| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Selasa, 24 Maret 2009

Selasa, 24 Maret 2009
Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Nubuat Yehezkiel (47:1-9.12)

"Saya melihat air mengalir dari dalam Bait Suci; ke mana saja air itu mengalir, semua yang ada di sana hidup."


Kata nabi: Seorang malaikat membawa aku ke pintu Bait Suci, dan sungguh, ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci, dan mengalir menuju ke timur: sebab Bait Suci juga menghadap ke timur. Air itu mengalir dari bawah bagian samping kanan dari Bait Suci, sebelah selatan mezbah. Lalu malaikat itu menuntun aku keluar melalui pintu gerbang utara, dan dibawanya aku berkeliling dari luar menuju gerbang yang menghadap ke timur. Sungguh, air itu membual dari sebelah selatan. Lalu malaikat itu pergi ke arah timur dan memegang tali pengukur di tangannya. Ia mengukur seribu hasta, dan menyuruh aku masuk ke dalam air itu; dalamnya sampai di pergelangan kaki. Ia mengukur seribu hasta lagi, dan menyuruh aku masuk sekali lagi ke dalam air itu; sekarang sudah sampai di lutut. Kemudian ia mengukur seribu hasta lagi, dan menyuruh aku ketiga kalinya masuk ke dalam air itu; sekarang sudah sampai di pinggang. Sekali lagi ia mengukur seribu hasta, dan sekarang air itu sudah menjadi sungai di mana aku tidak dapat berjalan lagi, sebab air itu sudah meninggi sehingga orang dapat berenang; suatu sungai yang tidak dapat diseberangi lagi. Lalu malaikat itu berkata kepadaku, "Sudahkah engkau lihat, hai anak manusia?" Kemudian ia membawa aku kembali menyusur tepi sungai itu. Dalam perjalanan pulang, sungguh, sepanjang tepi sungai itu ada amat banyak pohon, di sebelah sini dan di sebelah sana. Malaikat itu berkata kepadaku, "Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di laut Asin, maka air laut yang mengandung banyak garam itu menjadi tawar. Ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk yang berkeriapan di dalamnya akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar, dan ke mana saja sungai itu mengalir, semua yang ada di sana hidup. Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis. Tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan PS 847
Ref. Tuhan penjaga, dan benteng perkasa, dalam lindungan-Nya aman sentosa.

Ayat. (Mzm 46:2-3.5-6.8-9)
1. Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut.
2. Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi.
3. Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Pergilah, pandanglah pekerjaan Tuhan, yang mengadakan pemusnahan di bumi.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (5:1-16)

"Orang itu disembuhkan seketika."

Pada hari raya orang Yahudi, Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem, dekat pintu Gerbang Domba, ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; serambinya ada lima, dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit. Orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu. Barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya. Ada di situ seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di sana, dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya, "Maukah engkau sembuh?" Jawab orang sakit itu kepada-Nya, "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu, apabila airnya mulai goncang; dan sementara aku sendiri menuju kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Kata Yesus kepadanya, "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu, lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu, "Hari ini hari sabat, dan tidak boleh engkau memikul tilammu." Akan tetapi ia menjawab mereka, "Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah." Mereka bertanya kepadanya, "Siapakah orang itu yang berkata kepadamu; Angkatlah tilammu dan berjalanlah?" Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian, ketika bertemu dengan dia dalam Bait Allah, Yesus lalu berkata kepadanya, "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." Orang itu keluar, lalu menceritakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.


Renungan


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

¡P Salah satu fungsi air adalah demi kebersihan, dan air yang bergoncang memiliki kekuatan luar biasa sebagaimana sering terjadi dalam bentuk gelombang laut yang tinggi, entah karena cuaca atau tsunami, atau banjir bandang. Karena badai gelombang tinggi atau banjir bandang maka apa-apa yang lemah dan rapuh, entah bangunan atau pohon dst..akan roboh. Dalam Warta Gembira hari ini kita dengarkan iman perihal goncangan air kolam di dekat Pintu Gerbang Domba yang dapat menyembuhkan penyakit apapun. Hemat saya hal ini merupakan symbol rahmat baptisan yang telah kita terima, dimana ketika dibaptis dibebaskanlah kita dari segala dosa. Maka baiklah bagi kita yang telah dibaptis, marilah kita mawas diri perihal rahmat pembaptisan yang telah kita terima. Dibaptis berarti dibersihkan, disucikan, disisihkan sepenuhnya bagi Tuhan, sehingga orang yang telah dibaptis dikuasai atau dirajai oleh Tuhan dan dengan demikian orang yang telah dibaptis senantiasa diharapkan untuk melakukan apa yang baik dan benar. Dengan melakukan apa yang baik dan benar maka kita senantiasa akan segar bugar, sehat dan selamat. Untuk melakukan apa yang baik dan benar juga tidak terikat oleh ruang dan waktu, dimana ada kesempatan dan kemungkinan atau kebutuhan kita dapat melakukannya. Ada kemungkinan demi kebaikan dan kebenaran sejati secara konkret kita harus melanggar atau atau sebenarnya mengatasi peraturan yang berlaku, seperti hari Sabat orang Yahudi. Hidup dan kerja bersama pada masa kini masih diwarnai oleh korupsi dalam berbagai bentuk dan tingkatan. Sebagai orang yang telah dibaptis atau disisihkan seutuhnya kepada Tuhan kita dipanggil untuk mengatasi diri sendiri dengan tanpa takut dan gentar melawan dan memberantas aneka macam bentuk korupsi yang masih marak pada masa kini. Jangan takut dan gentar karena melakukan apa yang baik dan benar anda dibenci atau diancam oleh orang-orang yang gila harta benda, jabatan/kedudukan atau kehormatan duniawi.

- “Ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup” (Yeh 47:9). Marilah kutipan ini kita refleksikan sebagai suatu ajakan untuk menempatkan diri kita bagaikan ‘air’, dimana kita telah menerima rahmat pembaptisan yang ditandai dengan pencurahan air di dahi atau otak kita. Maka hendaknya apa yang kita pikirkan dan kemudian kita lakukan dimanapun dan kapanpun senantiasa membuat apapun dan siapapun yang kena dampak cara hidup dan cara bertindak kita ‘hidup, tumbuh berkembang dan enak/nikmat’. Hendaknya apa yang ada di otak atau pikiran kita adalah yang baik dan benar, sehingga kita senantiasa berusaha melakukan apa yang baik dan benar. Kehadiran dan sepak terjang kita merupakan kesaksian iman kita sebagai orang yang telah disucikan atau dibaptis. Kesaksian penghayatan iman dalam hidup sehari-hari merupakan cara utama dan pertama yang tak tergantikan oleh cara apapun dalam tugas merasul, menjadi utusan-utusan Tuhan untuk mewartakan apa yang baik dan benar. Maka kepada mereka yang sering bepergian karena tugas atau jabatan, lebih-lebih para pentinggi atau atasan, hendaknya kehadirannya dimanapun senantiasa mewartakan apa yang baik dan benar, dan tentu saja pertama-tama dan terutama dengan keteladanan atau kesaksian, baru dengan kata-kata atau omongan. Marilah kita buat apa yang asin menjadi tawar, yang tidak baik menjadi baik, yang tidak benar menjadi benar, yang salah dibetulkan, yang sakit disembuhkan, yang lemah dikuatkan, yang berbeban berat diringankan , dst..



[Ignatius Sumarya, SJ]

Photobucket

Renungan APP Prapaskah KAJ 2009, Pertemuan Keempat: Bertanggung Jawab pada Bangsa dan Negara

Pertemuan Keempat


BERTANGGUNG JAWAB PADA BANGSA DAN NEGARA



1. Lagu Pembuka: Indonesia Raya (berdiri)

2 . Tanda Salib dan Salam

P Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.

P Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Putera- Nya Yesus Kristus, besertamu.
U Dan sertamu juga.

3. Pengantar

Dalam hidup berbangsa dan bernegara orang Katolik adalah warganegara 100 %. Sebagai warganegara, ia harus berbakti kepada bangsa dan negara Indonesia. Umat Katolik bertanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan sesama warga negara di segala bidang. Salah satu wujud partisipasi adalah dengan menggunakan hak pilih dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2009. Yesus, Tuhan kita, memberi teladan dan mengajarkan bagaimana menghormati para pimpinan negara dan membayar pajak kepada penguasa negara. Tentu saja Yesus juga mengajak kita untuk memberi apa yang menjadi hak Allah. Bagaimana kita mewujudkan tanggung jawab pada Allah sekaligus mewujudkan tanggung jawab pada bangsa dan negara ini? Ini akan kita bahas dan renungkan dalam pertemuan ke-4 ini.

4. Pernyataan Tobat

P Marilah kita memeriksa batin kita sejenak. (hening sejenak).

Saya mengaku....
U kepada Allah yang mahakuasa dan kepada Saudara sekalian, bahwa saya telah berdosa, dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh sebab itu, saya mohon kepada Santa Perawan Maria, kepada para malaikat dan orang kudus dan kepada Saudara sekalian, supaya mendoakan saya pada Allah, Tuhan Kita. Amin.

P Semoga Tuhan yang berbelaskasih mengampuni kita, membebaskan kita dari dosa dan menganugerahkan hati yang bersih.
U Amin.

5. Doa Pembuka

Allah Bapa penyayang kehidupan, kami bersyukur boleh mendiami tanah air Indonesia dengan segala keragaman dan kekayaan alamnya. Kami bersyukur bahwa Engkau menyertai perjalanan bangsa dan negara kami. Bantulah kami agar dari hari ke hari kami semakin bersatu hati mewujudkan kesejahteraan umum. Terangilah hati dan budi kami agar tidak berpandangan sempit memperjuangkan kepentingan kelompok dan golongan sendiri. Demi Kristus, yang mengasihi semua orang dan telah wafat menebus dosa manusia, dalam persekutuan Roh Kudus, hidup kini dan sepanjang masa. Amin.

6. Lagu Pengantar Bacaan: Padamu Negeri

7. Bacaan Kitab Suci: Mrk 12: 13-17

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:13-17)

"Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah."

13 Pada waktu itu beberapa orang Farisi dan Herodian disuruh menghadap Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan. 14 Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?" 15 Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!" 16 Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." 17 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat heran mendengar Dia.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.

(Perikop dibaca 3 kali: bersama-sama satu kali, dibacakan oleh salah seorang peserta, dan membaca dalam hati.)


Renungan singkat

Negara dan bangsa adalah wadah pemersatu berbagai keragaman dan latar belakang warga negaranya. Negara dan bangsa ada untuk melindungi dan menciptakan kedaulatan setiap manusia. Dalam hal ini negara dan bangsa adalah baik sebagai dikehendaki oleh Tuhan. Sebagai warga negara setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Siapa yang memiliki lebih, hendaknya memberi lebih, agar tercipta keadilan dan kesejahteraan semua warga. Yesus pun mengajarkan hal yang sama bahwa setiap orang punya kewajiban untuk membayar pajak kepada penguasa. Tujuan pajak, pada akhirnya, demi membangun negara dan kepentingan bersama. Namun, Yesus juga menekankan perlunya kewajiban sebagai warga Kerajaan Allah. Dengan demikian, kewajiban yang satu tidak meniadakan kewajiban yang lain. Kedua-duanya mesti dipenuhi.

Apa kewajiban kita terhadap Allah? Rasanya bukan sesuatu yang sangat rumit. Sebagaimana Allah telah memberikan kepada manusia dengan gratis (gratia = rahmat), maka manusia berkewajiban untuk memberikan dengan cuma-cuma pula. Oleh karena itu, manusia diundang untuk bermurah hati, sama seperti Bapa murah hati adanya. Kewajiban yang datang dari Allah rasanya demi kepentingan manusia juga, misalnya: memuji dan memuliakan Allah lewat doa dan ibadat. Contoh lain adalah memberikan derma kepada fakir miskin dan kaum terlantar, sebagaimana Tuhan bersabda: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Mat 25:40)”. Sepuluh perintah Allah diberikan juga bukan demi kepentingan Allah, tetapi agar manusia selamat. Maka, tunggu apa lagi? Mari kita lakukan kewajiban kita kepada Tuhan dan kepada bangsa dan negara kita.

8. Doa Umat

P Marilah kita menyatukan hati kita untuk berdoa bagi bangsa dan negara:

P Bapa yang penuh kasih, utuslah Roh Kudus untuk menyatukan berbagai macam perbedaan dan keragaman yang ada pada bangsa dan negara kami.
U Semoga di negara dan bangsa kami tetap tercipta perdamaian dan kerukunan sehingga kami semakin maju dan berkembang.

P Bapa berkatilah dan jagailah para pemimpin bangsa dan negara kami agar mereka bertindak jujur dan adil.
U Berilah hati yang bijaksana sehingga mereka mau berkorban dan mengusahakan kebaikan dan kesejahteraan bagi semua.

P Bapa, Putera-Mu mengajak kami untuk bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan negara kami dengan ikut membayar pajak kepada pemerintah.
U Ajarilah kami untuk menghargai setiap usaha dan niat baik pemerintah. Doronglah kami untuk mau terlibat dalam usaha menciptakan perdamaian, keadilan dan kesejahteraan sosial.

P Bapa, sebentar lagi bangsa kami akan menyelenggarakan Pemilihan Umum. Berkatilah seluruh proses pemilihan agar dapat berjalan dengan baik dan lancar.
U Semoga kami dan semua yang terlibat dalam Pemilu dapat bekerja dengan bersih, jujur dan adil, sehingga terpilihlah wakil-wakil yang dapat menyuarakan kebaikan dan bekerja demi kepentingan bersama.
P Marilah kita panjatkan doa dan permohonan kita ....

Marilah kita mohon:
U Kabulkanlah doa kami ya Tuhan.

P Dengarkanlah ya Tuhan segala doa yang kami sampaikan dengan rendah hati kepada-Mu. Perkenankanlah kami menggabungkannya dengan doa Kristus Putera-Mu. Bapa kami ....

9. Doa Penutup (terinpirasi dari Doa untuk Tanah Air, PS. 194 )

Ya Bapa, kami bersyukur atas tanah air kami yang luas dengan isinya yang beraneka ragam; lautan dengan ribuan pulau, gunung dan dataran, hutan dan belantara; semuanya menyemarakkan tanah air kami. Kami bersyukur atas ratusan suku dan aneka budaya serta bahasa yang Kau himpun menjadi satu bangsa dan satu bahasa. Kami mohon berkat-Mu bagi semua yang mendiami tanah air ini. Semoga kami semua berusaha memelihara dan memajukannya. Bebaskanlah tanah air kami dari bahaya bencana alam, lumpur, longsor, tsunami, kelaparan dan wabah penyakit. Semoga pemimpin bangsa kami tekun membangun tanah air ini demi kemakmuran dan kesejahteraan seluruh bangsa bukan untuk kepentingan golongan tertentu saja. Bantulah mereka mewujudkan tanah air yang adil, makmur, aman, damai dan sejahtera bukan menciptakan ‘Tsunami bangsa’ sehingga rakyat semakin menderita. Semua ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

10. Membangun Niat

(Pemimpin mengajak umat membuat niat konkret, yaitu: siapa melakukan apa dan kapan dilaksanakan. Dengan demikian, Umat sungguh menghidupi Sabda Tuhan.)

11. Berkat dan Pengutusan

P Tuhan sertamu.
U Dan sertamu juga.

P Semoga Allah Bapa yang mahakasih mengertai dan memberkati kita dalam setiap usaha dan niat baik kita.


Photobucket

Renungan APP Prapaskah KAJ 2009, Pertemuan Ketiga: Bertanggung Jawab pada Masyarakat Luas

Pertemuan Ketiga

BERTANGGUNG JAWAB PADA MASYARAKAT LUAS



1. Lagu Pembuka

2. Tanda Salib dan Salam

P Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.

P Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus besertamu.
U Dan sertamu juga.

3. Pengantar

Gereja hadir di tengah masyarakat yang majemuk dan situasi nyata masyarakat yang lemah, miskin dan menderita. Gereja sebagai paguyuban murid-murid Kristus dipanggil dan diutus untuk mewujudkan kesejahteraan umum, membebaskan orangorang yang tertindas oleh ketidakadilan, memberantas kemiskinan dan memelihara lingkungan hidup. Yesus mengajak para murid untuk berbelaskasih dan melakukan tindakan nyata membantu orang yang lapar dan haus akan kasih Tuhan. Sebagaimana para murid menerima kasih dan pemeliharaan Tuhan dengan cuma-cuma, maka kita diundang untuk memberi dengan cuma-cuma pula. Pertemuan ketiga ini mengajak kita untuk mensyukuri relasi dengan Kristus sekaligus untuk menanggapi ajakan Kristus bertanggung jawab terhadap nasib saudara-saudari kita yang berkekurangan.

4. Pernyataan Tobat ( TPE hal 21 )
P Marilah kita hening sejenak untuk memeriksa batin, khususnya sikap kita terhadap masyarakat pada umumnya. (hening sejenak)

P Tuhan Yesus Kristus, Engkau memanggil kami supaya berbuat yang benar. Tuhan, kasihanilah kami.
U Tuhan, kasihanilah kami.

P Engkau menanggung dosa kami supaya kami bebas dari kekuatan dosa dan dapat hidup menurut kehendak Allah. Kristus, kasihanilah kami.
U Kristus, kasihanilah kami.

P Engkau menderita bagi kami supaya kami selamat dan mengikuti jejakMu. Tuhan, kasihanilah kami.
U Tuhan, kasihanilah kami.

P Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita mengampuni dosa kita, mengantar kita kehidupan yang kekal.
U Amin

5. Doa Pembuka (bersama-sama)
Allah Bapa, Pencipta dan Penyayang kehidupan, Engkau mengetahui apa yang sedang terjadi pada masyarakat kami. Begitu banyak bencana dan krisis yang menimpa, entah karena bencana alam maupun karena buatan tangan manusia sendiri. Semoga masyarakat kami mau bertanggung jawab atas bencana yang terjadi dan kami tergerak untuk bersatu mengatasinya. Demi Kristus, Putera-Mu, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

6. Lagu Pengantar Bacaan

7. Bacaan Kitab Suci : Mat 14:13-21
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

13 Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. 14 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. 15 Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa." 16 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." 17 Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." 18 Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." 19 Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. 20 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. 21 Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


(Perikop dibaca 3 kali: bersama-sama satu kali, dibacakan oleh salah seorang peserta, dan membaca dalam hati.)



Renungan singkat

Makan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain tempat tinggal dan pakaian. Di antara kita masih banyak yang bertanya: besok makan apa? Artinya: banyak saudara-saudari kita yang belum mendapatkan makanan. Tidak jarang kekurangan makan, bukan karena tidak ada makanan, tetapi karena tidak ada keadilan, yaitu: keadilan distributif, pembagian makanan yang tidak merata. Bumi dan kekayaan alam dipercayakan kepada manusia, untuk kesejahteraan manusia, namun sayangnya hanya dikuasai sebagian kecil saja manusia, sehingga banyak orang tidak mendapatkan makanan. Tuhan kita Yesus Kristus, Raja Semesta Alam, sangat mengasihi manusia. Ia memberikan makanan dan rejeki. Ingat saja bagaimana Allah menyediakan makanan bagi Umat-Nya ketika mereka kelaparan di padang gurun. Hati Tuhan selalu berbelaskasihan kepada semua orang, terlebih mereka yang lemah, sakit dan kelaparan. Yesus mengundang dan melibatkan para murid-Nya untuk memberikan makanan dan kesembuhan bagi semua orang. Ia mengajak Para murid-Nya untuk bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup sesamanya. Mereka diminta percaya bahwa bersama Dia tidak ada orang yang berkekurangan. Dengan demikian para murid diajak untuk ”berpolitik”, bukan dalam arti berpolitik praktis, tetapi dalam arti memperjuangan kesejahteraan semua orang. Para murid diundang untuk tidak memperkaya diri, tetapi bekerja dengan jujur dan tekun, serta memberikan apa yang menjadi hak orang lain untuk makan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan. Kita diharapkan bertanggung jawab terhadap hidup sesama, agar saudara kita dapat memuji dan memuliakan Tuhan. Bagaimana caranya? para murid diajak untuk bersyukur atas berapa pun yang mereka miliki. Mereka diminta untuk berani menyerahkan segala milik dan jerih payah mereka kepada Tuhan. Para murid hendaknya beriman kepada-Nya. Selain itu, kita dapat membayangkan juga bahwa kalau setiap orang menyumbang sedikit dari apa yang mereka miliki, maka kumpulan itu bisa dibagikan kepada mereka yang tidak memiliki sama sekali. Inilah kekuatan Ekaristi: bersyukur dan percaya kepada Tuhan dan memberi sebagian dari apa yang kita miliki.

8. Doa Umat

P Marilah kita merendahkan diri di hadapan Allah dan memanjatkan doa dan permohonan kita:

P Yesus, Engkau mengajarkan kami, untuk peka dan peduli akan kebutuhan sesama kami yang terlantar dengan saling berbagi sebagai rasa ungkapan bertanggung jawab satu terhadap yang lain.
U Mampukanlah kami, ya Tuhan, untuk percaya bahwa Engkau sungguh berada di tengah-tengah kami. Buatlah hati kami berbelaskasih seperti Engkau.

P Ya Bapa, Engkau memanggil dan mengutus Gereja-Mu membawa warta pembebasan bagi yang miskin, yang tertindas, yang lapar, dan membawa pendamaian dan pengampunan terhadap pelaku tindak kekerasan.
U Kuatkanlah tangan kami untuk bekerja demi kebaikan semua orang, mendahulukan mereka yang miskin dan lemah. Roh Kudus tinggallah di tengah-tengah kami selalu agar kami menyadari tanggung jawab kami pada masyarakat luas.

P Tuhan, kami bersyukur atas rejeki yang Kau berikan pada kami, yang Kau sediakan melalui orang-orang yang berjasa kepada kami. Ingatkan kami masih banyak mereka yang tidak mendapatkan rejeki.
U Ajarilah kami untuk menghargai segala pemberianmu dengan bijaksana, semoga kami mau dan mampu menghargai setiap jerih payah saudara kami yang menyediakannya.

P Marilah kita memanjatkan doa dan permohonan kita .... Marilah kita mohon: U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

Demikianlah, ya Bapa, doa dan permohonan yang sempat terucap lewat kata-kata kami. Perkenankanlah kami menggabungkannya dengan doa yang diajarkan Putra-Mu sendiri. Bapa kami ....

9. Doa Penutup (bersama-sama)
Tuhan Yesus, kami bersyukur bahwa Engkau selalu memberi kami rejeki dan mengundang kami untuk ambil bagian dalam perjamuan-Mu. Semoga berkat persatuan dengan-Mu kami tergerak untuk membantu mereka yang lapar, miskin dan tertindas. Semoga semangat solidaritas untuk berbagi senantiasa hadir di tengah-tengah kami sebagaimana Engkau selalu ingin tinggal pada kami. Karena Engkaulah Tuhan yang bangkit yang membebaskan kami dari dosa dan kelemahan kami. Amin.

10. Membangun Niat

(Pemimpin mengajak umat membuat niat konkret, yaitu: siapa melakukan apa dan kapan dilaksanakan. Dengan demikian, Umat sungguh menghidupi Sabda Tuhan.)

11. Berkat dan Pengutusan
P Tuhan sertamu.
U Dan sertamu juga.

P Berkat Allah yang mahakuasa meneguhkan persaudaraan dan solidaritas kita pada masyarakat yang membutuhkan.




Photobucket

Renungan APP Prapaskah KAJ 2009, Pertemuan Kedua: Bertanggung Jawab Pada Lingkungan

Pertemuan Ke Dua

BERTANGGUNG JAWAB PADA LINGKUNGAN



1. Lagu Pembuka

2. Tanda Salib dan salam

P Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.

P Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus besertamu.
U Dan sertamu juga.

3. Pengantar

Lingkungan sebagai komunitas basis menjadi fokus pemberdayaan Gereja Keuskupan Agung Jakarta. Secara khusus, komunitas basis diberdayakan dengan strategi gembala yang baik. Itu berarti: setiap anggota diajak untuk mencari dan menemukan yang hilang dalam komunitas tersebut dan mengajak setiap anggota untuk terlibat aktif. Pertemuan kedua, mengajak kita untuk menyadari tanggung jawab kita dalam membangun komunitas basis lingkungan. Paulus dalam suratnya memberi nasehat untuk bertanggung jawab terhadap saudara-saudara seiman. Tanggung jawab tersebut diwujudkan dalam berbagai macam tingkat, mulai dari diri sendiri hingga tanggung jawab pada komunitas. Semoga kita makin bertanggung jawab terhadap saudara-saudara kita seiman dan mengembangkan karya pelayanan dan persekutuan kita.

4. Pernyataan Tobat

P Marilah kita hening sejenak memeriksa batin kita bagaimana sikap kita terhadap saudara-saudari kita di lingkungan. (hening sejenak) Marilah menyesali dan mengakui segala kelemahan kita.

U Allah yang maharahim, aku menyesal atas dosa-dosaku. Aku sungguh patut Engkau hukum, terutama karena aku telah tidak setia kepada Engkau yang maha pengasih dan maha baik bagiku. Aku benci akan segala dosaku, dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu hendak memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah yang mahamurah, ampunilah aku, orang berdosa. Amin.

5. Doa Pembuka (bersama-sama)
Ya Tuhan Allah, Bapa kami, Engkau menghendaki kami berkarya untuk dunia dengan menyebarkan cinta kasih, pertama-tama di antara saudara seiman, membangun iman dan persekutuan. Bantulah kami masing-masing menemukan peran dan tanggung jawab kami dalam pelayanan Gerejani sesuai dengan panggilan hidup kami. Bukalah hati kami untuk selalu dibimbing dalam hidup menggereja dan memasyarakat. Demi Kristus, Tuhan kami yang hidup kini dan sepanjang masa. Amin.

6 Lagu Pengantar Bacaan

7. Bacaan Kitab Suci : Gal 6:1-10

Bacaan Kitab Suci :
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia (6:1-10)

"Barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh"

1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan. 2 Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. 3 Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. 4 Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. 5 Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri. 6 Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu. 7 Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. 8 Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. 9 Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. 10 Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.


(Perikop dibaca 3 kali: bersama-sama satu kali, dibacakan oleh salah seorang peserta, dan membaca dalam hati.)


Renungan singkat

Siapa biasa ikut dalam pertemuan atau ibadat di lingkungan? Rasanya tidak banyak, atau orang itu-itu lagi. Mengapa sebagian tidak ikut dalam pertemuan lingkungan? Alasan dan jawabannya bisa bermacam-macam. Ada yang merasa tidak berguna; ada yang sakit hati; ada yang sudah aktif di tempat lain; merasa terbebani pekerjaan; sudah punya komunitas lain; sering berpindah-pindah; atau tidak peduli. Menarik bila menyimak surat Paulus ini karena mengajak untuk tetap memperhatikan dan bertanggung jawab terhadap saudara-saudari seiman. Tanggungjawab itu mesti diwujudkan dalam tingkat-tingkat, mulai dari diri sendiri: “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri!” (ay. 4). Jemaat diharapkan juga “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu” (ay. 2). Rasanya beban yang dimaksud adalah beban moril dan materiil. Kepada mereka yang sudah maju dan berkembang dalam hidup rohani, diharapkan “memimpin orang yang lemah ke jalan yang benar” (bdk. ay. 1). Akhirnya, Paulus memberi nasihat agar kita tidak pernah jemu-jemu berbuat baik (bdk. ay.9). Bagi siapakah nasihat ini pada akhirnya? Sebenarnya bagi semua orang yang percaya kepada Kristus, namun nyatanya ada saudara kita yang tidak mau peduli. Oleh karena itu, kita yang peduli dan berkesempatan mendengarkan Sabda Allah diharapkan memulai saja tugas “menabur benih-benih kebaikan”. Sebab kita percaya bahwa benih itu memiliki daya kekuatannya sendiri untuk bertumbuh dan berkembang.

8. Doa Umat

P Marilah kita berdoa kepada Bapa yang telah mengutus Putera- Nya agar kita bersatu dan bersaudara saling meneguhkan iman dan pelayanan kita.

P Ya Bapa, tidak mudah bagi kami untuk membangun persaudaraan dan bertumbuh di dalam iman. Kami menyadari masih banyak saudara-saudara kami yang sibuk dengan urusan mereka sendiri.

U Utuslah Roh Kudus untuk memberikan semangat kepada kami bila kami melalaikan tanggung jawab kami membina persaudaraan dan iman. Bukalah hati saudara-saudara kami untuk mau bersekutu dalam doa dan pelayanan.

P Putra-Mu Yesus mengajari kami tekun dan setia mencari dan menyelamatkan yang hilang dan tersesat, menjadi Gembala yang baik bagi siapa pun.

U Semoga kami mau dan mampu belajar daripada-Nya. Buanglah sikap acuh tak acuh serta masa bodoh dalam diri kami agar kami bersedia menjadi berkat bagi orang lain.

P Santo Paulus memberi nasehat agar kami saling membantu memikul beban kami dan membantu mereka yang lemah.

U Tuhan, semoga hati kami terbuka untuk melihat dan membantu mereka yang lemah miskin dan kekurangan. Teguhkan iman kami untuk berjumpa dengan Engkau dalam diri saudara-saudara kami.

P Kami berdoa bagi setiap orang yang telah berbuat baik dan selalu mengusahakan kebaikan bagi sesama. Berkatilah setiap usaha baik yang telah diusahakan agar semakin berbuah.

U Ajarilah kami untuk meneladan mereka dan bertekun dalam perbuatan baik kami. Jauhkanlah kami dari sikap menonjolkan diri sendiri, tetapi agar Engkau semakin dipuji dan dimulyakan.

P Marilah kita memanjatkan doa-doa dan permohonan kita ....

Marilah kita mohon:
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.


P Bersama Bunda Maria yang selalu menyertai kita. Marilah kita doakan tiga kali Salam Maria.

Salam Maria …. (3X).


9. Doa Penutup (bersama-sama)

Bapa yang mahakasih, berkatilah semua pengurus lingkungan, wilayah dan paroki. Berilah mereka semangat kerasulan yang tinggi dan iman yang teguh untuk berkarya bersama dalam Gereja. Ajarilah kami selalu untuk saling bantu dan tolong menolong menanggung beban kami agar terciptalah paguyuban murid-murid-Mu yang hidup seturut kehendak-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin


10. Membangun Niat

(Pemimpin mengajak umat membuat niat konkret, yaitu: siapa melakukan apa dan kapan dilaksanakan. Dengan demikian, Umat sungguh menghidupi Sabda Tuhan.)


11. Berkat dan Pengutusan

P Tuhan sertamu.
U Dan sertamu juga.

P Semoga persaudaraan kita dijagai dan diberkati oleh Allah yang maha kuasa: Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U Amin.

P Ibadat dan pertemuan kita sudah selesai.
U Syukur kepada Allah.

P Kita diutus menjadi gembala baik dalam lingkungan dan bertanggung jawab terhadap saudara-saudari kita.

U Amin.

12. Lagu Penutup

Photobucket

Renungan APP Prapaskah KAJ 2009, Pertemuan Pertama: Bertanggung Jawab Pada Keluarga

Pertemuan Pertama

BERTANGGUNG JAWAB PADA KELUARGA


1. Lagu Pembuka

2. Tanda Salib dan Salam

P Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U Amin.

P Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus selalu besertamu.
U Dan sertamu juga.


3. Pengantar


Setiap orang adalah bagian dari sebuah keluarga, entah keluarga inti, keluarga besar, maupun keluarga Allah. Sebagai anggota, masing-masing individu memiliki peran dan tanggung jawab agar hidup keluarga dapat berlangsung terus. Keluarga inti dipanggil untuk menjadi sakramen, tanda dan sarana keselamatan Allah, maka setiap anggota dipanggil untuk mewujudkan hal itu. Santo Paulus menyadari peran dan tanggung jawab masing-masing anggota keluarga dalam menciptakan komunitas basis Gerejawi. Oleh karena itu, ia memberi nasehat bagi setiap orang sesuai dengan perannya. Dalam pertemuan pertama ini kita diajak menyadari peran dan tanggung jawab sebagai anggota keluarga. Semoga kita bisa belajar dari nasehat Santo Paulus.


4. Pernyataan Tobat

P Marilah kita hening sejenak untuk memeriksa batin kita agar layak dan pantas merayakan ibadat kita. (hening sejenak)

U Ya Allahku, Engkaulah yang harus kukasihi lebih dari segala sesuatu. Aku menyesal sungguh atas dosa-dosaku. Dengan sengaja aku berbuat salah dan tidak mau berbuat baik. Aku telah berdosa terhadap Engkau. Dengan pertolongan rahmatMu, aku berniat

teguh untuk bertobat, dan tidak berdosa lagi. Berilah aku kekuatan untuk menghindari apa saja yang menjerumuskan aku kedalam dosa. Ya Allah, kasihanilah aku, orang berdosa ini. Demi Yesus Kristus, Juruselamatku, yang telah menderita sengsara dan wafat bagiku.



U Amin.

5. Doa Pembuka (bersama-sama)
Allah Bapa yang penuh kasih, Engkau mengumpulkan kami di sini supaya kami sehati dan sejiwa bersyukur sebagai anggotakeluarga-Mu. Kami masing-masing memiliki keluarga yang Kau panggil untuk melanjutkan karya ciptaan-Mu. Bukalah hati kami untuk mendengarkan sabda-Mu dan melaksanakan-Nya. Berkatilah juga saudara-saudara kami yang belum dan berhalangan hadir dalam pertemuan ini. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.


6. Lagu Pengantar Bacaan



7. Bacaan Kitab Suci : Tit 2 : 1-10

1 Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat: 2 Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan.3 Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik 4 dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya,5 hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang. 6 Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal 7 dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, 8 sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita. 9 Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, 10 jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

(Perikop dibaca 3 kali: bersama-sama satu kali, dibacakan oleh salah seorang peserta, dan membaca dalam hati.)



Renungan singkat

Siapa yang suka diberi nasihat? Kebanyakan orang tidak suka diberi nasehat, bukan? Kendati banyak orang tidak suka diberi nasehat, tidak berarti bahwa nasehat itu tidak penting dan tak berguna. Setiap orang memerlukan nasihat dari orang lain, terlebih dari mereka yang lebih tua dan bijaksana. Kitab Amsal menyebutkan: Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak (Ams 12:15). Bahkan, Kitab Amsal menganjurkan: Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan (Ams 19:20). Memberi nasihat dan menjalankan nasihat tersebut merupakan Tradisi umat beriman. Paulus dalam suratnya mengajar Titus tentang nasihat-nasihat yang baik bagi jemaat, agar masingmasing orang menyadari peran dan tanggungjawabnya sebagai anggota keluarga. Bahkan, Paulus masih menambahkan peran dan tanggungjawab para hamba terhadap tuan mereka. Dengan menjalankan nasihat Paulus, maka keluarga diharapkan menjadi komunitas basis yang berpusat pada Sabda Allah dan menjalankan perintah-perintah Allah sedemikian sehingga komunitas itu memuliakan Allah. Relevankah nasihat Paulus bagi kita? Apa arti nasihat tersebut? Kiranya nasihat tersebut tetap relevan dan penuh arti bagi kita. Orang tua-tua, suami dan isteri serta anak-anak memiliki peran dan tanggungjawab yang tidak kecil. Masing-masing hendaknya menjalankan hidupnya dan memberikan teladan hidup bagi yang lain. Itulah yang menjadi dasar panggilan dan perutusan sebagai murid-murid Tuhan. Seperti halnya Titus diminta menasihati jemaat, demikian pun kita diharapkan memberi nasihat dengan terlebih dahulu menghayatinya.


8. Doa Umat

P Marilah kita berdoa agar setiap anggota keluarga kita melaksanakan peran dan tanggung jawabnya:

P Bagi para lansia. Bantulah orang-orang tua agar mereka semakin hari berkembang dalam iman dan cinta, sehingga mereka berbahagia dan selalu bersyukur melihat anak cucu mereka.
U Ajarilah kami untuk selalu hormat dan berbakti kepada para orangtua, menjaga mereka di waktu sakit dan susah, sehingga mereka memberikan doa dan restunya bagi kami.

P Bagi para suami dan isteri. Semoga mereka bersatu saling mengasihi sehingga mereka dapat memberi teladan bagaimana berkorban dan menunaikan tanggungjawabnya kepada anak-anak dan keluarga.
U Semoga mereka diberi kerendahan hati dan kesabaran, terlebih bila begitu banyak masalah dan krisis melanda keluarga kami.

P Bagi anak-anak. Bantulah anak-anak kami agar mereka tekun dan setia menunaikan tugas belajar untuk masa depan. Jauhkanlah mereka dari godaan untuk mengambil jalan pintas dan bermalas-malasan.
U Semoga anak-anak kami dapat menghargai segala jerih payah orangtua mereka, sehingga mereka tekun berkarya dan berbuat baik demi keluarga dan masyarakat.

P Kita berdoa bagi mereka yang membutuhkan doa-doa kita ....

Marilah kita mohon:
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.


P Bapa yang mahakasih, semoga keluarga-keluarga Kristiani hidup dalam iman, harapan dan kasih, sehingga antara angkatan tua dan angkatan muda saling memahami, saling menghargai dan bergandengan tangan di setiap generasi. Marilah kita satukan doa dan permohonan kita dengan doa yang diajarkan Kristus sendiri. Bapa kami ....

9. Doa Penutup (Doa Tanggung Jawab, PS. 145)

Allah, sumber segala sesuatu, Engkau memberikan talenta untuk kami kembangkan. Engkau memuji para hamba yang baik dan setia, yang penuh tanggung jawab memperkem-bangkan talenta yang mereka terima. Buatlah kami bersikap penuh tanggung jawab terhadap Yesus, supaya kami senantiasa ingat bahwa Ia begitu mengasihi kami, dan telah mempertaruhkan nyawa-Nya demi kami. Semoga kami selalu tanggung jawab terhadap panggilan kami sebagai orang beriman. Bantulah kami terus berusaha menjadi orang beriman yang dewasa dan sungguh terlibat dalam persekutuan jemaat, pewartaan, ibadat dan kesaksian dan pelayanan kepada masyarakat. Buatlah kami bersikap penuh tanggung jawab terhadap diri kami sendiri, supaya kami tidak menyia-nyiakan karunia yang kau berikan kepada kami. Buatlah kami bersikap penuh tanggung jawab terhadap orang tua, supaya kami selalu berusaha berbuat yang baik guna membalas kasih sayang dan pemeliharaan yang mereka lakukan terhadap kami. Semoga kami bersikap penuh tanggung jawab terhadap semua orang yang mendidik kami, supaya semua pelajaran hidup yang mereka berikan dengan tanggung jawab, kesabaran tidak kami sia-siakan.

Buatlah kami bersikap penuh tanggung jawab terhadap teman teman kami, supaya kami tidak menghianati sikap persaudaraan mereka. Buatlah kami bersikap penuh tanggung jawab terhadap masyarakat supaya kami selalu berusaha menyumbang lebih banyak daripada apa yang kami terima.

Ya Bapa, bantulah kami, supaya selalu mensyukuri apa yang sudah kami terima, dan mempergunakan dengan sebaik-baiknya apa saja yang ada pada kami demi Yesus, Tuhan kami.

10. Membangun Niat

(Pemimpin mengajak umat membuat niat konkret, yaitu: siapa melakukan apa dan kapan dilaksanakan. Dengan demikian, Umat sungguh menghidupi Sabda Tuhan.)

11. Berkat dan Pengutusan

P Tuhan bersamamu
U Dan bersama rohmu

P Semoga Allah memberkati setiap usaha kita dan mendukung setiap peran dan tanggung jawab kita.



Photobucket

Obituari

REST IN PEACE


Romo Aloysius Endro Karjono, MSF


Pastor Pembantu Paroki Santo Petrus Purwosari Surakarta

pada hari Minggu, 22 Maret 2009 sekitar pukul 09.00

Misa Requiem di Gereja St Petrus Purwosari, hari ini, Minggu 22 Maret 2009 pukul 17.30 dilanjutkan tuguran.

Senin pagi sekitar pukul 08.00 WIB akan diberangkatkan ke Yogyakarta, Gereja Banteng. Misa Requiem di Gereja Banteng pukul 11.00 diteruskan pemakaman di Sasana Golgota (komplek Wisma Nazareth). Mohon dukungan doa.

Photobucket

Senin, 23 Maret 2009

Senin, 23 Maret 2009
Hari Biasa Pekan VI Prapaskah

Doa Renungan
Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang hidup, perbaharuilah iman kami yang sering hampir mati, agar hari ini kami dapat melihat dengan jelas tanda-tanda keselamatan-Mu yang bekerja secara nyata dalam hidup kami. Dengan demikian kami juga sanggup mewujudkan kasih-Mu secara nyata dalam setiap tindakan dan perkataan kami. Terpujilah Engkau kini dan sepanjang segala abad. Amin.

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Yesaya (65:17-21)

"Tidak ada kedengaran lagi bunyi tangisan dan bunyi erang."


Beginilah firman Allah, "Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru! Hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi di dalam hati. Bergiranglah dan bersorak-sorai untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan. Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorai, dan penduduknya penuh kegirangan. Aku akan bersorak-sorai karena Yerusalem dan bergirang karena umat-Ku; di dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan, dan bunyi erang pun tidak. Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hidup beberapa hari atau orang tua yang tidak mencapai umur suntuk. Sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun masih akan dianggap muda, dan siapa yang tidak mencapai umur seratus tahun akan dianggap kena kutuk. Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya juga; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya juga."
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Reff Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas.

Ayat. (Mzm 30:2.4.5-6.11-12a.13b)
1. Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak membiarkan musuh-musuhku bersukacita atas diriku. Tuhan, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur.
2. Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihani oleh-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan menjelang pagi ada sorak-sorai.
3. Dengarlah, Tuhan, dan kasihanilah aku! Tuhan, jadilah penolongku! Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari. Tuhan, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.

Bait Pengantar Injil
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian Allah akan menyertai kamu.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Santo Yohanes (4:43-54)

"Lihat anakmu hidup."


Sekali peristiwa, Yesus berangkat dari Samaria dan pergi ke Galilea. Sebab Ia sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Setelah Yesus tiba di Galilea, orang-orang Galilea pun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan Yesus di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiri pun turut ke pesta itu. Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, yang anaknya sedang sakit. Ketika pegawai itu mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya, lalu meminta supaya Yesus datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya, "Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya." Pegawai istana itu berkata kepada-Nya, "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati." Kata Yesus kepadanya, "Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka, "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang." Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya, "Anakmu hidup." Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya. Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

- Sabda Yesus memang kuat dan kuasa, maka siapapun yang percaya akan sabda-Nya serta melaksanakan sabda-sabda-Nya akan selamat, damai sejahtera, sebagimana dialami oleh seorang pegawai istana yang mohon penyembuhan kepadaNya bagi anaknya yang sakit keras, hampir mati. “Pergilah, anakmu hidup!”, demikian sabda-Nya kepada sang pegawai istana, dan pada saat itu juga anaknya yang berada di rumah sembuh dari penyakitnya. Sabda Yesus atau Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci antara lain dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita bersama ‘diterjemahkan’ ke dalam aneka tatanan dan aturan. Maka marilah ,jika kita sungguh menghendaki hidup bahagia, damai sejahtera dan selamat, dengan rendah hati kita hayati atau laksanakan aneka aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan, tugas pengutusan, jabatan atau kedudukan serta fungsi kita masing-masing. Maka baiklah jika kita atau saudara kita ‘hampir mati’ alias sedang menderita sakit atau berkurang kesehatan dan kebugarannya atau berdoa, hendaknya mohon penyembuhan antara lain dengan merenungkan sabda Tuhan atau kembali setia pada aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas penguusannya. Segala macam bentuk penyakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi dan sakit tubuh, hemat saya terjadi karena pelanggaran atau ketidak-setiaan pada aturan dan tatanan hidup. “Pergilah’, demikian sabda Yesus, kiranya antara lain berarti berjalanlah di jalan aturan atau tatanan hidup, telusurilah aneka petunjuk dan arahan yang baik dan benar, jangan hanya mengikuti keinginan atau kemauan sendiri alias hidup seenak sendiri, menurut selera pribadi.

- "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati. Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan,” (Yes 65:17-18). Ajakan untuk “bergiranglah dan bersorak-sorailah untuk selamanya atas apa yang Kuciptakan” kiranya baik menjadi permenungan atau refleksikan. Segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan baik adanya, maka jika ada yang tidak baik berarti berasal dari setan yang hidup dan bekerja dalam diri pendosa. Dalam kenyataan hidup kita masa kini memang ada yang tidak baik, tetapi juga ada yang baik, dan kiranya yang baik lebih banyak daripada yang tidak baik. Maka bagi yang baik marilah bergotong-royong atau bekerjasama untuk memperbaiki apa yang tidak baik dalam lingkungan hidup kita. Bergirang dan bersorak-sorai berarti senantiasa bergairah, dinamis dan tak kenal putus asa, dan dengan demikian ada kekuatan luar biasa di dalam diri orang yang bergirang dan bersorak-sorai. Kita dipanggil untuk bergairah, dinamis dan tak kenal putus asa dalam rangka memperbaiki apa yang tidak baik atau bertobat atau memperbaharui diri. Dalam semangat yang demikian berarti ‘otak bawah sadar’ kita bekerja seratus persen (100%), dan apa yang kita dambakan atau impikan akan terwujud, tentu saja harus disertai dengan penyerahan diri yang ditandai oleh pengorbanan dan perjuangan. Dalam rangka bertobat atau memperbaharui diri hendaknya juga tidak mengingat-ingat dalam hati kegagalan atau keterbatasan atau kekurangan yang ada; dan dengan bergairah, dinamis dan tak kenal putus asa dalam bertobat atau memperbaharui diri kiranya segala kelemahan dan kekurangan kita akan sembuh dengan sendirinya.

[Ignatius Sumarya, SJ]


Photobucket

Minggu, 22 Maret 2009

Minggu, 22 Maret 2009
Hari Minggu Prapaskah IV

"Begitu besar kasih Allah"



Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Kedua Tawarikh (36:14-16.19-23)


"Aku tidak mengingat-ingat dosamu."


14 Ketika Israel diperintah oleh Raja Zedekia, semua pemimpin di antara para imam dan rakyat berkali-kali berubah setia dengan mengikuti segala kekejian bangsa-bangsa lain. Rumah yang dikuduskan TUHAN di Yerusalem itu dinajiskan mereka.15 Namun TUHAN, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya, karena Ia sayang kepada umat-Nya dan tempat kediaman-Nya. 16 Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala firman-Nya, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka TUHAN bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan. 19 Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala puri dalam kota itu dengan api, sehingga musnahlah segala perabotannya yang indah-indah. 20 Mereka yang masih tinggal dan yang luput dari pedang diangkutnya ke Babel dan mereka menjadi budaknya dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa. 21 Dengan demikian genaplah firman TUHAN yang diucapkan Yeremia, sampai tanah itu pulih dari akibat dilalaikannya tahun-tahun sabatnya, karena tanah itu tandus selama menjalani sabat, hingga genaplah tujuh puluh tahun. 22 Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini: 23 "Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, TUHAN, Allahnya, menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!"
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN PS. 842
Reff. Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang

1.Ditepi sungai Babel, disanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa ditempat itu kita gantungkan kecapi kita.
2.Sebab disanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian dan orang-orang yang menyiksa kita meminta kita nyanyian sukacita :"Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!"

Bacaan Kedua
Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (2:4-10)


"Kamu mati karena kesalahan, tetapi diselamatkan berkat kasih karunia"

4 Saudara-saudara, terdorong oleh kasih karunia-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, 5 telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu diselamatkan-- 6 dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, 7 supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. 8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. 10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Begitu besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia telah menganugerahkan Anak-Nya yang tunggal, setiap orang yang percaya kepada-Nya, beroleh hidup yang kekal.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:14-21)


"Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia untuk menyelamatkannya."

14 Sekali peristiwa Yesus berkata kepada Nikodemus yang datang kepada-Nya pada waktu malam, "Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, 15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. 18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. 19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.20 Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; 21 tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.


Renungan


"ALLAH SEBEGITU MENGASIHI DUNIA ..."

Rekan-rekan yang baik!

Dalam Yoh 3:14-21 dibicarakan pertanyaan bagaimana orang dapat sampai ke hidup kekal. Di situ didalami lebih lanjut pokok pembicaraan Nikodemus dan Yesus dalam ayat-ayat sebelumnya. Nikodemus ingin mendapat pencerahan mengenai makna kejadian-kejadian luar biasa yang dilakukan Yesus. Ia mau mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sebagai orang yang berpengalaman dan bijaksana, ia sudah dapat menyimpulkan bahwa Yang Maha Kuasa kini sedang mendatangi umatNya. Dan mukjizat yang dilihat orang adalah tanda-tanda kedatanganNya. Nikodemus mulai menyadari bahwa Yesus datang dari Dia. Semua ini dutarakannnya kepada Yesus sambil mengharapkan pencerahan lebih jauh (Yoh 3:2). Dikatakan oleh penginjil, ia menemui Yesus malam hari. Malam adalah saat kegelapan dan kuasanya terasa mencengkam. Pembaca diajak Yohanes mengingat bahwa yang kini ditemui Nikodemus ialah Terang yang diwartakannya pada awal Injilnya. Bagaimana kelanjutannya? Marilah kita catat beberapa pokok dalam pembicaraan itu terlebih dahulu.

PERCAKAPAN DENGAN NIKODEMUS

Injil Yohanes mengajak pembaca ikut mengalami yang dirasakan Nikodemus dan dengan demikian dapat ikut masuk ke dalam pembicaraannya dengan Yesus sendiri. Dalam ay. 3 Yesus menegaskan bahwa hanya orang yang dilahirkan kembali - dan dilahirkan dari atas sana - akan melihat Kerajaan Allah. Semakin disimak, jawaban Yesus ini semakin membawa kita kepada pertanyaan yang sebenarnya ada dalam hati Nikodemus dan boleh jadi juga dalam diri kita: "Apa maksud macam-macam mukjizat yang dilakukan Yesus, yang tentunya disertai Allah itu?" Tentunya tak lain tak bukan ialah...kenyataan apa itu Kerajaan Allah! Itulah yang dibawakan Yesus kepada orang banyak. Dan inilah yang semestinya dicari orang. Nikodemus tentu akan bertanya lebih lanjut: kalau begitu bagaimana caranya bisa ikut masuk ke dalam Kerajaan ini. Ay. 3 tadi ialah jawabannya.

Jawaban tadi semakin membuat Nikodemus bertanya-tanya. Boleh jadi juga kita demikian. Bagaimana bisa orang setua dia, setua kita, dapat lahir kembali. Tentu Nikodemus tidak berpikir secara harfiah belaka. Ia tahu yang dimaksud ialah lahir kembali secara rohani. Tapi justru itulah soalnya, bisakah orang yang sudah jauh melangkah di jalan lain mendapatkan hidup baru. Berangkat dari nol lagi? Apakah hidup dalam roh sepadan dengan pengorbanan yang perlu dijalani? Menanggalkan hidup badaniah, menisbikannya demi hidup dalam roh? Inilah maksud pertanyaan dalam ay. 9, "Bagaimana itu bisa terjadi?"

Penjelasan Yesus tidak diberikan dalam ujud serangkai pernyataan teologi, melainkan dalam ujud kesaksian mengenai dirinya: ia datang dari atas sana. Karena itulah ia dapat membawakan Kerajaan Allah kepada orang banyak. Dalam hubungan dengan yang diperkatakan sebelumnya, Yesus ialah orang yang sudah mengalami apa itu lahir kembali dari atas sana, dan yang kini hidup dalam roh. Untuk mengalami bagaimana lahir dalam roh, jalannya ialah berbagi hidup dengan dia yang sungguh sudah ada dalam keadaan itu. Ini jawaban bagi Nikodemus, juga jawaban bagi kita.

ULAR TEMBAGA?

Ay. 14 merujuk kepada sebuah pengalaman umat Perjanjian Lama di padang gurun. Dalam berjalan mendekat ke Tanah Terjanji dulu, mereka mengalami macam-macam bahaya. Salah satu yang paling mengerikan ialah "ular-ular tedung" yang mematikan itu (Bil 21:4-9). Ular-ular itu dapat memagut secepat kilat dan bisanya membakar. Tak ada kemungkinan selamat. Di situ malapetaka tadi digambarkan sebagai akibat kekurangpercayaan mereka sendiri. Mereka memang akhirnya meminta agar Musa memohonkan belas kasihan Yang Maha Kuasa. Begitulah, Musa diperintahkan Allah membuat ular dari tembaga dan memancangnya pada sebuah tiang. Yang dipagut ular akan tetap hidup bila memandangi ular tembaga tadi. Memandangi ular tembaga itu menjadi ungkapan kepercayaan pada Sabda Allah yang menjadi harapan satu-satunya untuk dapat terus hidup menempuh perjalanan di padang gurun sampai ke Tanah Terjanji.

Bagi pembaca Injil Yohanes, Tanah Terjanji kini ialah Kerajaan Allah yang dibawakan Yesus ke dunia kepada semua orang, bukan hanya kepada umat Perjanjian Lama. Untuk mencapainya, jalan satu-satunya ialah tetap mengarahkan pandangan kepada salib, menaruh kepercayaan dan harapan kepada dia yang disalib - diangkat seperti ular tembaga tadi. Mengapa? Jawaban dari Injil Yohanes didapati dalam ay. 16

INTI INJIL

"Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadanya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Tidak meleset bila dikatakan bahwa ay. 16 ini berisi ringkasan seluruh Kabar Gembira.

Kalimat ini menegaskan bahwa Allah bukan hanya hasil kesimpulan akal budi, yakni bahwa segala sesuatu yang ada ini mestinya ada yang mengadakan, yakni Allah. Bukan ke sana arah ayat ini. Justru kebalikannya. Tidak lagi dirasakan kebutuhan menunjukkan bahwa Ia ada. Yang diwartakan justru perhatianNya yang membuat jagat ini terus berlangsung. Dia itu Allah yang dihadirkan oleh orang-orang yang dekat denganNya. Dan kali ini bahkan Dia diperkenalkan oleh orang yang paling dekat denganNya, yang menyelami dan hidup dari Dia. Inilah arti kata "anak" yang diterapkan kepada Yesus oleh Injil Yohanes. Pemakaian kata "tunggal" di situ dimaksud untuk memperjelas bahwa tiada yang lebih dekat denganNya daripada Yesus sendiri. Karena itulah ia dapat membawa kemanusiaan berbagi kehidupan kekal dengan Yang Ilahi sendiri tadi.

Ay. 16-21 berisi kesaksian Yohanes Penginjil akan siapa Allah dan siapa Yesus itu. Allah sedemikian mengasihi dunia ini sehingga ia memberikan AnakNya yang tunggal. Dalam teks Yunani Injil Yohanes, kata "mengasihi" dan "memberikan" itu diungkapkan dalam bentuk yang jelas-jelas mengungkapkan tindakan yang dibicarakan betul-betul sudah terjadi. Sudah jadi kenyataan, bukan hanya sedang atau bakal dikerjakan. Tentunya pengarang Injil berpikir akan peristiwa penyaliban Yesus di Golgota. Injil memang ditulis sebagai kesaksian peristiwa yang sudah dialami dan kini dibagikan kepada orang banyak. Penyaliban Yesus yang dari luar tampak sebagai hukuman, kegagalan, dan kematian itu kini mendapat arti baru. Yang Maha Kuasa mau menerima penderitaan manusia Yesus itu sebagai ungkapan kepercayaan utuh kepadaNya. Dan karena itulah Yesus menjadi AnakNya, menjadi orang yang paling dekat dengan Allah sendiri dan bahkan dengan demikian membawakan Dia ke dunia ini. Penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah itu membuka jalan kehidupan kekal. Itulah ungkapan lain dari peristiwa kebangkitan. Inilah yang dibagikan Yesus kepada orang-orang yang mau mempercayai arti penyerahan dirinya kepada Allah tadi. Dan baru dengan demikian orang dapat ikut mengalami apa itu dikasihi Allah.

IMPIAN ATAU KENYATAAN?

Yang diutarakan di atas ialah pengalaman iman dari para pengikut Yesus yang pertama yang kemudian dituliskan dalam bentuk Injil. Tidak segera dapat dicerna orang pada zaman kemudian di tempat lain. Kita boleh bertanya, bila benar Allah sungguh telah memberi perhatian khusus kepada dunia, bagaimana bisa dijelaskan kok masih ada saja yang tak beres, dan rasanya malah kekacauan semakin menjadi-jadi. Sekarang kekerasan, ketidakadilan, kematian terasa semakin mewarnai pengalaman sehari-hari. Retorika sajakah yang diutarakan Injil hari ini? Kerajaan Allah yang sudah datang itu impian atau kenyataan?

Injil Yohanes memecahkannya bukan dengan uraian moralistis atau pengajaran. Yang ditampilkan ialah sebuah kesaksian, yakni bahwa Allah tidak menghendaki kebinasaan. Yang dimauiNya ialah kehidupan kekal bagi semua orang. Bagi dunia. Yang perlu dilakukan manusia ialah berani menerima kebaikanNya. MempercayaiNya. Yang meragukan atau bahkan menolak akan tetap berada di dalam kegelapan, dalam ancaman kebinasaan, dan jauh dari kehidupan yang berkelanjutan. Tentu saja Yohanes memaksudkan kehidupan setelah kehidupan badani ini. Bagi Yohanes, yang kekal itu ialah kehidupan yang berbagi kedekatan dengan Yang Ilahi sendiri nanti. Inilah yang ditawarkan kepada Nikodemus. Dari pembicaraan dalam ay. 1-13 juga terasa betapa beratnya penyerahan seperti ini bagi Nikodemus. Ia masih bergulat agar membiarkan diri dan ikhlas dirasuki terang yang sudah ditemukan dan dilihatnya sendiri itu. Kisahnya bisa juga menjadi riwayat kita masing-masing.

Injil memberi penjelasan labih jauh. Yang menolak arah itu sudah menghakimi diri. Inilah yang dikatakan dalam ay. 19. Di sana malah dipakai lagi gambaran terang lawan gelap. Yang menyukai kegelapan dan menolak terang sudah melepaskan diri dari anugerah ilahi tadi dan terhukum untuk hidup dalam kegelapan. Terang datang ke dunia untuk menyingkirkan kegelapan. Tak usah orang berbuat banyak. Tinggal ikhlas membiarkan diri diterangi, maka kehidupan akan berubah dengan sendirinya. Tak usah lari berusaha ke sana. Nanti malah hangus. Bila menunggu, maka akan mendapat terang sesuai dengan yang dapat diterima. Tapi ada yang lari menyingkir mengikuti kegelapan, menjauh dari terang itu. Mereka itu menghakimi diri. Inilah pesan Yohanes hari ini.


DARI BACAAN KEDUA: IMBAUAN KE ARAH KEROHANIAN SEJATI (Ef 2:4-10)

Dalam petikan ini pembaca diajak mendalami betapa besar kemurahan Tuhan yang telah menyelamatkan kemanusiaan dari kedosaan. Ia membawa kembali yang telah mati ke kehidupan seperti yang telah terjadi pada Yesus dengan kebangkitannya. Bagaimana mengartikan petikan ini? Bukankah gagasan-gagasan seperti ini sudah kerap dikotbahkan dan latah diperdengarkan?

Sekedar latar belakang mengenai dunia alam pikiran yang ada pada waktu itu boleh jadi membantu. Dulu di kalangan umat perdana ada pelbagai pendapat mengenai bagaimana keselamatan bisa diperoleh. Ada yang sungguh yakin bahwa keselamatan hanya terjadi lewat iman, bukan berkat perbuatan amal yang meskipun baik tidak dapat menjamin ke sana. Kalangan lain berpendapat, memang iman amat besar peranannya, tetapi perbuatan baik yang nyata tak bisa diremehkan. Bahkan melulu beriman tanpa mengungkapkannya dalam tindakan baik bukan sikap yang patut diambil. Bagaimana dengan pertentangan alam pikiran dan pendapat seperti ini? Andaikata orang tidak bersikap kaku ("iman, hanya iman") dan menerima peran perbuatan baik, adakah batas-batas antara keduanya? Manakah pegangannya? Apa itu beriman dengan sungguh? Lalu apa itu berbuat baik sebagai ungkapan beriman? Dalam kenyataan hidup sehari-hari banyak kekaburan. Kerap kali hidup beriman menjurus ke sikap intoleran. Fanatisme, integralisme...!. Sebaliknya juga, sikap terbuka bisa berangsur-angsur membuat orang tak peduli dengan prinsip-prinsip kepercayaan. Pluralisme, relativisme....!

Nah, penulis surat kepada orang di Efesus kali ini hendak memecahkan pertikaian pendapat dan sikap-sikap seperti tadi dengan mengajak orang melihat ke arah lain, yakni kenyataan bahwa keselamatan itu "anugerah" atau pemberian besar dari Yang Mahakuasa. Pemberian inilah yang sesungguhnyalah memungkinkan orang maju terus menuju ke hidup yang bahagia nanti. Dan orang diajak untuk menekuni, menemukan, serta memahami anugerah ini. Bahkan orang didorong agar bisa mengerti lebih dalam siapa Dia yang telah memberi kita jalan ke kehidupan yang sejati itu

Jelas-jelas pembaca didorong agar berpindah pusat perhatian. Bukan lagi meributkan diri sendiri ("aku beriman" atau "aku berbuat baik") melainkan beperhatian pada Dia yang memberi anugerah hidup ini. Inilah spiritualitas surat Efesus yang dapat membantu orang zaman ini juga. Orang beragama yang suka bicara dalam bentuk "aku beriman", "aku berbuat baik" diimbau agar kini mulai memasuki inti keagamaan sendiri, yakni memusatkan perhatian pada Yang Ilahi yang mengasihi kemanusiaan. Inilah "lahir dari atas sana" yang diungkapkan Yesus kepada Nikodemus. Inilah hidup sejati yang menantikan kemanusiaan.




Salam hangat,
A. Gianto




Photobucket

Sabtu, 21 Maret 2009

Sabtu, 21 Maret 2009
Hari Biasa Pekan III Prapaskah

"Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Lukas 18:14)



Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Hosea (6:1-6)


"Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan."


1 Umat Allah berkata, "Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. 2 Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. 3 Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." 4 Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar. 5 Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi, Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang.6 Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan.

Ayat. (Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Sebab Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalau pun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
3. Lakukanlah kerelaan hati-Mu kepada Sion, bangunlah kembali tembok-tembok Yerusalem! Maka akan dipersembahkan kurban sejati yang berkenan kepada-Mu kurban bakar dan kurban-kurban yang utuh.

Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (18:9-14)


"Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya, sebagai orang yang dibenarkan Allah."

9 Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain: 10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. 11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. 14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.



Renungan

- “Tong kosong berbunyi nyaring, orang sombong kiranya sinthing”. Kata-kata ini kiranya baik dikenakan kepada mereka yang sombong seperti orang Farisi yang berdoa: “ Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku”. Mereka nampak begitu bagus, menawan, memikat dan mempesona penampilannya, padahal apa yang ada di dalam hatinya adalah apa yang busuk dan jahat. Jika kita jujur mawas diri bukankah masing-masing dari kita bertambah usia berarti juga bertambah dosa-dosanya, maka marilah kita senantiasa berdoa dan menghayati diri: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”. Kesadaran dan penghayatan diri sebagai yang berdosa identik sebagai yang beriman, sebagaimana dinyatakan oleh para gembala kita, sebagai yang terpilih, senantiasa menyatakan diri sebagai ‘yang hina dina’. “Yesuit adalah orang yang mengakui dirinya pendosa, tetapi tahu bahwa dipanggil menjadi sahabat Yesus”, demikian penyataan Konggeregasi Jendral SJ ke 32. Kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus dipanggil untuk menjadi sahabat Yesus, yang senantiasa rendah hati. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Fil 2:5-8)

- “Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran” (Hos 6:6). Kasih setia dan pengenalan akan Allah itulah yang harus kita usahakan bersama-sama di masa Prapaskah ini. “Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya” (St. Ignatius Loyola, LR no 23). Allah hadir dan berkarya dalam semua ciptaanNya di dunia/bumi ini, dan tentu saja pertama-tama dan terutama hadir dan berkarya di dalam setiap manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Maka usaha untuk mengenal Allah kiranya antara lain dapat kita wujudkan dengan melihat dan mengimani kehadiran dan karya Allah di dalam setiap manusia, dalam diri kita sendiri maupun sesama dan saudara-saudari kita. Marilah kita lihat dan kenali apa yang baik, luhur dan mulia di dalam diri kita dan saudara-saudari kita, dan saya percaya bahwa di dalam diri kita masing-masing ada lebih banyak apa yang baik, luhur dan mulia daripada yang tidak baik, remeh dan jorok. Jika kita dapat melihat dan mengenalinya secara memadai maka akan terjadi kehidupan bersama yang ditandai oleh saling mengasihi dan setia satu sama lain sebagai wujud kehadiran dan karya Allah dalam kebersamaan hidup kita. Kesetiaan antar suami-isteri yang saling mengasihi baik dalam untung dan malang, sehat maupun sakit merupakan bentuk keteladanan hidup beriman yang utama dan tak tergantikan. Kami percaya bahwa dari suami dan isteri yang saling mengasihi dan setia akan lahir dan tumbuh berkembang manusia-manusia yang menyukai kasih setia dan pengenalan akan Allah. Maka dengan rendah hati kami mengharapkan para suam-isteri atau bapak-ibu untuk sungguh menjadi saksi atau teladan dalam kash setia dan pengenalan akan Allah, di zaman yang memang ditandai oleh aneka macam bentuk penyembahan berhala maupun kesombongan.



[Ignatius Sumarya, SJ]

Photobucket

Tinjauan Kritis atas Pelbagai Selebaran "Berkat-Kutuk"

Tinjauan Kritis atas Pelbagai Selebaran ”Berkat-Kutuk”
F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr


Foto ini saya pernah lihat. Saya nggak ngerti soal rekayasa foto atau yang lain. Tapi saya cuman mau mengkritisi point motivasi penyebaran foto ini, yang sangat klasik dan "bodoh" yakni soal berkat dan kutuk. Intinya:


The President of Argentina received this picture n called it "junk mail", 8 days later his son died. A man received this picture and immediately sent out copies. His surprise was winning the lottery. Alberto Martinez received this picture, gave it to his secretary to make copies but, they forgot to distribute it. She lost her job and he lost his family. This picture is miraculous and sacred.
Forward to 10 people.



1. Kalau kamu menyebarkan foto ini, entah kamu sendiri percaya atau tidak, kamu akan dapat berkat (dapat lotery, rejeki, karier naik, dlll...)
2. Kalau kamu abaikan/buang, kamu akan celaka!
Model berkat-kutuk ini juga sudah lama muncul dalam surat berantai. Tujuannya apa? Ya, sekedar untuk membingungkan umat dan me- ngacaukan iman umat, bahwa ber- kat dan rejeki yang dianugerahkan Tuhan terletak pada soal menuruti selebaran itu (fotokopi, sebarkan di milis, dsb) dan celakanya kemudian ditanamkan gambaran keliru bahwa Tuhan itu tukang mengancam! Penerima pun dibuat ketakutan, terlebih yang lemah imannya. Saat bertugas di Blim- bing, ada anak SMA kasihkan fotokopian selebaran berkat-kutuk demikian ke saya, lalu di hadapan-nya, langsung selebaran itu saya sobek untuk menunjukkan pada dia bahwa isinya tidak benar dan hal itu tidak mempengaruhi hidup kita.


Siapa yang diuntungkan? Pak pos? Provider HP? Entahlah. Yang pasti tujuannya untuk menggoyahkan penghayatan iman orang Katolik, terlebih bila dalam gambar/cerita itu ada kaitannya dengan patung/gambar Yesus dan Maria, atau mimpi paus, penampakan Maria, dsb...dsb...


Model motivasi "berkat-kutuk" ini sudah pasti bertentangan dengan ajaran iman:

1. Allah adalah kasih, Dia lebih dulu mengasihi kita. Kasih dan berkat-Nya tidak tergantung pada "persembahan fotokopian atau forward" selebaran itu.

2. Tuhan menawarkan keselamatan, tapi tidak pernah memaksa kita untuk menerimanya, apalagi sampai mengancam. Paham ancaman demikian memang ada dalam Perjanjian Lama, dengan harapan umat bertobat; namun Perjanjian Baru memperbaharuinya dengan tekanan: Allah adalah kasih.

3. Keselamatan kita tidak terletak pada soal fotokopian-forward tulisan, tapi pada (dalam pemahaman Kristen-Katolik): percaya pada Yesus-Kristus, yang berarti kemudian juga mau melaksanakan ajaran kasih-Nya. Iman akan Kristus tanpa perbuatan kasih adalah iman yang mati (bdk. Yak 2:17).

4. Dalam Injil banyak kali diserukan "Jangan takut!" karena Tuhan senantiasa memberkati dan menyertai kita (Mzm 22; Mat 28:19-20). Siapa lagi yang suka membuat kita merasa takut (termasuk ancaman cis-wak, Bethara kala, hari naas) dll, kalau bukan mereka yang digunakan oleh kuasa kegelapan? Orang beriman sudah tidak percaya lagi dengan soal begituan.

5. Rejeki dan berkat kita peroleh dari kemurahan Tuhan, tapi juga menuntut kerjasama dan usaha dari pihak kita. Kita ingat, dalam mukjizat pergandaan roti (Yoh 6) dan perubahan air menjadi anggur (Yoh 2), Tuhan Yesus meminta kita bekerjasama dengan usaha dari pihak kita ("lima roti - dua ikan" dan "mengisi tempayan penuh dengan air").

6. Maka kesimpulannya, foto dan selebaran beginian tidak perlu diteruskan, karena bisa kali sungguh menggoyahkan iman orang lain (termasuk mengiming-imingi rejeki dengan jalan pintas, kayak pencobaan Setan pada Yesus untuk mengubah batu jadi roti). Mendingan meneruskan sms atau fotokopian ayat-ayat KS yang menguatkan iman (tapi yang beginian mungkin nggak laku ya... soale nggak ada iming-iming menang lotre hehe...)

7. Berikut lampirkan tulisan saya dalam buku "Beriman Katolik dari Altar Sampai Pasar" (Pustaka Nusatama, 2008) hlm. 178-183, yakni tinjauan kritis atas selebaran bekat-kutuk. Semoga membantu.


Bersama Yesus, Siapa Takut?
Tinjauan Kritis atas Pelbagai Selebaran “Berkat-Kutuk”


Sumber: F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr, Beriman Katolik dari Altar Sampai Pasar (Pustaka Nusatama, 2006), hlm. 178-183.

Selebaran Gelap

Sampai hari ini banyak di antara kita yang masih menerima atau menjumpai “selebaran rohani” berisi iming-iming janji berkat bagi yang mengindahkan isinya dan ancaman kutukan bagi yang mengabaikan. Biasanya kita diminta memfotokopi dan menyebarluaskannya. Atau, bila pesan dalam email, kita diminta untuk memforwardnya.


Entah lantaran tergiur iming-iming berkatnya atau takut akan ancaman kutukannya, banyak orang menurutinya. Begitu juga dengan teks novena, misal novena kepada Yudas Tadeus, ditambahkan syarat pengabulannya: “Novena ini didoakan 6 kali sehari selama 9 hari berturut-turut dan tinggalkan 9 lembar salinan doa ini di gereja tiap hari. Buatkan 81 salinan dan tinggalkan 9 lembar salinannya di gereja selama 9 hari berturut-turut, Anda akan menerima intensi doa sebelum hari ke-9 berlalu.” Pernah juga dulu ada selebaran tentang penglihatan Tuhan Yesus kepada paus yang berisi tentang bencana dan hari kiamat. Anehnya, mereka yang mau menyebarluaskan selebaran itu akan selamat dari malapetaka.

Semua “selebaran rohani” itu sebenarnya adalah sebebaran gelap. Sebab pengirimnya tidak jelas, kalaupun nama dan alamat pengirimnya dicantumkan, biasanya fiktif belaka. Berkaitan dengan doa-doa yang akan disebarluaskan dalam Gereja Katolik selalu dibutuhkan imprimatur (izin terbit) dari Uskup/wakilnya dan nihil obstat yang menyatakan bahwa isinya tidak bertentangan dengan susila dan iman Katolik. Jadi, tak perlu kita terkecoh dan terhasut oleh provokasi dari selebaran gelap itu.

Bisa jadi, selebaran gelap tersebut dibuat untuk membingungkan dan menggoyahkan keyakinan iman kita sebagai pengikut Kristus. Mari kita melihat “iming-iming berkat” dan “ancaman kutuk” tersebut dalam perspektif iman Katolik.

Hal Pengabulan Doa
Yang menarik untuk disimak dari selebaran tersebut adalah adanya kesan kuat bahwa penggandaan dan penyebarluasan selebaran dan teks doa itu menjadi syarat terkabulnya doa. Asalkan kugandakan dan kusebarluaskan, niscaya doa permohonanku terkabul. Di sinilah terjadinya bahaya takhayul. Seakan-akan Tuhan wajib mengabulkan doa kita, sebab kita telah “membayar” dengan menggandakan dan menyebarluaskan teks tersebut. Padahal untuk pengabulan doa, Tuhan tidak butuh suapan. Bahkan korban bakaran dan persembahan Israel kerap ditolak Tuhan, sebab Tuhan tidak memerlukan hal itu. “Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya” (Mzm 50:12).

Dalam Injil dinyatakan dengan jelas, pelbagai syarat pengabulan doa:
Pertama,
dipanjatkan dengan penuh iman. Banyak penderita sakit dan kelemahan mengalami kesembuhan berkat imannya akan kuasa dan kasih Yesus Kristus. Kepada ibu yang sudah dua belas tahun sakit pendarahan dan menjamah jumbai jubah-Nya, Yesus berkata, “Imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Mat 9:22). Iman ini juga nampak dalam ketekunan dan kesetiaan kita dalam doa, seperti janda yang tiada bosan mengetuk pintu hakim yang tidak benar (Luk 18:1).

Kedua, sejauh kita mau tinggal dalam dan bersama Kristus, artinya hidup dalam kasih. “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh 15:7). Bila kita kurang berbuat kasih, niscaya sulit juga doa kita dikabulkan. Sebab dosa-dosa kita bisa menghalangi suara kita sampai di tempat yang mahatinggi (lih. Yes 59:2). Maka saat berdoa novena pun, kita dianjurkan juga menerima Sakramen Tobat. Tuhan juga tak akan mengabulkan permohonan manakala hal itu hendak kita habiskan untuk memuaskan hawa nafsu kita (Yak 4:3).

Ketiga, pentingnya dukungan doa dari orang lain. Sebab firman Tuhan, “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga” (Mat 18:2). Begitu juga melihat iman mereka, iman si lumpuh dan iman keempat teman yang menggotongnya, Yesus tergerak hati untuk menyembuhkan (Mrk 5:2).
Iming-iming janji berkat dengan cara instan “doa + fotokopi” mengingatkan kita akan godaan si Jahat yang menyuruh Yesus secara instan mengubah batu menjadi roti (Luk 4:3). Permohonan yang meminta Tuhan membuat mukjijat selekas mungkin ini, tidak menunjukkan bahwa kita beriman pada Tuhan, sebaliknya justru mencobai Tuhan. Seru penjahat yang disalibkan bersama Yesus, “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami” (Luk 23:29).

Memang Tuhan itu mahakuasa dan sanggup mengerjakan karya ajaib tanpa kita. Kendati demikian, Tuhan senantiasa mengajak kita untuk berusaha dan bekerjasama dengan rahmat-Nya. Kita ingat kisah mukjizat dalam perkawinan di Kana, di sana manusia harus mengisi tempayan dengan air terlebih dahulu (Yoh 2:7). Begitu juga dengan kisah pergandaan roti untuk menyenyangkan lima ribu orang, dibutuhkan lima roti dan dua ikan (Mrk 6:38) sebagai simbol modal dan usaha kita. Modal dan usaha yang kita persembahkan kepada Tuhan, niscaya akan diberkati Tuhan sehingga berlipat ganda.

Jangan Takut!
Yang mengherankan adalah selebaran gelap tersebut, berani mengancam siapa saja yang mengabaikan isinya, apalagi mereka yang sampai berani membuangnya. Tak sedikit pembaca yang kemudian mempercayainya, atau setidak-tidaknya berjaga-jaga jangan sampai celaka menimpa mereka lantaran mengabaikan selebaran itu. Bukankah ancaman demikian, tak jauh beda dengan pelbagai ancaman yang menghantui kita manakala mengabaikan perhitungan hari baik - hari buruk dan ancaman “Bathara Kala” bila kita tidak diruwat.

Jika hal itu yang terjadi, sebenarnya kita masih dibelenggu oleh ketakutan. Kepada kita yang telah dibaptis, St. Paulus mengingatkan, “Kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu Anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, “ya Abba, ya Bapa!” (Rm 8:15). Yesus Kristus adalah Injil, kabar gembira dari Allah. Sewaktu Dia lahir, malaikat berseru kepada Maria (Luk 1:30) dan para gembala (Luk 2:10), “Jangan takut!” Kata yang sama disampaikan Yesus waktu Dia berjalan di atas air (Yoh 6:20) dan setelah kebangkitan (Mat 28:10). Memang kita tak perlu takut, sebab Allah itu kasih (1 Yoh 4:8) , Dia tak akan menghukum dan mencelakai kita. Dialah Immanuel (Mat 1:23), Allah beserta kita, yang senantiasa melindungi kita (Mat 28:20). Bersama Yesus, siapa takut (Rm 8:35)?

Wassalam,
Rm. Didik Bagiyowinadi,Pr



Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/

Mengapa hingga sekarang masih banyak selebaran "Berkat-Kutuk" seperti itu? Diskusikan mengenai selebaran "Berkat-Kutuk" KLIK DISINI

Jumat, 20 Maret 2009


Jumat, 20 Maret 2009
Hari Biasa Pekan III Prapaskah, Hari Pantang

 

Bacaan Pertama
Pembacaan dari Kitab Hosea (14:2-10)


"Kami tidak akan berkata lagi "Ya Allah kami" kepada buatan tangan kami."


2 Beginilah firman Allah, "Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu. 3 Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan! katakanlah kepada-Nya: "Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.4 Asyur tidak dapat menyelamatkan kami; kami tidak mau mengendarai kuda, dan kami tidak akan berkata lagi: Ya, Allah kami! kepada buatan tangan kami. Karena Engkau menyayangi anak yatim." 5 Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka. 6 Aku akan seperti embun bagi Israel, maka ia akan berbunga seperti bunga bakung dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon hawar. 7 Ranting-rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun dan berbau harum seperti yang di Libanon. 8 Mereka akan kembali dan diam dalam naungan-Ku dan tumbuh seperti gandum; mereka akan berkembang seperti pohon anggur, yang termasyhur seperti anggur Libanon. 9 Efraim, apakah lagi sangkut paut-Ku dengan berhala-berhala? Akulah yang menjawab dan memperhatikan engkau! Aku ini seperti pohon sanobar yang menghijau, dari pada-Ku engkau mendapat buah. 10 Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan Tuhan adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Akulah Tuhan, Allahmu, dengarkanlah suara-Ku.
Ayat.
(Mzm 81:6c.8a.8bc-9.10-11ab.14.17)
1. Aku mendengar bahasa yang tidak kukenal, "Akulah yang telah mengangkat beban dari bahumu, dan membebaskan tanganmu dari keranjang pikulan; dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau.
2. Aku menjawab engkau dengan bersembunyi di balik badai, Aku telah menguji engkau dekat Meriba. Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, kiranya engkau mau mendengarkan Aku!
3. Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah orang asing. Akulah Tuhan Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.
4. Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik, dan dengan madu dari gunung batu, Aku akan mengenyangkannya.

Bait Pengantar Injil PS. 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Bertobatlah, sabda Tuhan, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:28b-34)

"Tuhan Allahmu itu Tuhan Yang Esa, kasihilah Dia dengan segenap jiwamu."

28b Sekali peristiwa, datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus dan bertanya kepada-Nya, "Perintah manakah yang paling utama?"29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. 30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. 31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." 32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. 33 Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.




Renungan



Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

- Ada begitu banyak aturan dan tatanan hidup atau hukum yang diberlakukan dalam hidup bersama: hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun beragama. Kiranya tidak ada orang yang hafal atas semua tatanan, aturan atau hukum tersebut. Hemat saya semuanya itu dijiwai oleh hukum yang terutama sebagaimana disabdakan oleh Yesus: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, maka marilah kita sikapi dan laksanakan aneka tatanan, aturan dan hukum yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita dengan ‘hukum yang terutama’ tersebut. Mengasihi dengan ‘segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan’ kepada Tuhan dan sesama manusia itulah panggilan dan tugas pengutusan kita. “Dengan segenap” berarti utuh dan tidak kurang sedikitpun; kalau kurang utuh berarti sakit, maka menjadi sakit hati/pembenci/pemarah, sakit jiwa/sinthing/gila, sakit akal budi/bodoh dan sakit tubuh. Orang yang sedang menderita sakit jelas mengalami keterbatasan untuk mengasihi. Semua aturan, tatanan atau hukum jika disikapi dan dihayati dalam dan oleh kasih akan enak dan nikmat adanya. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (1Kor 13:4-7). Jika kita hidup dalam kasih sebagaimana disabdakan oleh Yesus dan diajarkan oleh Paulus kiranya ‘tidak ada seorangpun yang berani menanyakan sesuatu pada kita’, dan mereka akan mengikuti apa yang kita hayati.



- “ Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan TUHAN adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ” (Hos 14:10). Kita semua mendambakan untuk menjadi orang atau pribadi yang bijaksana, maka marilah kita tempuh dan telusuri ‘jalan-jalan Tuhan’. Karena kelemahan dan kerapuhan kita maka ‘jalan-jalan Tuhan’ antara lain ‘diterjemahkan’ ke dalam aneka tatanan, aturan dan hokum, maka marilah kita taati dan laksanakan tatanan, aturan dan hukum yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita, yang memang dibuat dan diundangkan atau.diberlakukan untuk menuntun dan membimbing orang agar semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan atau beriman. Marilah berusaha untuk setia pada aturan, tatanan dan hukum yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. “Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedunia atas perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr Edi Sedyawati /edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Untuk itu kami berharap: (1) para pelajat atau mahasiswa mawas diri perihal janji pelajar atau mahasiswa, (2) para suami-isteri mawas diri perihal janji perkawinan, (3) para biarawan-biarawati mawas diri perihal trikaul, yaitu kaul keperawanan, kemiskinan dan ketaatan, (4) para imam mawas diri perihal ketaatan dan kesetiaan pada Gembala Utama, (5) para pekerja mawas diri perihal janji kerja, dan (6) kita orang Katolik atau Kristen mawas diri perihal janji baptis. Sejauh mana kita telah menghayat janji-janji tersebut dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tubuh?



[Ignatius Sumarya, SJ]



Photobucket

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy