 16 Mei 2009

Sabtu, 16 Mei 2009
Hari Biasa Pekan V Paskah

“Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya.”


Doa Renungan
Allah Bapa sumber segala kebajikan, kesetiaan diri adalah syarat menjadi murid-Mu. Putra-Mu telah menunjukkan kepada kami arti kesetiaan dalam pengharapan akan sebuah keselamatan. Semoga dengan merenungkan teladan-Mu tentang kesetiaan hari ini, Engkau membuka mata kami untuk senantiasa berharap kepada-Mu saja. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (16:1-10)


"Menyeberanglah ke Makedonia, dan tolonglah kami"

Sekali peristiwa Paulus datang ke Derbe dan Listra. Di situ ada seorang murid bernama Timotius; ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani. Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium. Paulus mau, supaya Timotius itu menyertainya dalam perjalanan. Paulus menyuruh menyunatkan dia demi orang-orang Yahudi di daerah itu, sebab setiap orang tahu bahwa bapanya adalah orang Yunani. Dalam perjalanan keliling dari kota ke kota Paulus dan Silas menyampaikan keputusan-keputusan yang diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem dengan pesan supaya jemaat-jemaat menurutinya. Demikianlah jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman, dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya. Paulus dan Silas melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah untuk memberitakan Injil di Asia. Dansetibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengijinkan mereka. Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan; ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya katanya, "Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami!" Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi!
Ayat.
(Mzm 100:1-2.3.5)
1. Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai.
2. Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita, dan punya Dialah kita; kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
3. Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas di mana Kristus berada, duduk di sebelah kanan Allah.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (15:18-21)


"Kamu bukan dari dunia, sebab Aku telah memilih kamu dari dunia."

Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, sebab Aku telah memilih kamu dari dunia; maka dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.


Renungan


Kisah Para Rasul memberi gambaran kepada kita bagaimana para murid melaksanakannya tugas perutusan dengan setia. Ada perahabatan dan persatuan yang diemban demi melaksanakan tugas perutusan. Mewartakan Kabar Keselamatan ditempatkan dalam kerangka dan kesadaran bersama, dan bukan semata-mata tugas pribadi yang tidak ada sangkut pautnya satu sama lain.

Paulus mengajak Timotius -murid Yesus yang baru percaya- supaya menyertai perjalanan mewartakan Injil. Paulus dan Silas juga bersatu serta membiarkan diri dituntun Roh Kudus, ke mana harus mewartakan Injil. Orang Makedonia yang tampak dalam penglihatan pun mewakili kerinduan jemaat dengan mengatakan "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami."

Kisah ini memberi peneguhan dan ajakan bagi kita untuk menyadari tugas pewartaan sebagai tugas bersama. Kesadaran akan "kami" membuat kita melaksanakan tugas dan pengabdian dalam Gereja secara bersama. Bukan dengan bermain akrobat sendiri dan keunggulan diri sendiri, namun harus ada kesadaran dari dalam diri bahwa kita dipanggil bersama untuk memberi kesaksian akan kehidupan ini.

Warta keselamatan harus diwartakan kepada orang lain dalam kesadaran ke-kita-an atau ke-kami-an. Apa makna dari kesadaran itu? Kalau kita berani berpikir mengenai kita atau kami, maka kita tidak hanya bertindak sesuka hati. Ada kerelaan untuk juga menanggung keadaan orang lain, karena warta keselamatan menjadi tugas bersama. Hidup kita juga menjadi warta keselamatan bagi orang lain, kalau kita mengisinya dengan menciptakan yang baik dan bermakna, bukan ala kadarnya.

Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang banyak.



FX Sukendar W, Pr Inspirasi Batin 2007



Photobucket

Jumat, 15 Mei 2009, Hari Biasa Pekan V Paskah

Jumat, 15 Mei 2009
Hari Biasa Pekan V Paskah

“Kamu adalah sahabat-Ku jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu”


Doa Renungan

Allah Bapa Mahapengasih, terimakasih atas hidup yang Kauanugerahkan kepada kami, terlebih atas pengakuan terhadap diri kami sebagai sahabat meski kami sering berdosa. Kami mohon ampun atas langkah laku dan tindakan kami yang seringkali tidak sesuai dengan kehendak-Mu. Hanya dengan melayani sesama, hidup akan bahagia dan menjadi layak untuk Kerajaan Surga. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (15:22-31)


"Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban daripada yang perlu.


Pada akhir sidang pemuka jemaat di Yerusalem yang membicarakan soal sunat, rasul-rasul dan penatua-penatua beserta seluruh jemaat mengambil keputusan untuk memilih dari antara mereka beberapa orang yang akan diutus ke Antiokhia bersama-sama dengan Paulus dan Barnabas. Yang terpilih yaitu Yudas yang disebut Barnabas, dan Silas. Keduanya adalah orang yang terpandang di antara saudara-saudara itu. Kepada mereka diserahkan surat yang bunyinya: "Salam dari rasul-rasul dan penatua-penatua, dari saudara-saudaramu, kepada saudara-saudara di Antiokhia, Siria dan Kilikia yang berasal dari bangsa-bangsa lain. Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami, yang tidak mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka. Sebab itu dengan bulat hati kami telah memutuskan untuk memilih dan mengutus beberapa orang kepada kamu bersama-sama dengan Barnabas dan Paulus yang kami kasihi, yaitu dua orang yang telah mempertaruhkan nyawanya karena nama Tuhan kita Yesus Kristus. Jadi kami telah mengutus Yudas dan Silas, yang dengan lisan akan menyampaikan pesan tertulis ini juga kepada kamu. Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban daripada yang perlu, yakni: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari pencabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat." Setelah berpamitan, Yudas dan Silas berangkat ke Antiokhia. Di situ mereka memanggil seluruh jemaat berkumpul, lalu menyerahkan surat itu kepada mereka. Setelah membaca surat itu, jemaat bersukacita karena isinya yang menghiburkan.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Aku mau bersyukur kepada-Mu, Tuhan, di antara bangsa-bangsa.
Ayat.
(Mzm 57:8-9.10-12)
1. Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah hai gambus dan kecapi, mari kita membangunkan fajar!
2. Tuhan, aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, aku mau bermazmur bagimu di antara suku-suku bangsa. Sebab kasih setia-Mu menjulang setinggi langit, dan kebenaranmu setinggi awan-gemawan. Bangkitlah mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan-Mu meliputi seluruh bumi!

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Aku menyebut kamu sahabat, sabda Tuhan, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (15:12-17)


"Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah orang akan yang lain."

Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak lagi menyebut kamu hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya. Tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Kata bahasa Latin sahabat adalah ‘socius’, sedangkan ‘socius’ antara lain dapat berarti sekutu, teman, sahabat, kawan, peserta, yang ikut serta, ambil bagian. Maka kiranya tindakan yang memadai seseorang terhadap sahabatnya adalah ‘ambil bagian atau ikut serta’ dalam harapan dan keprihatinan sahabat. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita juga disebut sebagai ‘sahabat Yesus’, maka kita dipanggil untuk ambil bagian atau ikut serta dalam harapan dan keprihatinan Yesus, berbuat sebagaimana dilakukan oleh Yesus atau melakukan apa yang menjadi perintah Yesus. Yang dilakukan oleh Yesus dan yang menjadi perintah-Nya adalah saling mengasihi satu sama lain, dan Ia sendiri telah memberi contoh mengasihi tersebut antara lain dengan menyembuhkan yang sakit, memberi makan yang lapar, memberi minum yang haus, mengunjungi yang ada di penjara, memberi tumpangan kepada orang asing, mengampuni yang berdosa, dst… Maka sebagai sahabat Yesus kita dipanggil untuk meneladan apa yang dilakukan oleh Yesus; marilah kita lihat dan cermati siapa saja yang sakit, lapar, haus, dipenjara, terasing dan berdosa di antara sahabat, saudara atau kenalan kita, dan kemudian kita berbuat sebagaimana telah dilakukan oleh Yesus. Kita dipanggil untuk pergi dan menghasilkan buah, maka baiklah kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada marilah kita wujudkan atau hayati ajaran atau perintah untuk saling mengasihi, terutama dan pertama-tama kita hayati kasih kita terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan di dalam lingkungan hidup maupun lingkungan kerja kita.

· “Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini”(Kis 15:28), demikian kebijakan para rasul dalam pelayanan atau penggembalaan umat Allah. Kebijakan ini rasanya baik menjadi teladan bagi para pemimpin pada tingkat apapun dan dimanapun, kebijakan pemimpin terhadap yang dipimpin. “Jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu”, itulah hendaknya yang menjadi acuan atau pedoman pemimpin dalam membuat aneka kebijakan terhadap yang dipimpin. Tetapi hemat saya bagi kita semua, entah yang memimpin atau yang dipimpin, juga ‘jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu di dalam diri kita masing-masing”, artinya hendaknya melakukan tugas utama dan pertama atau pokok, bukan tambahan-tambahan. Dengan kata lain hendaknya masing-masing dari kita belajar atau bekerja secara efisien, efektif dan afektif sesuai dengan tugas pekerjaan atau beban yang kita terima. Jauhkan dan hindari tugas atau kesibukan tambahan yang mengganggu pelaksanaan tugas utama atau pokok. Memang untuk setia dan taat pada yang utama atau pokok lebih sulit dan menantang daripada yang tambahan atau sambilan. Ingat dengan banyaknya orang yang memiliki PIL atau WIL menunjukkan bahwa setia atau taat pada yang utama dan pokok memang berat, sarat dengan tantangan dan hambatan. Kebiaaan anak-anak sekolah, pelajar atau mahasiswa yang suka menyontek dalam ulangan atau ujian menunjukkan bahwa mereka tidak setia dan taat sebagai pelajar atau mahasiswa. Aneka bentuk korupsi juga merupakan wujud penyelewengan dari yang utama atau pokok.

Marilah kita setia dan taat para tugas-tugas utama yang dibebankan kepada kita masing-masing, dan sekiranya yang utama atau pokok belum cukup artinya masih ada sisa waktu dan tenaga , hendaknya dengan jujur melaporkan kepada atasan terkait: ada kemungkinan kita akan diberi tambahan atau beban lebih lagi, sehingga kita semakin terampil atau kita diberi kemungkinan untuk mengerjakan tugas tambahan lain, yang sekiranya juga semakin memperteguh dan memperkuat jati diri, panggilan atau tugas perutusan kita.
I. Sumarya, SJ

Photobucket

Kamis, 14 Mei 2009, Pw. S. Matias, Rasul

Kamis, 14 Mei 2009
Pw. St. Matias, Rasul

"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu! Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya." (Yoh 15:9-10)

Doa Renungan

Allah Bapa sumber kehidupan, semua orang mengalami kehidupannya yang unik. Sebuah kehidupan yang menuntut agar setiap orang mempertanggungjawabkan semua tindakannya. Pada hari ini, kami diajar bahwa kasih berada di atas segala-galanya. Kami harus mencintai orang-orang yang membenci, iri hati, sombong, bahkan mengkhianati diri kami. Memang tidak mudah melawan perasaan itu, tetapi atas tindakan mengasihi itu, Engkau tidak pernah lupa untuk memberi ganjaran kepada kami, yaitu pemberian anugerah terbaik. Engkau melipatgandakan perbuatan tulus kami bagi sesama meskipun kadangkala tidak semua orang mau menghargainya. Terimakasih Tuhan atas kebaikan-Mu kepada kami, kami mohon semuanya ini dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (1:15-17.20-26)


"Yang kena undi adalah Matias; dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas murid."

Pada waktu itu berdirilah Petrus di tengah saudara-saudara yang sedang berkumpul, kira-kira seratus dua puluh orang banyaknya. Ia berkata, "Hai, Saudara-saudara, harus digenapi nas Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud, tentang Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu. Dahulu ia termasuk bilangan kami, dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini. Sebab ada tertulis dalam Kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya. Dan lagi: Biarlah jabatannya diambil orang lain. Jadi harus ditambahkan kepada kami satu orang yang dipilih dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke surga meninggalkan kami. Bersama kami ia harus menjadi saksi tentang kebangkitan Yesus." Lalu mereka mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barsabas dan juga bernama Yustus, dan Matias. Mereka semua lalu berdoa, "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang! Tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas, yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya." Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu, dan yang kena undi adalah Matias. Dengan demikian Matias ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan mendudukkan dia bersama para bangsawan.
Ayat.
(Mzm 113:1-2.3-4.5-6.7-8)
1. Pujilah, hai hamba-hamba Tuhan, pujilah nama Tuhan! Kiranya nama Tuhan dimasyhurkan, sekarang dan selama-lamanya.
2. Dari terbitnya matahari sampai pada terbenamnya terpujilah nama Tuhan. Tuhan tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit.
3. Siapakah seperti Tuhan, Allah kita, yang diam di tempat tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi?
4. Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama para bangsawan, bersama dengan para bangsawan bangsanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu supaya pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu itu tetap. (Yoh 15:16)

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (15:9-17)


"Allah telah menetapkan kamu supaya pergi dan menghasilkan buah."

Pada perjamuan malam terakhir Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu! Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak lagi menyebut kamu hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya. Tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”


Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Matias, Rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Cukup banyak orang yang berkata bahwa bicara atau omong perihal kasih itu mudah tetapi pelaksanaannya susah atau sulit. Apa yang dikatakan itu mungkin ada benarnya jika mencermati masih maraknya perceraian suami-isteri serta aneka tawuran dan permusuhan. Sebenarnya menurut saya panggilan untuk saling mengasihi tidak sulit untuk dihayati atau dilaksanakan jika masing-masing dari kita menyadari dan menghayati diri sebagai yang terkasih. Bukankah kita masing-masing adalah ‘buah kasih’ alias yang terkasih, yang diciptakan oleh Allah dalam kasih dalam kerjasama dengan bapak-ibu kita yang saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, yang antara lain memuncak dalam persetubuhan? Ingat bahwa setiap kali kita menerima sesuatu dari orang lain senantiasa menjawab ‘terima kasih’, yang berarti apapun yang kita terima adalah ‘kasih’. Mungkin yang sulit adalah jika sesuatu tersebut tidak sesuai dengan selera pribadi kita, misalnya tegoran, kritik, saran, ejekan, pelecehan dst… Mari kita sadari dan hayati bahwa orang menegor, mengritik, memberi saran, mengejek atau melecehkan tidak lain karena kasih; jika mereka tidak mengasihi kita maka kita pasti akan didiamkan, tidak disapa dan tidak diperhatikan. Maka terima dan hayati apa yang tidak sesuai dengan selera pribadi tersebut sebagai sarana atau wahana pendewasaan pribadi kita sebagai pribadi beriman. Serahkan ‘nyawa’ anda kepada apapun yang mendatangi anda, alias bergairah dan bergembiralah menerima segala sesuatu yang mendatangi anda. “Kasihilah seorang akan yang lain”, demikian perintah Yesus kepada kita semua.

· "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya."(Kis 1:24-25), demikian doa umat beriman, umat Allah Perdana/Purba, doa untuk memilih seorang rasul agar sesuai dengan kehendak Tuhan. Matias akhrinya terpilih sebagai rasul untuk menggenapi jumlah dua belas, mengganti Yudas. Rasul adalah jabatan pelayanan, bukan penguasaan. Hemat saya bukan hanya para pemimpin Gereja yang memiliki jabatan pelayanan saja yang dipanggil untuk hidup dan bertindak melayani, melainkan semua umat beriman. Iman memiliki dimensi rasuli atau perutusan, yang diutus untuk melayani yang lain. Karena kita sama-sama memiliki tugas untuk melayani maka kebersamaan hidup dan kerja kita berarti saling melayani. Melayani berarti dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan senantiasa berusaha membahagiakan dan menyelamatkan yang dilayani. Melayani dengan baik berarti bekerja keras, bergariah, gembira, cekatan dan tidak pernah mengeluh, menggerutu atau marah-marah. Melayani dengan baik berarti mempersembahkan dambaan, cita-cita dan harapan, gairah dan semangat kepada yang dilayani. Hidup dan bertindak saling melayani ini hendaknya dihayati terutama dan pertama-tama di dalam hidup bersama yang paling dasar, yaitu di dalam keluarga. Pengalaman hidup dan bertindak saling melayani di dalam keluarga akan mudah disebarluaskan ke dalam hidup bersama yang lebih luas, yaitu di tempat kerja atau di masyarakat. Marilah kita juga mohon kepada Tuhan agar menganugerahi pemimpin-pemimpin atau atasan-atasan yang menghayati jabatannya sebagai pelayanan bukan pengusaaan.
Ignatius Sumarya, SJ

Photobucket

Rabu, 13 Mei 2009

Rabu, 13 Mei 2009
Hari Biasa Pekan V Paskah

“Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.”


Doa Renungan

Allah Bapa yang kekal dan kuasa, Engkau menciptakan kami begitu sempurna. Kesempurnaan itu mengalir ke dalam diri kami karena kami tinggal pada-Mu. Kami sadar bahwa untuk tinggal di dalam Engkau dibutuhkan sebuah perjuangan yaitu perjuangan mencapai hidup yang kekal. Singkirkanlah perasaan-perasaan yang menghambat kami untuk maju dan cepat merasa puas karena telah melakukan banyak hal terhadap-Mu. Tuhan, berilah kekuatan agar kami mampu mengosongkan diri dan berani tinggal hanya dalam Engkau saja. Semoga bimbingan-Mu itu membuat kami sadar, tanpa Engkau kami tidak dapat hidup baik. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (15:1-6)


"Paulus dan Barnabas pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal-soal yang timbul di tengah-tengah jemaat."


Sekali peristiwa, beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ. "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat-istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan." Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu. Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka menceritakan pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara di situ. Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul serta penatua-penatua, lalu mereka menceritakan segala sesuatu yang dilakukan Allah dengan perantaraan mereka. Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata, "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa." Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu.

Mazmur Tanggapan
Ref. Mari kita pergi ke rumah Tuhan dengan sukacita!
Ayat.
(Mzm 122:1-2.3-4a.4b-5)
1. Aku bersukacita, ketika orang berkata kepadaku, "Mari kita pergi ke rumah Tuhan." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem.
2. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, kepadamu suku-suku berziarah, yakni suku-suku Tuhan.
3. Untuk bersyukur kepada nama Tuhan sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di Yerusalemlah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga Raja Daud.

Bait Pengantar Injil PS 954
Ref. Alleluya
Ayat. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu, sabda Tuhan. Barangsiapa tinggal di dalam Aku, ia berbuah banyak.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (15:1-8)


"Barangsiapa tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak."

Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya, dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya supaya berbuah lebih banyak. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting yang menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak, dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Saudara-saudari terkaish, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Apa yang bersih, entak lingkungan hidup, barang atau manusia, pada umumnya menarik dan meminat serta banyak orang tergerak untuk mendekat. Taman yang bersih dan indah senantiasa banyak dikunjungi orang dan mereka yang telah mengunjungi serta menikmati taman tersebut juga merasa semakin segar dan bergairah sehingga cara hidup dan cara bertindak berikutnya menghasilkan buah-buah sebagaimana didambakan. Tubuh yang bersih juga menarik dan memikat bagi sesamanya, apalagi yang bersangkutan cantik atau tampan.

Kebersihan fisik akan lebih menarik dan memikat serta menghasilkan buah melimpah ruah yang didambakan jika juga dijiwai oleh hati dan jiwa serta pikiran bersih. Dan kiranya yang lebih utama atau pokok adalah kebershan hati dan jiwa serta pikiran, maka marilah bersama-sama kita usahakan kebersihan hati, jiwa dan pikiran kita masing-masing alias senantiasa hidup bersama dalam dan bersatu dengan Tuhan dimanapun dan kapanpun atau dalam keadaan apapun. Orang yang bersih hati, jiwa, akal budi dan tubuhnya berarti juga hidup dalam dan oleh Roh, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya menghasilkan buah-buah Roh seperti: “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23). Orang bersih di dalam doa dan dambaan-dambaan atau harapannya kiranya senantiasa mohon keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut dan kemudian menghayatinya di dalam hidup sehari-hari.

Percayalah dan imanilah jika kita mohon keutamaan-keutamaan tersebut pasti dikabulkan, dan dengan menghayati keutamaan-keutamaan tersebut orang boleh disebut sebagai orang beriman sejati, murid-murid Yesus Kristus, yang beriman kepada Yesus Kristus.

· “Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu” (Kis 15:6) , demikian berita perihal para rasul dan penatua, tokoh-tokoh penting di dalam kehidupan beriman atau beragama. Ada masalah perihal syarat untuk menjadi pengikut atau murid Yesus Kristus bagi ‘orang bukan Yahudi’, yaitu masalah sunat.

Di dalam kehidupan bersama kita juga sering menghadapi masalah-masalah yang dapat menimbulkan ketegangan dan perpecahan, maka hendaknya jika ada masalah segera ditangani atau diselesaikan, tidak ditunda-tunda penanganannya. Masalah dapat muncul karena kesalah-pahaman atau ketidak-tahuan, maka dengan ‘bersidang’ alias bercakap-cakap atau curhat bersama kiranya masalah dapat diselesaikan. Dengan kata lain untuk mengurangi atau meminimalkan munculnya masalah atau berkembangnya masalah hendaknya sering diadakan percakapan atau curhat bersama secara rutin, setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dst.., tergantung kondisi dan situasi. Kami percaya bahwa kita semua berkehendak baik, maka dengan dan dalam percakapan atau curhat bersama akan ditemukan apa yang baik dan diterima bersama.

Secara khusus kami berharap kepada para bapak-ibu atau suami-isteri untuk tidak melupakan percakapan atau curhat setiap hari. Marilah kita berani memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih, agar dalam saling mengasihi berbuah keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh, sebagaimana saya kutipkan di atas. Hidup saling mengasihi tanpa pemborosan waktu dan tenaga dapat menimbulkan masalah, yang berkembang menjadi ketegangan atau perpisahan.



Ignatius Sumarya, SJ


Photobucket

Selasa, 12 Mei 2009, Hari Biasa Pekan V Paskah

Selasa, 12 Mei 2009
Hari Biasa Pekan V Paskah

“Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu” (Yoh 14:27)


Doa Renungan
Allah Bapa yang mahapengasih dan penyayang, betapa indah hidup di dalam kedamaian yang berasal daripada-Mu sendiri. Kami percaya, Engkau akan menuntun kami agar bersatu dan bersekutu dengan-Mu. Kekuatan-Mu sendiri yang membuat kami mampu menjalani hidup ini. Hidup yang terarah bagi kemuliaan-Mu dan menjadi santapan yang menguatkan kami sampai akhir zaman. Bersihkanlah hati kami dengan sabda penyembuhan-Mu dan jadikanlah kami orang-orang yang cinta kebenaran dan kedamaian. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kisah Para Rasul (14:19-28)


"Mereka menceritakan kepada jemaat, segala sesuatu yang dilakukan Allah dengan perantaraan mereka."

19 Waktu Paulus dan Barnabas di kota Listra datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati. 20 Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe. 21 Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. 22 Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara. 23 Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka. 24 Mereka menjelajah seluruh Pisidia dan tiba di Pamfilia. 25 Di situ mereka memberitakan firman di Perga, lalu pergi ke Atalia, di pantai. 26 Dari situ berlayarlah mereka ke Antiokhia; di tempat itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan. 27 Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman. 28 Di situ mereka lama tinggal bersama-sama dengan murid-murid itu.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Orang-orang yang Kaukasihi, ya Tuhan, mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu.
Ayat.
(Mzm 145:10-11.12-13ab.21)
1. Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.
2. Mereka memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan memaklumkan kerajaan-Mu yang semarak mulia. Kerajaan-Mu ialah kerajaan abadi, pemerintahan-Mu lestari melalui segala keturunan.
3. Mulutku mengucapkan puji-pujian kepada Tuhan dan biarlah segala makhluk memuji nama-Nya yang kudus untuk seterusnya dan selamanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat. Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (14:27-31a)


"Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu."

27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. 28 Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. 29 Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. 30 Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku. 31 Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Renungan

Saudara-saudari terkasih, berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Kiranya banyak orang merasa hidup damai sejahtera jika memiliki kekayaan, harta benda atau uang banyak atau melimpah ruah, mempunyai kekayaan untuk menjamin tujuh turunan. Dengan kata lain semangat materialistis atau duniawi begitu merasuki banyak orang. Padahal jika dicermati semakin kaya seseorang akan merasa tidak aman, buktinya: aneka bentuk pengamanan, entah satpam yang seram, anjing galak, pagar kuat dan kunci handal dipasang untuk mengamankan kekayaannya, bahkan yang bersangkutan kemanapun pergi minta dikawal oleh pengawal yang kuat dan handal. Contoh konkret adalah krisis financial yang melanda dunia pada saat ini, dimana orang kaya menjadi stress atau stroke karena harta kekayaannya berkurang banyak.

“Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”, demikian sabda Yesus. Damai sejahtera sejati ada di hati dan jiwa, bukan di otak atau tubuh atau harta benda. Damai di hati dan jiwa akan tegar dan tak mudah hancur oleh aneka tantangan dan masalah, bahkan semakin dikuatkan dan diteguhkan ketika menghadapi masalah atau tantangan. Maka marilah kita usahakan damai sejahtera di hati dan di jiwa, kita utamakan keselamatan jiwa dalam segala upaya dan sepak terjang atau kesibukan kita. Dalam hal ini saya sangat terkesan pada kesaksian salah seorang umat di Situbondo ketika terjadi pembakaran gedung sekolah dan gereja beberapa tahun lalu, antara lain ia berkata :” Gedung gereja dan sekolah dibakar, dan hatikupun terbakar untuk mencinta”.

Kami berharap kepada semua umat beriman tidak jatuh seperti beberapa caleg yang tak terpilih dalam pemilu DPR/DPRD yang lalu, dimana hidup dan berjuang dengan mengandalkan hartanya, dan ketika hartanya habis menjadi sinthing atau gila.


· “Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara” (Kis 14:22) , demikian berita perihal apa yang dilakukan Paulus dan Barnabas, rasul. “Jer basuki mowo beyo” = Untuk hidup mulia, damai sejahtera orang harus berani berjuang dan berkorban, demikian kata pepatah Jawa yang rasanya senada dengan apa yang dinasihatkan oleh Paulus dan Barnabas.

Marilah kita bertekun dalam beriman meskipun untuk itu harus mengalami banyak penderitaan, menghadapi banyak tantangan dan hambatan. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua baik yang sedang belajar atau bekerja, hendaknya sungguh belajar dan bekerja secara efisien, efektif dan afektif. Memang untuk itu kita harus ‘bekerja keras’ dan ‘berani memikul resiko’. “Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu….berani memikul resiko adalah sikap dan perilaku yang sampai batas-batas tertentu tidak takut menghadapi apa pun untuk mempertahankan ketetapan yang telah dipilihnya” (Prof De Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). Jika kita berani menghayati dua keutamaan budi pekerti ini kiranya bagi yang sedang belajar akan semakin terampil dan mahir belajar, sedangkan yang sedang bekerja akan semakin terampil dan mahir bekerja, sehingga orang dapat menghayati perintah Allah “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28), berbudaya kehidupan yang menyelamatkan jiwa manusia, mengusahakan damai sejahtera sejati yang dianugerahkan oleh Allah.





Ignatius Sumarya, SJ

Photobucket

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy